Selasa, 04 Maret 2008

Empat Mata XXX: Tamara Bleszynski

(Penonton bersorak-sorai dan bergemuruh menyambut kehadiran presenter Empat Mata XXX yang terkenal ndeso - Tukul Arwana saat pria berbibir ndower itu memasuki studio).
”Selamat malam pemirsa, baik yang di studio maupun di rumah. Malam hari ini kita kedatangan tamu istimewa yang saya yakin sangat ditunggu-tunggu oleh pemirsa semua. Tamu kita kali ini tentunya tak asing lagi, dia adalah seorang artis terkenal, model, pemain sinetron, pemain film, bintang iklan dan kebetulan dia juga seorang janda kembang yang cantik, menarik, bodynya seksi dan wajahnya melankolis. Walaupun janda kembang ini sudah memiliki seorang anak, tapi saya yakin pasti banyak sekali pemirsa yang mengantri kalau-kalau artis satu ini akhirnya mau menikah lagi. Putra tunggal artis ini kini tinggal bersama mantan suaminya dan walaupun artis ini sudah sangat merindukan sang buah hati, tapi susah sekali bertemu dengannya, kalau saya usul sih, daripada repot mending bikin lagi yang baru. Sebenarnya dia sudah meminta saya menjadi pengganti mantan suaminya itu, tapi saya menolak karena sibuk syuting Empat Mata XXX dan menjadi bintang iklan dimana-mana, wahahahaha! Baiklah, mari kita sambut saja: Tamara Bleszynski!”
(Penonton bersorak-sorai dan bergemuruh)
Diiringi lagu yang dimainkan oleh band Peppy, sosok model dan pemain sinetron terkenal Tamara Bleszynski masuk ke panggung. Penonton makin ramai memberi sorak sorai karena penampilan Tamara yang cantik semakin terlihat seksi dengan balutan kemeja dan rok yang ketat berwarna gelap, kontras dengan kulitnya yang putih mulus tanpa cacat. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai indah menambah pesona. Rok yang dikenakan Tamara cukup pendek di bagian bawah sehingga kakinya yang jenjang terlihat menantang dan didukung oleh sepatu berhak tinggi, pantatnya yang bulat terdorong ke atas, sangat menggiurkan mata yang memandang. Tapi tentu saja dari semua kemewahan tubuh memikat Tamara, yang paling menarik adalah buah dadanya yang membusung dan ranum, sangat menggairahkan, konon katanya buah dada itu pernah diasuransikan.
Tukul yang didatangi Tamara langsung meneteskan air liur menatap keindahan body tamunya yang seksi ini. Kalau sama yang ginian, Vega alias Ngatini sih kalah jauh. Tak ayal, ular naga Tukul bergerak-gerak di selangkangannya. “Selamat malam, Tamara”. Sambut Tukul sok akrab.”Selamat malam”. Jawab Tamara lembut. Tutur katanya yang sopan membuat Tukul tambah belingsatan. Dia berusaha menekan ular naganya yang malah tambah ngaceng saat dekat dengan Tamara.
Keduanya bersalaman dengan hangat. Tukul langsung keringetan. Tangan Tamara sangat halus dan mulus. Dengan aksi tipu-tipu pura-pura menyapa penonton, Tukul mengeluskan jempolnya yang besar ke tangan Tamara. Untung saja janda cantik itu sudah biasa menghadapi laki-laki yang memanfaatkan situasi seperti Tukul ini, jadi dia diam saja dan terus tersenyum ke arah penonton. Penonton bersorak-sorai “Cium! Cium! Cium!”
Tukul berbisik pada Tamara, “Bagaimana Tamara? Penonton meminta saya mencium Tamara? Kalau tidak mau tidak apa-apa lho” Tamara tersenyum manis. Sebagai tamu tidak pantas rasanya dia menolak host yang namanya kian kondang di Indonesia ini, lagipula apa salahnya sekedar cium pipi? “Boleh saja, kok Mas Tukul”, bisik Tamara, “cheek to cheek aja kan?” Tukul langsung tersipu-sipu malu. Wah, ini yang namanya kesempatan! “Iyalah, cuma cipika cipiki biasa aja, sekedar face to face”. Penonton masih terus berteriak “Cium! Cium! Cium!”
Tamara menyodorkan pipinya pada Tukul untuk cipika-cipiki. Tapi dasar Tukul, mumpung ada kesempatan nyosor janda secantik Tamara, pasti tidak akan disia-siakannya. Kapan lagi dia bisa dekat dengan Tamara? Sambil memonyongkan bibirnya yang memble, Tukul mendekati pipi Tamara.Dengan senang hati Tamara menerima ciuman pipi kanan dan kiri dari Tukul, tapi janda kembang yang cantik itu kaget saat bibir nyonyor Tukul tiba-tiba saja nyosor ke bibirnya!Nekat amat sih nih orang?! Batin Tamara, Main sosor aja! Tukul menikmati saat terindah dalam hidupnya ini. Dengan pandai dia memanfaatkan situasi dan berhasil mencium bibir indah Tamara. Mantan model itu terkejut dan langsung pucat pasi. Dia kaget sekali karena tiba-tiba saja diserang oleh Tukul. Tapi Tukul malah makin berani saat Tamara bereaksi dan mencoba melepaskan ciumannya.
Bibir memble Tukul melekat di bibir Tamara dan ditekan-tekan dengan kasar, dia mengoleskan bibir besar yang basah oleh air liur itu ke bibir sang tamu. Tamara meronta sesaat tapi dia kemudian teringat kalau saat ini mereka sedang berhadapan dengan live audience, tidak saja yang berada di studio tapi juga sebagian besar masyarakat yang menonton di depan televisi sedang memperhatikannya, dia tidak ingin melakukan tindakan brutal dan emosional yang nantinya bisa menimbulkan keributan dan skandal. Sudah cukup semua masalah dan gosip yang menghantuinya sepanjang hidup, kalaupun ciuman si Tukul ini dinilai kurang ajar, dia bisa menuntutnya nanti di pengadilan, tentunya setelah acara ini selesai.
Dasar si Tukul mupeng, bukannya berhenti malah tambah hot. Tangannya memeluk Tamara dan bergerak nakal menjelajahi setiap lekuk tubuh Tamara, berulang kali tangan Tukul yang masih memeluk Tamara meremas pantat ibu muda yang cantik itu dengan gemas. Lidah Tukul bergerak seperti ular dan mencoba memasuki lubang kecil mulut Tamara. Janda jelita itu menggeleng dan menolak, tapi apalah artinya penolakan Tamara terhadap seorang pria kutukupret seperti Tukul. Lidah Tukulpun segera masuk ke dalam rongga mulut Tamara dan menjelajah ruang itu dengan buas.
Tamara geleng-geleng kepala. Mimpi apa dia semalam kok hari ini bisa-bisanya diajak french kiss sama Tukul? Setelah beberapa saat berciuman, akhirnya Tukul melepaskan Tamara yang megap-megap mengambil nafas. Ciuman sama Tukul ibarat menempelkan bibir ke alat penyedot debu, sedotannya maut! Penonton bersorak-sorai dengan gembira
Tukul mendekati kamera sambil cengengesan. “Gimana pemirsa semua? Pengen ya? Pengen? Makanya jadi orang sukses! Jangan miskin terus! Usaha! Saya bisa begini juga karena bekerja dari nol, kesuksesan ini adalah hasil dari kristalisasi keringat! Saya dulu berawal dari pekerjaan kasar, lalu menjadi cover boy, lalu jadi pelawak sampai sekarang sukses seperti ini” Penonton mengelu-elukan Tukul dan tertawa terbahak-bahak. Tukul segera mempersilahkan Tamara duduk dan berbincang-bincang sejenak dengannya tentang hal-hal formal. Akhirnya tiba memperkenalkan tamu berikutnya.
”Pemirsa, setelah mendapatkan restu dari pihak pengadilan, akhirnya Empat Mata XXX mendapat kehormatan untuk mempertemukan Tamara dengan mantan suaminya dalam rangka mencari titik temu secara kekeluargaan hak asuh Rasya anak Tamara dan Rafly. Setelah dikonfirmasi, telah datang tamu yang berikut ini, tidak lain dan tidak bukan, mantan suami Tamara, Rafly!” Penonton bertepuk tangan saat Rafly masuk ke panggung, bersalaman dengan Tukul dan Tamara. Tukul mempersilahkan Rafly untuk duduk.
”Baik, kembali ke laptop!” Tukul memicingkan mata untuk membaca kalimat yang tertayang di layar monitor laptopnya. “Untuk Rafly, jadi kedatangannya hari ini ke edisi spesial Empat Mata XXX adalah untuk memberikan solusi bagi Tamara tentang hak asuh Rasya? Benar begitu?” Rafly mengangguk dan tersenyum. “Benar sekali, Mas Tukul. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya selaku pengasuh Rasya memberikan kesempatan pada Tamara untuk memperoleh kembali Rasya dengan syarat harus memenuhi beberapa permintaan saya”. “Untuk Tamara”, Tukul menunjuk ke arah tamunya yang cantik. “Bagaimana menurut Tamara penawaran Rafly ini?” “Menurut saya, ini kesempatan yang baik sekali bagi saya untuk membuktikan bahwa tekad saya untuk kembali berdua dengan buah hati saya sangat besar dan tidak akan terkikis oleh apapun juga. Saya bersedia melakukan apapun permintaan Rafly asalkan bisa kembali bersama Rasya”.
Tukul kembali ke depan kamera. “Baiklah pemirsa, sepertinya Tamara dan Rafly akan melakukan perbincangan yang cukup hangat dan serius, apa yang akan terjadi selanjutnya? Saya akan kupas lebih jauh lagi, tetap di EMPAT MATA XXX!!”
###”Setelah jeda iklan, akhirnya kita kembali bertemu”. Kata Tukul sambil cengengesan berdiri di depan kamera. “Saya minta maaf, slot iklan kami memang sudah sangat penuh dan banyak perusahaan yang mengantri untuk bisa menampilkan produknya di acara ini. Mudah-mudahan pemirsa sabar yah, ya begini ini ciri-cirinya acara yang sukses, iklannya banyak! Wahahahaah!” Tukul duduk kembali. “Back to laptop! Untuk Rafly, silahkan mengutarakan keinginannya”.
”Kalau Tamara ingin ketemu Rasya, ada tiga syarat yang harus dipenuhi”. Kata Rafly kemudian. Pria itu memandang ke arah Tamara dengan pandangan sinis penuh percaya diri, dia saat ini sedang berada di atas angin. “Bagaimana?” “Rafly”, Tamara memohon dengan lembut, wajahnya berubah memelas, dia sangat ingin berjumpa dengan Rasya, “kamu kan sudah tahu, apa saja yang telah aku korbankan untuk bisa berjumpa dengan Rasya. Kamu tetap saja selalu melarang aku menemuinya, kalau saja ada yang bisa aku lakukan, pasti akan aku penuhi, jangankan cuma tiga permintaan, sepuluh pun pasti aku penuhi”. “Tidak usah repot-repot”. Kata Rafly. “Cukup tiga permintaan saja, apa buktinya kalau kamu bersedia melakukan tiga permintaanku?” “Apa saja, hitam di atas putih?” tanya Tamara.
Rafly mengangguk dan mengeluarkan beberapa helai kertas berupa surat perjanjian yang rupanya sudah ia siapkan sedari tadi. Rafly juga mengeluarkan ballpoint dan menandatangani beberapa bagian surat tersebut, lalu dia menyerahkannya pada Tamara. “Ini surat perjanjian yang sudah aku buat sejak dari rumah, dengan saksi Mas Tukul, Peppy, Ngatini dan semua pemirsa Empat Mata XXX, aku berjanji akan mempertemukan mantan istriku - Tamara Bleszynski untuk bisa menemui anakku - Rasya secara reguler seminggu sekali saat weekend, dengan syarat harus mau memenuhi tiga permintaanku”. Kata Rafly.
Karena sangat ingin bertemu dengan Rasya, Tamara menandatangani surat perjanjian dengan cepat. Dia sudah tidak sabar lagi ingin segera berjumpa dengan putra tunggal yang sudah tiga bulan lebih tak bisa ditemuinya. Tamara menunjukkannya pada Tukul sebagai saksi dan mengembalikannya pada Rafly. “Rafly, memangnya apa tiga permintaan yang diajukan pada Tamara?” tanya Tukul.
”Permintaannya adalah”, Rafly tersenyum sadis sambil membaca surat perjanjian yang sudah ditanda tangani Tamara. “Satu, selama acara ini berlangsung, dia harus menuruti semua permintaan saya, Mas Tukul dan Peppy. Dua, selama acara ini berlangsung saya ingin Tamara melepaskan semua pakaian yang sekarang ia kenakan sampai bugil. Tiga, saya ingin Tamara melayani Peppy dan Mas Tukul bermain cinta”. Tamara terbelalak, wajahnya memerah karena menahan amarah dan berdiri dengan wajah geram hendak memaki-maki Rafly. Dia sudah siap meninggalkan panggung, tapi beberapa orang sekuriti menahan Tamara. Janda cantik itu meronta-ronta, tapi tak dilepaskan oleh sekuriti.
Rafly menunjukkan tanda tangan Tamara di surat perjanjian sambil berkata penuh percaya diri, “hitam di atas putih”. Tamara menundukkan kepala dan berhenti melawan. Tukul kemudian berdiri dan menunjuk ke arah kamera. “Baiklah pemirsa, sepertinya akan ada sesuatu yang menarik yang akan segera terjadi secara live di studio Empat Mata XXX, saya akan kupas lebih jauh lagi, tetap di EMPAT MATA XXX!!”
###Penonton bertepuk tangan dengan riuh menyambut kembalinya Tukul, Tamara dan Rafly “Baiklah, balik maning nang laptop!” si Tukul tersenyum melihat kata-kata yang tertera di layar monitor laptopnya. “Untuk Tamara: Sekarang saatnya untuk membuka baju yang dikenakan”. Tamara terkejut, “ma-maaf, Mas Tukul bilang apa?” “Buka baju yang Tamara kenakan sekarang juga”. Mata si cantik itu langsung terbelalak dan kemarahannya tak bisa dielakkan lagi. “Gi-gila! Berani-beraninya Mas Tukul bilang begitu pada saya di depan live audience!! Saya tidak mau!! Ini penghinaan! Saya akan tuntut semua”
Tukul mengambil surat yang dibawa Rafly yang ternyata sudah difotokopi pada saat jeda iklan tadi. “Silahkan dituntut, kan Tamara sendiri yang sudah menyetujui perjanjian kita ini?” ”Saya tidak akan mau mengakui perjanjian menjijikkan semacam itu! Puih!” Tamara meludah ke wajah Tukul. Tukul berdiri dengan tenang dan cengengesan menghadap ke arah penonton, “Baiklah, kita tanyakan saja langsung pada pemirsa semua, khususnya pemirsa yang ada di studio saat ini. Bagaimana, ada yang tertarik melihat Tamara Bleszynski membuka baju untuk pertama kalinya di hadapan live audience?” Penonton bersorak-sorai sambil berteriak-teriak kegirangan “Buka, buka, buka!!”
Saat itu barulah Tamara sadar kalau semua penonton di studio adalah laki-laki, tidak ada satupun penonton wanita, mereka mengepung stage dengan pandangan yang seram seakan hendak mencaplok Tamara mentah-mentah. Janda cantik yang seksi itupun semakin ketakutan melihat wajah-wajah mupeng dari para penonton. “Saya gak berani jamin mereka gak akan menyerang Tamara”, kata Tukul menakut-nakuti si cantik Tamara, “mending Tamara saya kasih tahu saja, sebenarnya penonton kali ini adalah pemirsa gabungan dari penjara-penjara di seantero Jawa, beberapa diantara mereka terdapat pemerkosa dan pembunuh, orang-orang katro yang taunya hanya bikin masalah. Jangan tanya saya kok bisa mereka dikumpulkan di sini, itu kerjaannya tim kreatif Empat Mata XXX. Kalau saya jadi Tamara, saya tidak akan mau mencari masalah dengan pemirsa di studio yang sepertinya sudah mulai memanas emosinya”.
Tubuh Tamara bergetar ketakutan. “Lalu, apa yang Mas Tukul inginkan?” “Kalau mau aman dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”, Tukul meringis lebar. “saatnya membuka baju”. Mata Tamara terpejam dengan perasaan tak menentu. “Tidak mau!! Saya belum gila!! Saya tidak mau membuka baju di sini!” Beberapa penonton bangkit dan mendekati stage, para kru TV berusaha keras agar para tahanan yang mulai buas itu tidak melakukan tindakan nekat. Tamara sudah lihat sendiri kan situasinya? “Pilih mana, buka baju atau dikerjai ramai-ramai sama para tahanan ini?”
Wajah Tamara memerah, airmata mulai menetes di pipi wanita jelita itu. Dengan tangan gemetar Tamara mulai membuka kancing bajunya. “I-ini mimpi buruk”, katanya menenangkan diri sendiri. “Ini tidak mungkin terjadi, tidak mungkin!” Tamara bergetar hebat ketika dia membuka kemejanya. “Aku harap sebelum semuanya terlambat, kamu menyadari kalau saat ini sedang melakukan kesalahan, Mas. Aku tidak pantas mendapat perlakuan seperti ini. Aku memang telah menceraikanmu, tapi aku yakin kelak kau akan mendapat yang lebih baik lagi”
Rafly tak bergeming, dengan dingin dia menyingkirkan kemeja Tamara ke arah penonton yang langsung berebut dan menunjuk-nunjuk ke arah roknya. Tak perlu waktu lama untuk melepas rok itu. Tamara berdiri kedinginan di tengah ruangan dengan mengenakan pakaian dalam. Air mata mulai leleh membasahi pipinya.

Tidak ada komentar: