Aku adalah seorang pria berusia 17 tahun. Aku bersekolah di sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di kotaku. Aku tidak terlalu tinggi, tapi tidak juga terlalu pendek, kulitku kuning kecoklatan dan rambutku sedikit cepak di bagian belakang dan samping. Saat ini aku sudah mempunyai pacar, lumayan cantik, kulitnya putih, rambutnya sebahu, namanya Vania. Dia keturunan Chinese dan ada sedikit petualanganku dengannya. Tapi itu cerita lain, saat ini aku akan bercerita sedikit tentang pengalamanku.
Sore-sore sekali aku baru bangun dari tidur siangku. Maklum, kemarin malam aku begadang dan baru tidur sekitar jam 3 subuh, itupun hanya 2 atau 3 jam saja, karena paginya aku harus mengantar ibuku untuk menjemput saudaraku dari Tasikmalaya. Aku sedikit malas, tapi aku memaksakan diri untuk pergi ke stasiun. Saudaraku itu mungkin setingkat dengan bibiku, tapi dia masih sangat muda, hanya terpaut sekitar 3 atau 4 tahun denganku. Sebut saja namanya Sri.Dia pernah tinggal di rumahku sekitar 1 tahun untuk mengambil program Diploma 1, dan aku sering juga tergiur oleh tubuhnya yang sintal dan padat. Itu tidak aneh, karena dia memang menekuni olahraga, khususnya basket. Dia sedikit lebih tinggi dari aku, dan parasnya cukup menawan. Sri sepertinya sudah lama tahu kalau aku mengincarnya, tapi selama ini belum pernah dia memberikan respon baik positif maupun negatif. Setengah tahun yang lalu dia pulang ke kotanya untuk menjenguk orangtuanya, dan sekarang dia kembali ke kotaku untuk mencari pekerjaan.
Oke, kita kembali ke jalan cerita. Malam harinya aku berniat untuk langsung tidur karena masih sedikit ngantuk. Tapi aku sempat mengintip sedikit ke kamar Sri, dan kulihat dia sedang membereskan pakaiannya. Dari jumlah pakaiannya, aku tahu dia akan lama diam di rumahku. Aku senang juga, siapa tahu saja ada kesempatan untuk mengintipnya mandi, atau bahkan sedikit menyentuhnya. Sekitar pukul 20:00 aku sudah terlelap dan aku sudah tidak ingat lagi apayang terjadi di sekitarku, yang aku tahu hanya nikmatnya bantal dan guling di ranjangku.
Aku bangun sekitar pukul 04:00 pagi, aku sudah kebelet ingin buang air kecil. Segera aku berjalan menuju kamar mandi, dan aku sangat terkejut. Kulihat pintu kamar mandi sedikit terbuka, rupanya tidak ditutup atau mungkin lupa ditutup. Kutengok ke dalam dan kulihat Sri ada di dalam. Aku benar-benar terangsang melihat pemandangan indah yang ada di depanku. Entah dia sedang terangsang atau apa, yang jelas kulihat Sri yang masih memakai pakaian tidur tipisnya, dia meremas-remas dadanya di bawah guyuran shower yang membuat tubuhnya yang basah tercetak jelas di balik baju tidurnya. Ternyata Sri tidak mengenakan bra.
Aku tidak tahan lagi, entah kenapa aku jadi sangat berani, aku masuk ke dalam karena pintunya tidak dikunci. Sri kaget setengah mati, dan segera menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Aku pura-pura tenang, dan segera menghadap kloset, dan kubuka celanaku. Kukeluarkan batang kemaluanku dari celana dalamku, dan aku segera kencing di depan Sri.
Sri sendiri sepertinya kagum juga melihat batang kemaluanku yang hampir mencapai ukuran maksimal. Dia memperhatikan sambil sedikit malu-malu. Ketika kulihat wajahnya, Sri memalingkan wajah dan hendak keluar dari kamar mandi. Kontan saja aku meloncat, dengan batang kemaluan yang masih mengeluarkan air kencing, kupeluk Sri dari belakang. Sri pasrah, sepertinya dia juga tidak menolak ajakanku. Aku mengunci pintu sambil terus memeluknya, dan setelah pintu kukunci, kubuka pakaianku, juga celana dalamku yang basah karena terkencingi. Sri sendiri tidak melawan, dia membiarkan kedua tanganku meremas dadanya yang kencang dan berisi dengan liar.
Aku sedikit bosan dengan permainan itu, karena itu segera tanganku menjalar menuju bawah, ke bagian pahanya, dan kemudian hinggap tepat di sela-sela kakinya. Tangan kiriku yang masih meremas dada Sri segera bergerak cekatan, menyingkapkan pakaian tidurnya yang basah. Tangan kananku belum banyak bekerja, hanya bergerak turun naik mengelus-elus pahanya. Sri masih terdiam memejamkan mata ketika kulepaskan pakaian tidurnya. Dia kini hanya memakai celana dalam, itupun tidak bisa dibilang menutupi tubuhnya karena celana dalam itu sangat tipis dan basah, sehingga terlihat bulu-bulu halus di sekitar sela-sela pahanya yang putih mulus. Kuremas sekali lagi dadanya yang kiri dan kanan bergantian.
Sri tiba-tiba melonjak kaget ketika jari tangan kananku menyentuh bagian luar liang kemaluannya yang basah berlendir. Aku memeluknya lebih erat, Sri sedikit berontak, tapi itu tidak menyulitkanku. Kugerakkan perlahan jari tengahku menyusup di balik celana dalamnya. Kugerakkan naik turun menggosok permukaan liang kemaluannya yang semakin basah.
Sekitar 5 menit kemudian, kuhentikan permainanku. Sri membalikkan badannya, dadanya naik turun dan nafasnya tidak beraturan. Terlihat sekali kalau dia sangat menikmati permainaku. Kucium belahan dadanya, lalu kujilat puting susunya, kumainkan lidahku di sana dan kurasakan nafas Sri semakin memburu tepat di atas ubun-ubunku. Kujilat puting susu kanannya, sedangkan tangan kiriku meremas dada kirinya. Aku menyukai kedua susunya yang mantap itu, dan sekali-sekali kuhisap putingnya dan Sri selalu mendesah panjang ketika itu kulakukan.
Tangan kananku bergerak ke bawah, mencoba membuka celana dalam Sri dari sela-sela kakinya. Kali ini Sri tidak melawan, dia membuka sedikit kakinya dan itu membuatku mudah mendorong celana dalamnya hingga lututnya yang kemudian merosot hingga lepas. Kembali tangan kananku menuju selangkangan kakinya, dan dengan jari tengahku kuusap lembut permukaan liang kemaluannya yang semakin basah.
Jari telunjuk dan jari manisku kugunakan untuk membuka liang kemaluannya lebih lebar, sedangkan jari tengahku menggosok-gosok bagian tengahnya yang hangat dan berlendir perlahan. Sri mengerang perlahan sambil berusaha mengatur nafasnya yang semakin memburu. Itu tidak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian tubuh Sri menggelinjang hebat seperti kehilangan keseimbangan. Kulemaskan liang kemaluan dan dadanya, dan kupeluk dia mencegah dia jatuh. Sri merapatkan tubuhnya dan memelukku dengan erat sambil bergoncang-goncang. Nafasnya memburukeras, kemudian kembali melemah setelah beberapa saat. Aku tahu Sri sudah mencapai puncak, dan ini harus kumanfaatkan.
Setelah Sri bisa berdiri dengan tegap lagi, kembali tangan kananku menuju selangkangannya. Kali ini jari tengahku tidak hanya menggosok-gosok liang kemaluannya, tapi mulai menekan masuk ke dalam. Liang kemaluannya sudah sangat basah, dan terasa lendirnya membasahi jariku. Kurapatkan keempat jariku, dan dengan posisi menggenggam, kutekan liang kemaluannya dari bawah sedangkan ibu jariku menekan dari atas. Lendir segera mengalir ke telapak tanganku, setelah kurasa cukup, kugunakan lendir itu untuk melumuri batang kemaluanku yang sudah sangat tegang. Lendirnya cukupbanyak sehingga batang kemaluanku sudah seluruhnya basah dan licin. Kukocok beberapa kali untukmemastikan lendirnya merata, lalu kembali mengelus liang kemaluan Sri.
Sri sendiri tidak banyak bergerak, dia hanya berdiri sambil memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Sesekali mulutnya terbuka, tapi dia tidak bersuara. Jari-jariku semakin rajin mengelus liang kemaluannya, dan ketika kutemukan lubang kemaluannya, kutekan jari tengahku ke dalam sehingga seluruhnya masuk ke dalam. Sri mendesah panjang, dan kurasakan jariku seperti di pijit-pijit di dalam. Kugerakkan jariku keluar masuk, dan sesekali kutekandinding liang kemaluannya yang terus menekan jari-jariku. Aku tidak tahan lagi, kupeluk Sri dari depan, dan kuarahkan kepala batang kemaluanku ke bagian liang kemaluannya, kugosok-gosokkan perlahan, dan begitu kutemukan lubang kemaluannya, kuangkat pinggulku sedikit sehingga kepala batang kemaluanku masuk ke dalam.
Sri mendesah sambil memelukku lebih erat. Kugoyang-goyangkan pinggulku tapi tidak kutekan lagi. Sri sepertinya sudah sangat terangsang, dia berbisik di telingaku, "Masukkan.. masukkan sekarang, kumohon, ah.." Aku tahu Sri sudah tidak sabar, begitu pula aku. Sekali lagi kuangkat pinggulku ke atas dengan sedikit menghentak, dan sekitar setengah batang kemaluanku masuk kedalam. Sri mendesah panjang dan kurasakan batang kemaluanku basah oleh lendir. Rasanya hangat dan nikmat karena dinding liang kemaluannya memijit-mijit seperti menghisap batang kemaluanku ke dalam. Kupeluk pinggang Sri, dan dengan segera Sri mengangkat kedua kakinya ke pinggangku. Tangannya memeluk leherku dan kakinya melilit di pantatku. Kutekan tubuhnya ke tembok, dan dengan sekali hentak batang kemaluanku seluruhnya amblas. Sri mengerang perlahan, kemudian berdesah panjang.
Kuhentak-hentakkan pinggulku, dan setiap kali kuhentak, dada Sri mengguncang-guncang tepat di depan wajahku. Kembali kujilat pentilnya yang sudah keras menantang. Aku tak sengaja melirik arlojiku, dan kulihat sudah pukul setengah lima. Aku tidak ingin ada yang mengetahuinya, karena itu aku segera membaringkan tubuh Sri di lantai. Tentu saja batang kemaluanku masih di dalam liang kemaluannya, dan segera kutindih tubuhnya. Kukocok liang kemaluannya, dan Sri berdesah-desah keenakan. Semakin lama kocokanku semakin kencang, dan desahan Sri yang tadi perlahan kini berubah menjadi jeritan-jeritan kecil. Sekitar 5 menit kemudian, kurasakan batang kemaluanku panas, aku akan segera mencapai puncak, dan kupercepat kocokanku. Sri sendiri semakin liar menggeinjang. Sri kemudian menggelinjang hebat, aku tahu dia sudah mencapai klimaks, karena itu kupercepat kocokanku, semakin cepat dan terus bertambah cepat.
Sri menjerit-jerit tertahan, dan ketika hampir puncak, kutarik batang kemaluanku dari liang kemaluannya dan aku segera merangkak maju, kusimpan batang kemaluanku di belahan dada Sri. Sri sepertinya mengerti, dan langsung menekan dadanya ke tengah, menjepit batang kemaluanku. Aku bergerak-gerak seperti mengocok liang kemaluannya, tapi kali ini di dadanya. Ternyata tidak kalah nikmatnya, dan tidak lama kemudian batang kemaluanku semakin panas, dan.. "Crot.. crot.. crot.." Aku berdesah, dan maniku menyembur ke muka dan dada Sri. Tidak lama, aku segera membantu Sri berdiri, dan setelah membersihkan batang kemaluanku, kubuka pintu kamar mandi, setelah kutengok ke luar, tidak ada siapa-siapa, aku segera keluar, tapi akutersandung dan terjatuh.
"Aduh.." aku mengeluh sakit, tapi ketika kubuka mataku, "Lho.." aku benar-benar kaget, ternyata aku jatuh dari ranjangku. Aku baru sadar kalau semua itu hanyalah mimpi, aku tersenyum sambil mengusap kakiku yang sedikit memar. Kulihat arlojiku, pukul 04:00 tepat, aku kebelet, dan segera menuju kamar mandi, tapi sampai di sana, aku terkejut setengah mati, aku sedikit tidak percaya, lalu kugosok mataku dengan kencang, lalu aku membuka mataku lagi, kulihat Sri sedang meremas-remas dadanya di bawah guyuran shower dengan pakaian tidur tipisnya yang sudah basah.
Aku terkejut setengah mati, apa mimpi itu jadi kenyataan? aku tidak peduli, aku segera masuk kedalam, yang ada di dalam pikiranku hanyalah keinginan untuk menikmati tubuh Sri, seperti yang kualami dalam mimpiku. Aku sudah bertekad untuk mengejar mimpiku itu, dan untuk mewujudkan mimpiku, aku tidak peduli resikonya, paling-paling aku jatuh tersandung dan kakiku memar seperti dalam mimpiku. Sekarang yang penting kunikmati tubuh Sri, he..he..he..!
Sore-sore sekali aku baru bangun dari tidur siangku. Maklum, kemarin malam aku begadang dan baru tidur sekitar jam 3 subuh, itupun hanya 2 atau 3 jam saja, karena paginya aku harus mengantar ibuku untuk menjemput saudaraku dari Tasikmalaya. Aku sedikit malas, tapi aku memaksakan diri untuk pergi ke stasiun. Saudaraku itu mungkin setingkat dengan bibiku, tapi dia masih sangat muda, hanya terpaut sekitar 3 atau 4 tahun denganku. Sebut saja namanya Sri.Dia pernah tinggal di rumahku sekitar 1 tahun untuk mengambil program Diploma 1, dan aku sering juga tergiur oleh tubuhnya yang sintal dan padat. Itu tidak aneh, karena dia memang menekuni olahraga, khususnya basket. Dia sedikit lebih tinggi dari aku, dan parasnya cukup menawan. Sri sepertinya sudah lama tahu kalau aku mengincarnya, tapi selama ini belum pernah dia memberikan respon baik positif maupun negatif. Setengah tahun yang lalu dia pulang ke kotanya untuk menjenguk orangtuanya, dan sekarang dia kembali ke kotaku untuk mencari pekerjaan.
Oke, kita kembali ke jalan cerita. Malam harinya aku berniat untuk langsung tidur karena masih sedikit ngantuk. Tapi aku sempat mengintip sedikit ke kamar Sri, dan kulihat dia sedang membereskan pakaiannya. Dari jumlah pakaiannya, aku tahu dia akan lama diam di rumahku. Aku senang juga, siapa tahu saja ada kesempatan untuk mengintipnya mandi, atau bahkan sedikit menyentuhnya. Sekitar pukul 20:00 aku sudah terlelap dan aku sudah tidak ingat lagi apayang terjadi di sekitarku, yang aku tahu hanya nikmatnya bantal dan guling di ranjangku.
Aku bangun sekitar pukul 04:00 pagi, aku sudah kebelet ingin buang air kecil. Segera aku berjalan menuju kamar mandi, dan aku sangat terkejut. Kulihat pintu kamar mandi sedikit terbuka, rupanya tidak ditutup atau mungkin lupa ditutup. Kutengok ke dalam dan kulihat Sri ada di dalam. Aku benar-benar terangsang melihat pemandangan indah yang ada di depanku. Entah dia sedang terangsang atau apa, yang jelas kulihat Sri yang masih memakai pakaian tidur tipisnya, dia meremas-remas dadanya di bawah guyuran shower yang membuat tubuhnya yang basah tercetak jelas di balik baju tidurnya. Ternyata Sri tidak mengenakan bra.
Aku tidak tahan lagi, entah kenapa aku jadi sangat berani, aku masuk ke dalam karena pintunya tidak dikunci. Sri kaget setengah mati, dan segera menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Aku pura-pura tenang, dan segera menghadap kloset, dan kubuka celanaku. Kukeluarkan batang kemaluanku dari celana dalamku, dan aku segera kencing di depan Sri.
Sri sendiri sepertinya kagum juga melihat batang kemaluanku yang hampir mencapai ukuran maksimal. Dia memperhatikan sambil sedikit malu-malu. Ketika kulihat wajahnya, Sri memalingkan wajah dan hendak keluar dari kamar mandi. Kontan saja aku meloncat, dengan batang kemaluan yang masih mengeluarkan air kencing, kupeluk Sri dari belakang. Sri pasrah, sepertinya dia juga tidak menolak ajakanku. Aku mengunci pintu sambil terus memeluknya, dan setelah pintu kukunci, kubuka pakaianku, juga celana dalamku yang basah karena terkencingi. Sri sendiri tidak melawan, dia membiarkan kedua tanganku meremas dadanya yang kencang dan berisi dengan liar.
Aku sedikit bosan dengan permainan itu, karena itu segera tanganku menjalar menuju bawah, ke bagian pahanya, dan kemudian hinggap tepat di sela-sela kakinya. Tangan kiriku yang masih meremas dada Sri segera bergerak cekatan, menyingkapkan pakaian tidurnya yang basah. Tangan kananku belum banyak bekerja, hanya bergerak turun naik mengelus-elus pahanya. Sri masih terdiam memejamkan mata ketika kulepaskan pakaian tidurnya. Dia kini hanya memakai celana dalam, itupun tidak bisa dibilang menutupi tubuhnya karena celana dalam itu sangat tipis dan basah, sehingga terlihat bulu-bulu halus di sekitar sela-sela pahanya yang putih mulus. Kuremas sekali lagi dadanya yang kiri dan kanan bergantian.
Sri tiba-tiba melonjak kaget ketika jari tangan kananku menyentuh bagian luar liang kemaluannya yang basah berlendir. Aku memeluknya lebih erat, Sri sedikit berontak, tapi itu tidak menyulitkanku. Kugerakkan perlahan jari tengahku menyusup di balik celana dalamnya. Kugerakkan naik turun menggosok permukaan liang kemaluannya yang semakin basah.
Sekitar 5 menit kemudian, kuhentikan permainanku. Sri membalikkan badannya, dadanya naik turun dan nafasnya tidak beraturan. Terlihat sekali kalau dia sangat menikmati permainaku. Kucium belahan dadanya, lalu kujilat puting susunya, kumainkan lidahku di sana dan kurasakan nafas Sri semakin memburu tepat di atas ubun-ubunku. Kujilat puting susu kanannya, sedangkan tangan kiriku meremas dada kirinya. Aku menyukai kedua susunya yang mantap itu, dan sekali-sekali kuhisap putingnya dan Sri selalu mendesah panjang ketika itu kulakukan.
Tangan kananku bergerak ke bawah, mencoba membuka celana dalam Sri dari sela-sela kakinya. Kali ini Sri tidak melawan, dia membuka sedikit kakinya dan itu membuatku mudah mendorong celana dalamnya hingga lututnya yang kemudian merosot hingga lepas. Kembali tangan kananku menuju selangkangan kakinya, dan dengan jari tengahku kuusap lembut permukaan liang kemaluannya yang semakin basah.
Jari telunjuk dan jari manisku kugunakan untuk membuka liang kemaluannya lebih lebar, sedangkan jari tengahku menggosok-gosok bagian tengahnya yang hangat dan berlendir perlahan. Sri mengerang perlahan sambil berusaha mengatur nafasnya yang semakin memburu. Itu tidak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian tubuh Sri menggelinjang hebat seperti kehilangan keseimbangan. Kulemaskan liang kemaluan dan dadanya, dan kupeluk dia mencegah dia jatuh. Sri merapatkan tubuhnya dan memelukku dengan erat sambil bergoncang-goncang. Nafasnya memburukeras, kemudian kembali melemah setelah beberapa saat. Aku tahu Sri sudah mencapai puncak, dan ini harus kumanfaatkan.
Setelah Sri bisa berdiri dengan tegap lagi, kembali tangan kananku menuju selangkangannya. Kali ini jari tengahku tidak hanya menggosok-gosok liang kemaluannya, tapi mulai menekan masuk ke dalam. Liang kemaluannya sudah sangat basah, dan terasa lendirnya membasahi jariku. Kurapatkan keempat jariku, dan dengan posisi menggenggam, kutekan liang kemaluannya dari bawah sedangkan ibu jariku menekan dari atas. Lendir segera mengalir ke telapak tanganku, setelah kurasa cukup, kugunakan lendir itu untuk melumuri batang kemaluanku yang sudah sangat tegang. Lendirnya cukupbanyak sehingga batang kemaluanku sudah seluruhnya basah dan licin. Kukocok beberapa kali untukmemastikan lendirnya merata, lalu kembali mengelus liang kemaluan Sri.
Sri sendiri tidak banyak bergerak, dia hanya berdiri sambil memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Sesekali mulutnya terbuka, tapi dia tidak bersuara. Jari-jariku semakin rajin mengelus liang kemaluannya, dan ketika kutemukan lubang kemaluannya, kutekan jari tengahku ke dalam sehingga seluruhnya masuk ke dalam. Sri mendesah panjang, dan kurasakan jariku seperti di pijit-pijit di dalam. Kugerakkan jariku keluar masuk, dan sesekali kutekandinding liang kemaluannya yang terus menekan jari-jariku. Aku tidak tahan lagi, kupeluk Sri dari depan, dan kuarahkan kepala batang kemaluanku ke bagian liang kemaluannya, kugosok-gosokkan perlahan, dan begitu kutemukan lubang kemaluannya, kuangkat pinggulku sedikit sehingga kepala batang kemaluanku masuk ke dalam.
Sri mendesah sambil memelukku lebih erat. Kugoyang-goyangkan pinggulku tapi tidak kutekan lagi. Sri sepertinya sudah sangat terangsang, dia berbisik di telingaku, "Masukkan.. masukkan sekarang, kumohon, ah.." Aku tahu Sri sudah tidak sabar, begitu pula aku. Sekali lagi kuangkat pinggulku ke atas dengan sedikit menghentak, dan sekitar setengah batang kemaluanku masuk kedalam. Sri mendesah panjang dan kurasakan batang kemaluanku basah oleh lendir. Rasanya hangat dan nikmat karena dinding liang kemaluannya memijit-mijit seperti menghisap batang kemaluanku ke dalam. Kupeluk pinggang Sri, dan dengan segera Sri mengangkat kedua kakinya ke pinggangku. Tangannya memeluk leherku dan kakinya melilit di pantatku. Kutekan tubuhnya ke tembok, dan dengan sekali hentak batang kemaluanku seluruhnya amblas. Sri mengerang perlahan, kemudian berdesah panjang.
Kuhentak-hentakkan pinggulku, dan setiap kali kuhentak, dada Sri mengguncang-guncang tepat di depan wajahku. Kembali kujilat pentilnya yang sudah keras menantang. Aku tak sengaja melirik arlojiku, dan kulihat sudah pukul setengah lima. Aku tidak ingin ada yang mengetahuinya, karena itu aku segera membaringkan tubuh Sri di lantai. Tentu saja batang kemaluanku masih di dalam liang kemaluannya, dan segera kutindih tubuhnya. Kukocok liang kemaluannya, dan Sri berdesah-desah keenakan. Semakin lama kocokanku semakin kencang, dan desahan Sri yang tadi perlahan kini berubah menjadi jeritan-jeritan kecil. Sekitar 5 menit kemudian, kurasakan batang kemaluanku panas, aku akan segera mencapai puncak, dan kupercepat kocokanku. Sri sendiri semakin liar menggeinjang. Sri kemudian menggelinjang hebat, aku tahu dia sudah mencapai klimaks, karena itu kupercepat kocokanku, semakin cepat dan terus bertambah cepat.
Sri menjerit-jerit tertahan, dan ketika hampir puncak, kutarik batang kemaluanku dari liang kemaluannya dan aku segera merangkak maju, kusimpan batang kemaluanku di belahan dada Sri. Sri sepertinya mengerti, dan langsung menekan dadanya ke tengah, menjepit batang kemaluanku. Aku bergerak-gerak seperti mengocok liang kemaluannya, tapi kali ini di dadanya. Ternyata tidak kalah nikmatnya, dan tidak lama kemudian batang kemaluanku semakin panas, dan.. "Crot.. crot.. crot.." Aku berdesah, dan maniku menyembur ke muka dan dada Sri. Tidak lama, aku segera membantu Sri berdiri, dan setelah membersihkan batang kemaluanku, kubuka pintu kamar mandi, setelah kutengok ke luar, tidak ada siapa-siapa, aku segera keluar, tapi akutersandung dan terjatuh.
"Aduh.." aku mengeluh sakit, tapi ketika kubuka mataku, "Lho.." aku benar-benar kaget, ternyata aku jatuh dari ranjangku. Aku baru sadar kalau semua itu hanyalah mimpi, aku tersenyum sambil mengusap kakiku yang sedikit memar. Kulihat arlojiku, pukul 04:00 tepat, aku kebelet, dan segera menuju kamar mandi, tapi sampai di sana, aku terkejut setengah mati, aku sedikit tidak percaya, lalu kugosok mataku dengan kencang, lalu aku membuka mataku lagi, kulihat Sri sedang meremas-remas dadanya di bawah guyuran shower dengan pakaian tidur tipisnya yang sudah basah.
Aku terkejut setengah mati, apa mimpi itu jadi kenyataan? aku tidak peduli, aku segera masuk kedalam, yang ada di dalam pikiranku hanyalah keinginan untuk menikmati tubuh Sri, seperti yang kualami dalam mimpiku. Aku sudah bertekad untuk mengejar mimpiku itu, dan untuk mewujudkan mimpiku, aku tidak peduli resikonya, paling-paling aku jatuh tersandung dan kakiku memar seperti dalam mimpiku. Sekarang yang penting kunikmati tubuh Sri, he..he..he..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar