Namanya Ustadzah Zazilla tapi biasa di panggil Bu Zila. Umurnya kutaksir sekitar 50 tahunan. Meskipun tidak begitu cantik namun mukanya selalu terlihat bersih. Wajahnya hanya dilapisi make-up tipis dengan lips-gloss pada bibirmya serta farfum berwangi kembang selalu tercium dari tubuh Bu Zila. Maklum sudah berumur, badan Bu Zila sedikit gempal dan sepasang buah dadanya pun besar dan terlihat masih montok .
Seperti biasa pagi itu Bu Zila datang ke rumahku untuk mengajar ngaji anakku. Aku pun mempersilahkannya masuk. ''Eh, dik Lan, anak-anak sama dik Wati ke mana?'' Tanya Bu Zila.''Iya bu saya minta maaf sama ibu karena lupa ngasih tahu kalau hari ini anak saya libur dulu soalnya ikut ibunya ke rumah saudara, bantu-bantu mau ada hajatan''. Jawabku. "Oh begitu, nggak apa-apa, wah dik Lan bujangan lagi dong hari ini?" Kata Bu Zila sambil tersenyum tipis.Aku hanya tersenyum menanggapinya, lalu aku tawarkan padanya minum, pertamanya sih dia menolaknya tapi setelah kutawarkan lagi akhirnya Bu Zila mau juga. Aku pun segera pergi ke dapur membuat minuman. "Kopi aja yah, Bu Zila " Tawarku. ''O, yah nggak apa-apa, apa aja deh''. Jawabnya.
Tapi tiba-tiba otak aku mulai memikirkan yang bukan-bukan, sewaktu aku ke dapur, Bu Zila duduk di atas sofa dan kulihat kain yang di pakai Bu Zila tersingkap menampakkan paha Bu Zila yang agak besar. Aku mencuri pandang sedikit sambil terus berjalan. Karena mataku asik memperhatikan paha Bu Zila aku tidak sadar kalau saat itu sudah dekat dinding dapur hingga kepalaku terantuk, ku gosok-gosok jidatku untuk menghilangkan sakit. Melihatku terantuk Bu Zila langsung bangun dan mendekatiku. "Eh.. dik Lan.. kenapa?" Tanya Bu Zila. Aku tak menjawab, sedangkan wajahku meringis menahan sakit. "Ada apa sih dik Lan? Bu Zila bertanya lagi sambil tersenyum, mungkin lucu melihatku meringis, sedangkan tangannya diulurkan untuk memegang tanganku yang sedang menggosok-gosok jidat. "Nggak apa-apa bu..," Jawabku.Setelah tahu jidatku tidak apa-apa Bu Zila tersenyum lagi lalu dilepaskan pegangan tangannya yang memegang pergelangan tanganku, dan aku terus ke dapur untuk menyiapkan minum untuk Bu Zila dan sesudah siap kemudian ku hidangkan di meja tamu di depan Bu Zila. ''Kopinya di minum ya dik..'' Kata Bu Zila sambil mengangkat gelas kopi lalu menghirupnya perlahan setelah meniup-niup permukaan air kopi agar tidak terlalu panas. ''Oh iya silahkan Bu..,'' Aku mempersilahkan.Saat itu nafsu seksku kembali naik ketika kuperhatikan lagi paha Bu Zila yang kembali tersibak, karena Bu Zila duduk persis dihadapanku, aku dapat melihat dengan jelas hingga ke celana dalamnya yang berwarna krem. Tapi lama-lama Bu Zila rupanya sadar, lalu dibetulkannya letak kain yang dipakainya sehingga pahanya tertutup. "Wah.. dik Lan ini nggak boleh melihat pemandangan, matanya sampai nggak ngedip-ngedip.'' Canda Bu Zila mengagetkanku. ''Ah Bu Zila bisa aja.'' Elakku sambil cengar-cengir.
Nafsu seksku kian terbakar, otakku dipenusi fantasi seks dengan Bu Zila, bisa nggak yah aku ngedapetin wanita berusia 50 tahun ini, bisik hatiku bertanya. Ku coba mereka cara agar nafsuku terhadap Bu Zila dapat terlampiaskan . Aku memang sangat suka wanita yang sudah berumur seperti Bu Zila, bagiku mereka lebih seksi juga lebih memahami dan tidak egois dalam bermain sex. Untuk kesekian kalinya, setelah Bu Zila menghirup kopi, diletakkannya gelas kopi di atas meja, tapi ketika itu Bu Zila lantas bangun. Aku diam saja, dalam hatiku bertanya Bu Zila mau ngapain yah?. Ku lihat Bu Zila berjalan menuju ke lemari dimana aku memajang benda-benda hiasan.
"Istri dik Lan cantik yah?, anaknya juga cakep" Katanya sambil mengamati potret istri dan anakku. "Pasti dong bu, siapa dulu bapaknya" kata aku mencuba bercanda. "Katanya istri dik Lan sedang mengandung anak kedua?'' Tanya Bu Zila. Aku mengiyakan. "Sudah berapa bulan?""5 bulan Bu". "Wah, itu artinya air naik ke kepala dik lan?" Lanjut Bu Fat sambil memandangku."..Emmh, maksud ibu?" Tanyaku tidak mengerti maksud perkataan Bu Zila. ''Nggak usah di terangin juga dik Lan nanti pasti ngerti, tadi kan dik Lan puas memandang selangkangan ibu memangnya ibu nggak tahu, udah gitu gaya dik Lan ini seperti orang yang tak puas saja" Serang Bu Zila.
"Tapi.., tadi itu saya, eu.. eh..,.. bukan.. anu..," Kata ku tergagap tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Ya sudah dik Lan, tenang aja mungkin rezeki dik Lan bisa melihat paha ibu." Kata Bu Zila sambil tersenyum aneh. Aku bingung melihat sikap Bu Zila, hatiku bertanya-tanya apa sih maksud Bu Zila sebenarnya. "Istri dik Lan perginya lama nggak?" Bu Zila bertanya."Sepertinya sih lama bu, soalnya dia pergi kerumah uwaknya, mau ada hajatan katanya, jadi ya.. bantu-bantu disana, malah mungkin nginap disana" Jawabku. "Oh.. gitu.. toh'' Kata Bu Zila.Bu Zila lalu membalikan badannya dan berjalan menuju kembali ke sofa lalu di hempaskan badannya.
''..Ssshh, ahh.., panas banget yah, rasanya semua bagian badan ibu berkeringat nih..'' Gumam Bu Zila, kemudian dibukanya kerudung yang dipakainya. Aku hanya diam sambil memperhatikan saja. "Apa Bu Zila mau mandi?, atau mau buka baju saja, silahkan saja bu" Kataku. Kuberanikan diri untuk mulai memancingnya ke arah situasi yang kuinginkan. "Kalau iya gimana dik Lan, tapi tutup dulu dong gordennya nanti keliatan orang nggak enak." Sambut Bu Zila sambil melihat ke arah gorden. Entah perasaan apa yang kurasakan ketika itu, aku segera bangun, kutarik kain gorden sampai rapat sambil membelakangi Bu Zila. Samar-samar ku dengar bunyi resleting di buka, aku menoleh kebelakang, nampak Bu Zila sedang membuka kain bagian bawah yang di pakainya lalu melepasnya.
"Jangan berdiri saja dik Lan, kalau mau lihat, kesini dong biar dekat.'' Goda Bu Zila. Mendengar itu, segera ku dekati Bu Zila yang tengah menyandarkan dirinya atas sofa, dengan hanya memakai baju kurung tanpa kain bawah. Mata Bu Zila tampak dipejamkan sambil tangannya mengipas-ngipas badannya, sedangkan aku bermaksud kembali ketempatku semula, namun tiba-tiba Bu Zila menarik tangan aku saat aku melintas di depannya hingga badanku terhuyung mau jatuh di atas tubuhnya, kemudian tanpa ku duga Bu Zila lalu menarik ke atas baju kurung dia, dan terpampanglah bra yang menutupi buah dada Bu Zila yang besar. Mataku terbelalak melihatnya.Dia kembali menyandarkan dirinya ke sofa, aku masih berdiri bingung di samping Bu Zila, kemudian bu Zila menarik pantatnya ke tepi sopa lantas bangun dan berdiri. "Dik Lan, ibu mau ke kamar mandi, mau mandi biar segar." Kata Bu Zila. Aku mempersilahkannya, lalu berjalan di depannya untuk menunjukan kamar mandi. Tak lama, terdengar suara air jebar-jebur, sepertinya Bu Zila sedang mandi, tiba-tiba ku dengar suara benda jatuh dari dalam kamar mandi. "Kelumpanggggg!!!!!! Pang pang pang!!!!'' ''Aduhhhhh......!" Suara Bu Zila menjerit.
Dengan tergopoh-gopoh ku dekati kamar mandi, tanganku mencoba mendorong pintu kamar mandi, ternyata tak dikunci, ku beranikan diri saja membuka pintu kamar mandi dan alangkah terkejutnya aku, nampak Bu Zila dengan keadaan tubuhnya yang telanjang bulat terduduk di lantai kamar mandi dengan kedua kaki mengangkang menampakkan memeknya yang di tumbuhi bulu agak lebat dengan bibir memeknya sedikit tebuka, sedangkan sepasang buah dadanya yang besar tampak menggantung berguncang-guncang. "Kenapa bu, apa yang terjadi.. bu?'' Tanyaku khawatir. "Ibu jatuh, kepeleset dik, lantainya kamar mandinya licin, aduhhhh.. pantat ibu sakit.'' Kata Bu Zila dengan suara menahan sakit. Tanpa berkata-kata lagi segera ku raih dan ku bopong tubuh Bu Zila lalu memapahnya keluar dari kamar mandi dalam keadaan tubuhnya masih telanjang bulat, sambil tertatih-tatih ku papah Bu Zila ke sofa lalu ku baringkan. "Oh, yah ibu mau saya ambilkan baju ibu di kamar mandi?" Tanyaku. "Nggak usahlah dik, lagian bukannya tubuh ibu sudah nggak ada lagi yang belum dilihat sama dik Lan kan?'' Jawab Bu Zila.Aku diam aja.
"Dik Lan... tolong dong urutin ini." Pinta Bu Zila sambil menunjuk bagian belakang tubuhnya.Aku mengganguk saja, Bu Zila kemudian membaringkan badannya di atas sofa sedangkan aku duduk di sampingnya sambil memijitkan tanganku ke tubuh Bu Zila. Pantat Bu Zila yang besar montok membuatku sangat bernafsu untuk meremas-remasnya, namun aku coba menahan diri kupikir belum waktunya. ''Bawahan sedikit dik Lan, dekat pinggang, nah itu!" Aku turutkan saja permintaan Bu Zila. Seperti saat Bu Zila memintaku mengurut bagian pinggangnya. Kulit Bu Zila terasa Lembut meski sudah tidak kencang lagi. Semakin lama nafsuku semakin tinggi hingga aku menjadi sedikit liar dan nekad. Pijatanku kini sudah semakin ngaco dan hanya ku arahkan ke bagian-bagian tubuh Bu Zila yang menurutku menarik secara seksual. Pantat Bu Zila ku remas-remas sambil sesekali jariku sengaja ku sentuhkan ke memeknya. Kontolku semakin keras dan tegang saja. Hingga akhirnya aku tak kuat lagi menahan nafsu, kuciumi saja pantat Bu Zila dan ku panjangkan lidahku mencoba menjangkau memek Bu Zila.
"Eh.., dik Lan, koq malah ke situ?" Tanya Bu Zila dengan suara perlahan. Tak ku indahkan lagi pertanyaan Bu Zila, nafsuku sudah sangat tinggi, dengan liar ku jilati memek Bu Zila, ku kuakkan kaki Bu Zila hingga memek Bu Zila yang berjembut agak tebal itu tampak lebih lebih jelas lagi. Aku terus menurunkan lagi lidahku menikmati bahagian bawah memek Bu Zila yang ternyata sudah basah oleh lendir, saat lidahku menyapu sekitar bibir Bu Zila, Bu Zila terdengar mengeluh. "..Mmmmmmmm.., sshh.., jilat yang dalam dik Lan.." Desah Bu Zila. Aku pun menjilati memek Bu Zila dan sesekali mengigit kecil bibir memek serta itil Bu Zila. Sambil menjilat, jari tangan ku ku masukan dan ku putar-putar di dalam lubang memek Bu Zila. "..mmm.., aahh.., ayo masukin yang dalam jarinya, dik lan, nah ..sshh, aahhh.., putar-dik, ahhh..,'' Racau Bu Zila semakin gairah.
Nafsuku semakin tak terbendung lagi, kuminta Bu Zila untuk terlentang. Bu Zila lalu bangun dan menyandarkan tubuhnya ke sofa lalu kakinya mengangkang, muka ku langsung ku hujamkan ke memek Bu Zila. Bu Zila memegang erat kepala aku sambil meramas ramas rambutku. "..sssshh.., mmhh.., aahhhh..," Badan Bu Zila sampai terhempas-hempas menikmati jilatan lidahku pada memek dan itilnya, sesekali ku gigit pelan sampai Bu Zila melenguh agak keras.."Awwwww.., uiiih..., seperti itu.., yaaaa..., aahh.., ayo lagi dik Lan.'' Lenguh Bu Zila lagi. Sambil ku nikmati memeknya, tangan ku meremas-remas tetek Bu Zila yang menggantung bergantian, dan Bu Zila membongkokkan badannya untuk meraih kontolku, aku terus saja menjilat dan menghisap memek Bu Zila sampai aku rasakan seluruh badan Bu Zila bergeletar.
"Jilat dik Lan, Jilat semuanya,..ssshhh.., mmmmmmm.., yah..,'' Bu Zila mengangkat kepalaku sambil tersenyum dia berkata.., "Ayo dik Lan, biar ibu udah tua tapi memek ibu masih legit koq..,'' Kata Bu Zila sambil memegang dan menepuk-nepuk memeknya. Aku senyum, tanganku ku usap-usapkan ke permukaan memek Bu Zila, jembutnya ku tarik pelan-pelan. "Sekarang gantian, ibu pengen ngelihat punya dik Lan.'' Pinta Bu Zila. Aku bangun dan berdiri didepan Bu Zila, ku lepas celanaku, dan tersembulah kontolku yang sudah mengacung keras itu. Melihat itu Bu Zila tersenyum. "Ini kalau ibu jilatin sebentar juga pasti keluar" Kata Bu Zila tersenyum.Aku tak menanggapinya, Bu Zila lalu mendekatkan wajahnya ke kontolku dan mulutnya meraih kontolku, setelah terlebih dahulu lidahnya menjilati. Kontolku terasa hangat ketika Bu Zila memasukannya ke dalam mulutnya.
Kontolku lalu dihisap-hisapnya dengan gerak maju mundur. "mmmmph..... mmmmmppphh" Bunyi mulut Bu Zila ketika menghisap kontolku yang bercampur air liurnya. Bu Zila juga kemudian mengulum pula buah zakar ku. Sesekali Bu Zila memasukkan seluruh batang kontolku kedalam mulutnya dan pada bagian inilah yang aku sangat tak tahan. "..mmmhhhh..., oohh.., Bu Zila terus bu" Aku mengeluh enak sambil ku pegang erat kepala Bu Zila, waktu kurasakan air maniku tak dapat ku tahankan lagi. ''..aahh.., bu saya keluar bu'' Erangku. Air maniku pun muncrat di dalam mulut Bu Zila yang terus saja menghisapi kontolku sambil memainkan lidahnya mengulas-ulas kepala kontolku. Bu Zila tetap memegangi kontolku yang mulai mengecil. Aku terus duduk di sebelah Bu Zila.
"Wah nggak nyangka ibu pinter banget ngisep..,'' Kata ku memuji. "Iya dong dik Lan, soalnya lelaki itu sebenarnya banyak yang lebih suka itunya di hisap dan dijilati, perempuan juga sama banyak yang lebih suka barangnya dijilati saja. Sebab tidak menguras tenaga. Pastinya, kalau lelaki pandai membuat perempuan itu puas secara begini, perempuan akan dapat melayani kembali lelaki itu dengan sempurna." Bu Zila menerangkan. ''Ibu memang sangat suka ngewe, tapi kalau ngewe tapi akhirnya tak puas buat apa? Mending usaha sendiri aja sampai puas." Kata dia lagi sambil meremas-remas kontolku yang perlahan mulai mengeras.
''Hah .. Macam dik Lan ni,, batang dahlah boleh tahan.. besar.. panjangnya cukup.. dan air pulak banyak.. puaslah perempuan tu.. tapi kalau dik lan tak reti.. susahlah nanti. Syok Sendiri.'' kata dia lagi. Aku pun dah mula nak meara main cipap Bu Zila pula. "Dik lan, memek ibu memang sudah agak longgar sedikit, maklum aja ibu kan sudah tua, makanya dik Lan harus menusukkan kontolnya keras.'' Kata Bu Zila. ''Tenang saja bu soal tusuk menusuk sih rasanya saya sanggup.'' Kataku sambil tersenyum.
Bu Zila lantas menyandar kembali di atas sofa dan mengangkangkan kakinya, memeknya terlihat sudah basah. ''Ayo Dik Lan masukin kontolmu cepat.'' Pinta Bu Zila. Aku pun tanpa menunggu lagi segera saja memasukkan kontolku kedalam memek Bu Zila, ku hentak dengan sekuat hati. "Aww.., aduuhh., ayo hentak lagi dik Lan, puaskan ibu...'' Bu Zila mengerang.''Dik Lan coba goyangin sedikit kontolnya deh, biar memek ibu semua ngerasain.'' Kata Bu Zila.Ku ikuti permintaannya, sambil mendorong koputar kontolku bahkan seperti hendak menyungkit isi memek Bu Zila keluar. Gerakan ku menusuk-nusukan kontol kulakukan dengan simultan, aku juga meremas-ramas tetek Bu Zila sambil tetap ku hetakan kontoku kedalamnya. Ku rasakan Bu Zila mengemut-ngemutkan memeknya hingga kontolku serasa di remas-remas nikmat. Aku dan Bu Zila kemudian berganti posisi, Bu Zila memutar badannya supaya aku menusuknya dari belakang.
"..aahh, ..oohhh, ..aaahh, ...oohhh, ...mmmhhh. .." Bu Zila mengeluh keenakan. Hingga beberapa saat kemudian, "Aaaahh.., sshh.....'' Bu Zila mendesah-desah disertai gerakan tubuhnya yang semakin liar sepertinya Bu Zila klimaks. Aku segera mencabut kontolku dari lobang memek Bu Zila yang ternyata di fahami oleh Bu Zila dengan memutar badannya dan disongsongnya kontolku dengan mulutnya. Dan dihisap-hisapnya kontolku lagi, hingga akhirnya kurasakan cairan kenikmatan menjalari kontolku, kenikmatan itu bertambah dengan hisapan yang di lakukan Bu Zila memberi sensasi seks yang berbeda yang tentunya lebih dahsyat karena spermaku seakan-akan disedot keluar oleh mulut Bu Zila. Tubuhku mengejang sedangkan tanganku sibuk mempermainkan sepasang tetek Bu Zila, merasakan kenikmatan itu sampai tetes terahir.
Setelah aku dan Bu Zila sama-sama terdiam beberapa saat, Bu Zila lalu beringsut kemudian berjalan ke kamar mandi. Ku dengar air mencebok, sepertinya Bu Zila sedang membersihkan memeknya. Bu Zila keluar dari kamar mandi sudah dengan memakai celana dalamnya tanpa BH karena Bhnya dan juga pakaiannya di bawa di tangannya sehingga tetek Bu Zila tampak berayun-ayun mengikuti gerak jalan Bu Zila. Ketika ku perhatikan teteknya Bu Zila tampak tanda merah yang secara nggak sadar ku buat ketika ngewe dengan Bu Zila tadi.Bu Zila tersenyum kecil saja ketika melihat ku, dipakainya kembali pakaiannya. Dia kemudian mengenakan kerudungnya dan kembali ke sofa.
Aku yang masih bertelanjang bulat santai saja tiduran di sofa. Bu Zila lalu duduk di sampingku, dipegangnya kontolku yang sudah layu itu dan di remas-remasnya hingga keras dan tegang lagi."Wah, dik Lan mau lagi ya?, ininya keras lagi nih.'' Goda Bu Zila sambil tersenyum. Aku Tak menjawabnya hanya tersenyum sambil mengedipkan mata. Bu Zila mengangsurkan mukanya mendekati kontolku dan mulutnya menggapai kontolku untuk kemudian dihisapnya lagi. ''Dik Lan kita main sekali lagi yah..,'' Ajak Bu Zila kepadaku. Langsung ku anggungkan kepalaku, karena memang itu yang aku maui apa lagi setelah kontolku di sepongnya tadi nafsuku bangkit lagi. Aku dan Bu Zila akhirnya ngewe lagi kali ni Bu Zila masih memakai kerudungnya membuatku semakin bernafsu mengewenya.
Akhirnya setelah merapikan lagi pakaian dan kerudung yang di pakainya, Bu Zila pamit, dia bilang mau pergi mengajar lagi satu di rumah. Aku mengenakan celanaku dan kubukakan pintu untuk Bu Zila, dia tersenyum melirikku sambil memakai sepatunya. ''Istirahat dulu ya dik, biar lebih segar makan telur setengah matang 2 butir dan minum air dicampur madu." Pesan Bu Zila sambil berbisik. "Kalau dik Lan kepengen lagi, kasih tahu ibu yah, atau talepon dulu" Lanjut Bu Zila. ''Baik bu..,'' Jawabku sambil meremas pantat Bu Zila yang gempal..
Hubungan ku dengan Bu Zila terus berlangsung hingga kini, kapan pun aku mau ngewe dengan Bu Zila aku tinggal meneleponnya, dan Bu Zila tak pernah menolaknya, karena biar pun Bu Zila sudah tua ternyata nafsu seksnya masih tetap tinggi.
Seperti biasa pagi itu Bu Zila datang ke rumahku untuk mengajar ngaji anakku. Aku pun mempersilahkannya masuk. ''Eh, dik Lan, anak-anak sama dik Wati ke mana?'' Tanya Bu Zila.''Iya bu saya minta maaf sama ibu karena lupa ngasih tahu kalau hari ini anak saya libur dulu soalnya ikut ibunya ke rumah saudara, bantu-bantu mau ada hajatan''. Jawabku. "Oh begitu, nggak apa-apa, wah dik Lan bujangan lagi dong hari ini?" Kata Bu Zila sambil tersenyum tipis.Aku hanya tersenyum menanggapinya, lalu aku tawarkan padanya minum, pertamanya sih dia menolaknya tapi setelah kutawarkan lagi akhirnya Bu Zila mau juga. Aku pun segera pergi ke dapur membuat minuman. "Kopi aja yah, Bu Zila " Tawarku. ''O, yah nggak apa-apa, apa aja deh''. Jawabnya.
Tapi tiba-tiba otak aku mulai memikirkan yang bukan-bukan, sewaktu aku ke dapur, Bu Zila duduk di atas sofa dan kulihat kain yang di pakai Bu Zila tersingkap menampakkan paha Bu Zila yang agak besar. Aku mencuri pandang sedikit sambil terus berjalan. Karena mataku asik memperhatikan paha Bu Zila aku tidak sadar kalau saat itu sudah dekat dinding dapur hingga kepalaku terantuk, ku gosok-gosok jidatku untuk menghilangkan sakit. Melihatku terantuk Bu Zila langsung bangun dan mendekatiku. "Eh.. dik Lan.. kenapa?" Tanya Bu Zila. Aku tak menjawab, sedangkan wajahku meringis menahan sakit. "Ada apa sih dik Lan? Bu Zila bertanya lagi sambil tersenyum, mungkin lucu melihatku meringis, sedangkan tangannya diulurkan untuk memegang tanganku yang sedang menggosok-gosok jidat. "Nggak apa-apa bu..," Jawabku.Setelah tahu jidatku tidak apa-apa Bu Zila tersenyum lagi lalu dilepaskan pegangan tangannya yang memegang pergelangan tanganku, dan aku terus ke dapur untuk menyiapkan minum untuk Bu Zila dan sesudah siap kemudian ku hidangkan di meja tamu di depan Bu Zila. ''Kopinya di minum ya dik..'' Kata Bu Zila sambil mengangkat gelas kopi lalu menghirupnya perlahan setelah meniup-niup permukaan air kopi agar tidak terlalu panas. ''Oh iya silahkan Bu..,'' Aku mempersilahkan.Saat itu nafsu seksku kembali naik ketika kuperhatikan lagi paha Bu Zila yang kembali tersibak, karena Bu Zila duduk persis dihadapanku, aku dapat melihat dengan jelas hingga ke celana dalamnya yang berwarna krem. Tapi lama-lama Bu Zila rupanya sadar, lalu dibetulkannya letak kain yang dipakainya sehingga pahanya tertutup. "Wah.. dik Lan ini nggak boleh melihat pemandangan, matanya sampai nggak ngedip-ngedip.'' Canda Bu Zila mengagetkanku. ''Ah Bu Zila bisa aja.'' Elakku sambil cengar-cengir.
Nafsu seksku kian terbakar, otakku dipenusi fantasi seks dengan Bu Zila, bisa nggak yah aku ngedapetin wanita berusia 50 tahun ini, bisik hatiku bertanya. Ku coba mereka cara agar nafsuku terhadap Bu Zila dapat terlampiaskan . Aku memang sangat suka wanita yang sudah berumur seperti Bu Zila, bagiku mereka lebih seksi juga lebih memahami dan tidak egois dalam bermain sex. Untuk kesekian kalinya, setelah Bu Zila menghirup kopi, diletakkannya gelas kopi di atas meja, tapi ketika itu Bu Zila lantas bangun. Aku diam saja, dalam hatiku bertanya Bu Zila mau ngapain yah?. Ku lihat Bu Zila berjalan menuju ke lemari dimana aku memajang benda-benda hiasan.
"Istri dik Lan cantik yah?, anaknya juga cakep" Katanya sambil mengamati potret istri dan anakku. "Pasti dong bu, siapa dulu bapaknya" kata aku mencuba bercanda. "Katanya istri dik Lan sedang mengandung anak kedua?'' Tanya Bu Zila. Aku mengiyakan. "Sudah berapa bulan?""5 bulan Bu". "Wah, itu artinya air naik ke kepala dik lan?" Lanjut Bu Fat sambil memandangku."..Emmh, maksud ibu?" Tanyaku tidak mengerti maksud perkataan Bu Zila. ''Nggak usah di terangin juga dik Lan nanti pasti ngerti, tadi kan dik Lan puas memandang selangkangan ibu memangnya ibu nggak tahu, udah gitu gaya dik Lan ini seperti orang yang tak puas saja" Serang Bu Zila.
"Tapi.., tadi itu saya, eu.. eh..,.. bukan.. anu..," Kata ku tergagap tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Ya sudah dik Lan, tenang aja mungkin rezeki dik Lan bisa melihat paha ibu." Kata Bu Zila sambil tersenyum aneh. Aku bingung melihat sikap Bu Zila, hatiku bertanya-tanya apa sih maksud Bu Zila sebenarnya. "Istri dik Lan perginya lama nggak?" Bu Zila bertanya."Sepertinya sih lama bu, soalnya dia pergi kerumah uwaknya, mau ada hajatan katanya, jadi ya.. bantu-bantu disana, malah mungkin nginap disana" Jawabku. "Oh.. gitu.. toh'' Kata Bu Zila.Bu Zila lalu membalikan badannya dan berjalan menuju kembali ke sofa lalu di hempaskan badannya.
''..Ssshh, ahh.., panas banget yah, rasanya semua bagian badan ibu berkeringat nih..'' Gumam Bu Zila, kemudian dibukanya kerudung yang dipakainya. Aku hanya diam sambil memperhatikan saja. "Apa Bu Zila mau mandi?, atau mau buka baju saja, silahkan saja bu" Kataku. Kuberanikan diri untuk mulai memancingnya ke arah situasi yang kuinginkan. "Kalau iya gimana dik Lan, tapi tutup dulu dong gordennya nanti keliatan orang nggak enak." Sambut Bu Zila sambil melihat ke arah gorden. Entah perasaan apa yang kurasakan ketika itu, aku segera bangun, kutarik kain gorden sampai rapat sambil membelakangi Bu Zila. Samar-samar ku dengar bunyi resleting di buka, aku menoleh kebelakang, nampak Bu Zila sedang membuka kain bagian bawah yang di pakainya lalu melepasnya.
"Jangan berdiri saja dik Lan, kalau mau lihat, kesini dong biar dekat.'' Goda Bu Zila. Mendengar itu, segera ku dekati Bu Zila yang tengah menyandarkan dirinya atas sofa, dengan hanya memakai baju kurung tanpa kain bawah. Mata Bu Zila tampak dipejamkan sambil tangannya mengipas-ngipas badannya, sedangkan aku bermaksud kembali ketempatku semula, namun tiba-tiba Bu Zila menarik tangan aku saat aku melintas di depannya hingga badanku terhuyung mau jatuh di atas tubuhnya, kemudian tanpa ku duga Bu Zila lalu menarik ke atas baju kurung dia, dan terpampanglah bra yang menutupi buah dada Bu Zila yang besar. Mataku terbelalak melihatnya.Dia kembali menyandarkan dirinya ke sofa, aku masih berdiri bingung di samping Bu Zila, kemudian bu Zila menarik pantatnya ke tepi sopa lantas bangun dan berdiri. "Dik Lan, ibu mau ke kamar mandi, mau mandi biar segar." Kata Bu Zila. Aku mempersilahkannya, lalu berjalan di depannya untuk menunjukan kamar mandi. Tak lama, terdengar suara air jebar-jebur, sepertinya Bu Zila sedang mandi, tiba-tiba ku dengar suara benda jatuh dari dalam kamar mandi. "Kelumpanggggg!!!!!! Pang pang pang!!!!'' ''Aduhhhhh......!" Suara Bu Zila menjerit.
Dengan tergopoh-gopoh ku dekati kamar mandi, tanganku mencoba mendorong pintu kamar mandi, ternyata tak dikunci, ku beranikan diri saja membuka pintu kamar mandi dan alangkah terkejutnya aku, nampak Bu Zila dengan keadaan tubuhnya yang telanjang bulat terduduk di lantai kamar mandi dengan kedua kaki mengangkang menampakkan memeknya yang di tumbuhi bulu agak lebat dengan bibir memeknya sedikit tebuka, sedangkan sepasang buah dadanya yang besar tampak menggantung berguncang-guncang. "Kenapa bu, apa yang terjadi.. bu?'' Tanyaku khawatir. "Ibu jatuh, kepeleset dik, lantainya kamar mandinya licin, aduhhhh.. pantat ibu sakit.'' Kata Bu Zila dengan suara menahan sakit. Tanpa berkata-kata lagi segera ku raih dan ku bopong tubuh Bu Zila lalu memapahnya keluar dari kamar mandi dalam keadaan tubuhnya masih telanjang bulat, sambil tertatih-tatih ku papah Bu Zila ke sofa lalu ku baringkan. "Oh, yah ibu mau saya ambilkan baju ibu di kamar mandi?" Tanyaku. "Nggak usahlah dik, lagian bukannya tubuh ibu sudah nggak ada lagi yang belum dilihat sama dik Lan kan?'' Jawab Bu Zila.Aku diam aja.
"Dik Lan... tolong dong urutin ini." Pinta Bu Zila sambil menunjuk bagian belakang tubuhnya.Aku mengganguk saja, Bu Zila kemudian membaringkan badannya di atas sofa sedangkan aku duduk di sampingnya sambil memijitkan tanganku ke tubuh Bu Zila. Pantat Bu Zila yang besar montok membuatku sangat bernafsu untuk meremas-remasnya, namun aku coba menahan diri kupikir belum waktunya. ''Bawahan sedikit dik Lan, dekat pinggang, nah itu!" Aku turutkan saja permintaan Bu Zila. Seperti saat Bu Zila memintaku mengurut bagian pinggangnya. Kulit Bu Zila terasa Lembut meski sudah tidak kencang lagi. Semakin lama nafsuku semakin tinggi hingga aku menjadi sedikit liar dan nekad. Pijatanku kini sudah semakin ngaco dan hanya ku arahkan ke bagian-bagian tubuh Bu Zila yang menurutku menarik secara seksual. Pantat Bu Zila ku remas-remas sambil sesekali jariku sengaja ku sentuhkan ke memeknya. Kontolku semakin keras dan tegang saja. Hingga akhirnya aku tak kuat lagi menahan nafsu, kuciumi saja pantat Bu Zila dan ku panjangkan lidahku mencoba menjangkau memek Bu Zila.
"Eh.., dik Lan, koq malah ke situ?" Tanya Bu Zila dengan suara perlahan. Tak ku indahkan lagi pertanyaan Bu Zila, nafsuku sudah sangat tinggi, dengan liar ku jilati memek Bu Zila, ku kuakkan kaki Bu Zila hingga memek Bu Zila yang berjembut agak tebal itu tampak lebih lebih jelas lagi. Aku terus menurunkan lagi lidahku menikmati bahagian bawah memek Bu Zila yang ternyata sudah basah oleh lendir, saat lidahku menyapu sekitar bibir Bu Zila, Bu Zila terdengar mengeluh. "..Mmmmmmmm.., sshh.., jilat yang dalam dik Lan.." Desah Bu Zila. Aku pun menjilati memek Bu Zila dan sesekali mengigit kecil bibir memek serta itil Bu Zila. Sambil menjilat, jari tangan ku ku masukan dan ku putar-putar di dalam lubang memek Bu Zila. "..mmm.., aahh.., ayo masukin yang dalam jarinya, dik lan, nah ..sshh, aahhh.., putar-dik, ahhh..,'' Racau Bu Zila semakin gairah.
Nafsuku semakin tak terbendung lagi, kuminta Bu Zila untuk terlentang. Bu Zila lalu bangun dan menyandarkan tubuhnya ke sofa lalu kakinya mengangkang, muka ku langsung ku hujamkan ke memek Bu Zila. Bu Zila memegang erat kepala aku sambil meramas ramas rambutku. "..sssshh.., mmhh.., aahhhh..," Badan Bu Zila sampai terhempas-hempas menikmati jilatan lidahku pada memek dan itilnya, sesekali ku gigit pelan sampai Bu Zila melenguh agak keras.."Awwwww.., uiiih..., seperti itu.., yaaaa..., aahh.., ayo lagi dik Lan.'' Lenguh Bu Zila lagi. Sambil ku nikmati memeknya, tangan ku meremas-remas tetek Bu Zila yang menggantung bergantian, dan Bu Zila membongkokkan badannya untuk meraih kontolku, aku terus saja menjilat dan menghisap memek Bu Zila sampai aku rasakan seluruh badan Bu Zila bergeletar.
"Jilat dik Lan, Jilat semuanya,..ssshhh.., mmmmmmm.., yah..,'' Bu Zila mengangkat kepalaku sambil tersenyum dia berkata.., "Ayo dik Lan, biar ibu udah tua tapi memek ibu masih legit koq..,'' Kata Bu Zila sambil memegang dan menepuk-nepuk memeknya. Aku senyum, tanganku ku usap-usapkan ke permukaan memek Bu Zila, jembutnya ku tarik pelan-pelan. "Sekarang gantian, ibu pengen ngelihat punya dik Lan.'' Pinta Bu Zila. Aku bangun dan berdiri didepan Bu Zila, ku lepas celanaku, dan tersembulah kontolku yang sudah mengacung keras itu. Melihat itu Bu Zila tersenyum. "Ini kalau ibu jilatin sebentar juga pasti keluar" Kata Bu Zila tersenyum.Aku tak menanggapinya, Bu Zila lalu mendekatkan wajahnya ke kontolku dan mulutnya meraih kontolku, setelah terlebih dahulu lidahnya menjilati. Kontolku terasa hangat ketika Bu Zila memasukannya ke dalam mulutnya.
Kontolku lalu dihisap-hisapnya dengan gerak maju mundur. "mmmmph..... mmmmmppphh" Bunyi mulut Bu Zila ketika menghisap kontolku yang bercampur air liurnya. Bu Zila juga kemudian mengulum pula buah zakar ku. Sesekali Bu Zila memasukkan seluruh batang kontolku kedalam mulutnya dan pada bagian inilah yang aku sangat tak tahan. "..mmmhhhh..., oohh.., Bu Zila terus bu" Aku mengeluh enak sambil ku pegang erat kepala Bu Zila, waktu kurasakan air maniku tak dapat ku tahankan lagi. ''..aahh.., bu saya keluar bu'' Erangku. Air maniku pun muncrat di dalam mulut Bu Zila yang terus saja menghisapi kontolku sambil memainkan lidahnya mengulas-ulas kepala kontolku. Bu Zila tetap memegangi kontolku yang mulai mengecil. Aku terus duduk di sebelah Bu Zila.
"Wah nggak nyangka ibu pinter banget ngisep..,'' Kata ku memuji. "Iya dong dik Lan, soalnya lelaki itu sebenarnya banyak yang lebih suka itunya di hisap dan dijilati, perempuan juga sama banyak yang lebih suka barangnya dijilati saja. Sebab tidak menguras tenaga. Pastinya, kalau lelaki pandai membuat perempuan itu puas secara begini, perempuan akan dapat melayani kembali lelaki itu dengan sempurna." Bu Zila menerangkan. ''Ibu memang sangat suka ngewe, tapi kalau ngewe tapi akhirnya tak puas buat apa? Mending usaha sendiri aja sampai puas." Kata dia lagi sambil meremas-remas kontolku yang perlahan mulai mengeras.
''Hah .. Macam dik Lan ni,, batang dahlah boleh tahan.. besar.. panjangnya cukup.. dan air pulak banyak.. puaslah perempuan tu.. tapi kalau dik lan tak reti.. susahlah nanti. Syok Sendiri.'' kata dia lagi. Aku pun dah mula nak meara main cipap Bu Zila pula. "Dik lan, memek ibu memang sudah agak longgar sedikit, maklum aja ibu kan sudah tua, makanya dik Lan harus menusukkan kontolnya keras.'' Kata Bu Zila. ''Tenang saja bu soal tusuk menusuk sih rasanya saya sanggup.'' Kataku sambil tersenyum.
Bu Zila lantas menyandar kembali di atas sofa dan mengangkangkan kakinya, memeknya terlihat sudah basah. ''Ayo Dik Lan masukin kontolmu cepat.'' Pinta Bu Zila. Aku pun tanpa menunggu lagi segera saja memasukkan kontolku kedalam memek Bu Zila, ku hentak dengan sekuat hati. "Aww.., aduuhh., ayo hentak lagi dik Lan, puaskan ibu...'' Bu Zila mengerang.''Dik Lan coba goyangin sedikit kontolnya deh, biar memek ibu semua ngerasain.'' Kata Bu Zila.Ku ikuti permintaannya, sambil mendorong koputar kontolku bahkan seperti hendak menyungkit isi memek Bu Zila keluar. Gerakan ku menusuk-nusukan kontol kulakukan dengan simultan, aku juga meremas-ramas tetek Bu Zila sambil tetap ku hetakan kontoku kedalamnya. Ku rasakan Bu Zila mengemut-ngemutkan memeknya hingga kontolku serasa di remas-remas nikmat. Aku dan Bu Zila kemudian berganti posisi, Bu Zila memutar badannya supaya aku menusuknya dari belakang.
"..aahh, ..oohhh, ..aaahh, ...oohhh, ...mmmhhh. .." Bu Zila mengeluh keenakan. Hingga beberapa saat kemudian, "Aaaahh.., sshh.....'' Bu Zila mendesah-desah disertai gerakan tubuhnya yang semakin liar sepertinya Bu Zila klimaks. Aku segera mencabut kontolku dari lobang memek Bu Zila yang ternyata di fahami oleh Bu Zila dengan memutar badannya dan disongsongnya kontolku dengan mulutnya. Dan dihisap-hisapnya kontolku lagi, hingga akhirnya kurasakan cairan kenikmatan menjalari kontolku, kenikmatan itu bertambah dengan hisapan yang di lakukan Bu Zila memberi sensasi seks yang berbeda yang tentunya lebih dahsyat karena spermaku seakan-akan disedot keluar oleh mulut Bu Zila. Tubuhku mengejang sedangkan tanganku sibuk mempermainkan sepasang tetek Bu Zila, merasakan kenikmatan itu sampai tetes terahir.
Setelah aku dan Bu Zila sama-sama terdiam beberapa saat, Bu Zila lalu beringsut kemudian berjalan ke kamar mandi. Ku dengar air mencebok, sepertinya Bu Zila sedang membersihkan memeknya. Bu Zila keluar dari kamar mandi sudah dengan memakai celana dalamnya tanpa BH karena Bhnya dan juga pakaiannya di bawa di tangannya sehingga tetek Bu Zila tampak berayun-ayun mengikuti gerak jalan Bu Zila. Ketika ku perhatikan teteknya Bu Zila tampak tanda merah yang secara nggak sadar ku buat ketika ngewe dengan Bu Zila tadi.Bu Zila tersenyum kecil saja ketika melihat ku, dipakainya kembali pakaiannya. Dia kemudian mengenakan kerudungnya dan kembali ke sofa.
Aku yang masih bertelanjang bulat santai saja tiduran di sofa. Bu Zila lalu duduk di sampingku, dipegangnya kontolku yang sudah layu itu dan di remas-remasnya hingga keras dan tegang lagi."Wah, dik Lan mau lagi ya?, ininya keras lagi nih.'' Goda Bu Zila sambil tersenyum. Aku Tak menjawabnya hanya tersenyum sambil mengedipkan mata. Bu Zila mengangsurkan mukanya mendekati kontolku dan mulutnya menggapai kontolku untuk kemudian dihisapnya lagi. ''Dik Lan kita main sekali lagi yah..,'' Ajak Bu Zila kepadaku. Langsung ku anggungkan kepalaku, karena memang itu yang aku maui apa lagi setelah kontolku di sepongnya tadi nafsuku bangkit lagi. Aku dan Bu Zila akhirnya ngewe lagi kali ni Bu Zila masih memakai kerudungnya membuatku semakin bernafsu mengewenya.
Akhirnya setelah merapikan lagi pakaian dan kerudung yang di pakainya, Bu Zila pamit, dia bilang mau pergi mengajar lagi satu di rumah. Aku mengenakan celanaku dan kubukakan pintu untuk Bu Zila, dia tersenyum melirikku sambil memakai sepatunya. ''Istirahat dulu ya dik, biar lebih segar makan telur setengah matang 2 butir dan minum air dicampur madu." Pesan Bu Zila sambil berbisik. "Kalau dik Lan kepengen lagi, kasih tahu ibu yah, atau talepon dulu" Lanjut Bu Zila. ''Baik bu..,'' Jawabku sambil meremas pantat Bu Zila yang gempal..
Hubungan ku dengan Bu Zila terus berlangsung hingga kini, kapan pun aku mau ngewe dengan Bu Zila aku tinggal meneleponnya, dan Bu Zila tak pernah menolaknya, karena biar pun Bu Zila sudah tua ternyata nafsu seksnya masih tetap tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar