Pada saat kisah ini terjadi aku masih berusia 19 tahun. Pada pertengahan tahun 2001 aku menadapat telpon dari keluarga agar segera datang ke Bekasi Jawa Barat, dikarenakan adanya acara rembugan keluarga besarku. Sebenarnya aku kurang begitu tertarik dengan acara rembugan keluarga yang terasa amat menjemukan, karena aku lebih tertarik pada world IT, yang memang pada tahun itu demam internet di Jogja benar-benar mencapai puncaknya dengan munculnya banyak warung internet laksana jamur di musim hujan.
Singkat kata, aku segera memesan tiket bus malam jurusan bekasi yaitu bus Sumber Alam, karena aku sudah mengenal salah satu stafnya sehingga mudah bagiku untuk mendapatkan tempat duduk yang kuinginkan. Maka keesokan harinya aku berangkat dari terminal Umbulharjo yang kini sudah rata dengan tanah. Ternyata penumpang sore itu teramat sepi hanya beberapa orang saja, praktis kami bebas meilih tempat duduk sesuai yang kami inginkan.
Pada jam 17:00 tibalah bis di pool pemberhentian di kantor pusat mereka di Kutoarjo Jawa Tengah. Disini kami cukup lama berhenti karena ada beberapa penumpang baru. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan para penumpang baru itu karena mereka semua para rombongan dari beberapa keluarga. Tanpa sengaja perhatianku terarah pada seorang gadis yang langsing tinggi badan 160 an rambut sepunggung kult sawo matang. Ternyata dia berangkat bersama kakaknya yang telah bersuami. Gadis itu duduk di bangku tengah kalo tidak salah seat 11-12 dia duduk sendiri sementara kakaknya duduk di seat 7-8 tepat didepannya. Dikarenakan para penumpang baru banyak para lanjut usia maka munculnya jiwa sosialku untuk memberikan tempat dudukku kepada mereka, kemudian aku pindah agak kebelakang pada seat 15-16 tepat di belakang gadis yang barusan naik.
Pada jam 17:30 bis mulai berangkat kembali meneruskan perjalanan menuju arah matahari terbenam. Hingga akhirnya kota demi kota terlewati jembatan demi jembatan terlalui. Tanpa disadri aku terserang kantuk hingga akhirnya tertidur tapi agak sulit bagiku untuk tidur mengingat jalur selatan Jawa Tengah yang sempit sehinggga rem mendadak sering terjadi hingga membangunkanku. Saat itu pikiranku mulai ngeres dan mulai membayangkan yang tidak tidak. Yang selalu muncul hanyalah bayangan gadis yang duduk di depanku tapi masih masih bisa kutahan karena para penumpang juga masih banyak yang ngobrol ngalor-ngidul.
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 00:30 saat itu perjalanan sudah mulai memasuki wilayah perbatasan Jawa Tengah – Jawa Barat. Saat itulah pikiran kotor dan keinginan untuk berbuat yang “kuinginkan”. Mulai lah aku menaruh tangankan di sandaran tempat gadis itu duduk. Perbuatan iseng itu kulanjutkan dengan mulai menyentuh rambutnya dan membiarkan kepalanya menempel ditanganku. Aku mulai melihat kiri kanan untuk mengamankan situasi, kemudian aku melihat melalui celah antara bangku untuk melihat apakah gadis itu benar-benar tidur. Aku tertarik pada tonjolan pada dadanya, aku memperkirakan dia memakai bra 34A (cuma perkiraan) karena cupnya tidak terlalu besar.
Semakin lama aku semakin berani menaruh tanganku di belakang kepalanya agar aku bisa mencuri kesempatan. Tapi berkali-kali dia merasa terganggu dengan tanganku hingga sering memperingatkanku dengan berkata ”Mas! Tolong tangannya”. Berkali kali dia memperingatkanku untuk tidak mencoba mengganggunya. Tapi perbuatan itu terus kuulangi mungkin karena sudah jenuh memperingatkanku dia akhirnya cuek saja. Saat inilah ibarat pepatah Dikasih hati minta jantung mulai berlaku. Dengan perlahan aku mencoba mlewatkan tanganku melaui celah antara bangku untuk memegang dadanya yang masih terbungkus. Ahhhh dalam pikiranku hmmm… benar-benar hangat. Saat itu gairah mulai bergejolak dan menyebabkan berbuat lebih nekat kuulangi terus kadang aku mencoba meremasnya perlahan. Tapi aku selalu waspada kalau-kalau dia terbangun. Aku makin gelap mata terus menyentuh dan sesekali meremas dadanya.
Ketika dia terbangun aku dengan cepat menarik tanganku, tapi aku yakin dia pasti mengetahui kalo aku memegang dadanya berkali-kali. Kemudian dia mengambil jaket untuk dijadikan selimut sekaligus tameng untuk menutupi tubuhnya dari tanganku yang kreatif. Aku selalu mengawasi keadaannya dari belakang, ketika jaket penutupnya mulai bergeser aku memulai aksiku berkali-kali hingga “batang kejantanan”ku mulai mengeras. Ketika aku mencoba mengulangi untuk menyentuh dadanya tiba-tiba dia terbangun dengan cepat dan menangkap basah aku, dan berkata “Mas!!!”. Dengan wajah ketus dia memandangiku seolah penuh kebencian. Aku benar-benar sudah habis aku sangat khawatir kalau-kalau dia melapor pada awak bus atau pada kakaknya. Kemudian aku berpura-pura tidur tapi ternyata dia tidak melporkan ku. Aku semakin merasa curiga dan semakin yakin bahwa selama 1/2 jam aku mencoba bergerilya dia sengaja membiarkanku.
Dengan cepat aku mengambil inisiatif untuk duduk di sebelahnya dengan alasan untuk meminta maaf. Kemudian aku berkata “Mbak.! Saya minta maaf atas perbuatan saya tadi, saya benar-benar khilaf”. Dia menjawab “Awas! Jangan coba mengulanginya lagi”. Aku menjadi tenang kemudian aku berusaha memberanikan diri untuk mengajaknya berkenalan. Walaupun dengan nada yang sedikit ketus akhirnya dia memperkenalkan diri dan kami akhirnya berkenalan ternyata dia bernama Erna berusia 23 tahun, alumni sebuah sekolah tinggi ilmu ekonomi swasta di Jakarta, dia mengatakan kalau dia bekerja di Cikampek. Dan ternyata dia naik bus untuk tujuan Cikampek.
Tanpa terasa waktu semakin cepat berlalu waktu itu jam menunjukkan pukul 02:00 dinihari dan perjalanan sudah berada di wilayah Kabupaten Indramayu. Aku semakin berfikir taktis bahwa sebentar lagi Cikampek akan menyambut. Aku mulai bertanya “Mbak Erna tadi kenapa kok waktu saya pegang dadanya diam aja? Pura-pura nggak terasa ya?” dia menjawab “Lah orang tidur kan nggak terasa”. Aku kembali barkata “Ah.. yang bener tapi tadi kenapa pake acara ditutupi jaket segala?” Tanpa henti aku berkata lagi “ Udah jujur aja mbak Erna suka kan digituin?”. Akhirnya dia mengaku “Ihh perempaun mana yang nggak suka kalau dipegang cowok. Lesbi kali yang nggak suka”.
Dia meneruskan “Kamu sih pegang-pegang dada cewek sembarangan maen nyelonong aja, emangnya maling?”. Kemudian aku langsung mengambil tindakan dengan memegang tangannya, dan berkata “Tangan mbak dingin banget sih”, lalu dia menjawab “Iya nih ACnya dingin banget”. Setelah beberapa menit pegangan tangan maka aku beranikan menuntun tangannya untuk memegang “rudal”ku yang amat keras yang masih terbungkus celana. Beberapa kali dia menolak bahkan sempat memelototi aku. Sampai pada usaha terkahir Pucuk dicinta Ulampun Tiba, aku merasa kaget dia mencoba memasukkan tangannya kedalam celanaku, aku dengan cepat melepas jaketku dan menutupinya menggunakan jaket.
Aku merasa kelojotan tangannya yang halus mengocok-ngocok batang lunak itu dengan perlahan tapi terasa kadang sampai meringis kenikmatan. Kemudian dia menyandarkan kepalanya dipundak kananku. Tapi aku langsung mencium bibir nya kulumat tanpa ampun tapi tetap menjaga agar tidak bersuara. Saat kulumat bibirnya dia bersuara pelan “mmmmmmfffffffffff” menahan nafas. Tangan kananku mulai mencoba memeluknya kemudian tanganku masuk ke dadanya aku langsung meremasnya perlahan dan memelintir puting susunya. Tangannya semakin cepat mengocok-ngocok penisku sampai aku hampir tak mampu menahan suara. Kemudian dia berbisik “Jangan dada melulu donk”. Dengan cepat tanganku ku masukkan ke celananya dan ahhhhhhh aku menemukan semak belukar kemudian menurui bukit dan menemukan danau kenikmatan. Dengan perlahan aku menggesekkan jariku kemudian mencoba memasukkan jari tengahku kedalam liang nan hangat.
Aku semakin nekat dengan agak memaksa aku menaikkan sweaternya dan mengeluarkan payudara dari bungkusnya seperti bayi sehat yang haus akan ASI aku hisap putingnya kuat kuat hingga dia mendesah pelan “sssshhh”. Sepertinya gadis 23 tahun itu tak kalah agresif tangannnya semakin cepat mengocok penisku tanpa ampun.
Dia berbisik “Aku keluar” tanpa aku memperdulikannya, aku terus menghisap dan menjilati putingnya diselingi gigitan kecil gigi seriku bergantian kiri dan kanan. Memang saat itu aku merasa ada ciran deras yang keluar dari vaginanya itu, cairan hangat dan kental khas aroma kewanitaan. Kemudian dia berbisik “Nanti kalau mau keluar bilangnya biar aku telen semua seperma kamu”. Aku menjawab “Iya, sebentar lagi keluar”. Tiba-tiba kocokannya semakin cepat aku berkata “Hampir keluar say”. Dengan cepat dia mengocok diselingi kuluman nikmat. Dan akhirnya “Sssshhhhhhhhhhhh hmmmfffffff” sambil menahan suaraku. Nafsu angkara itu tertumpahkan dalam bentuk cairan hangat dan kental. Dia menghisapnya dengan kuat dia memaksa agar semua cairan keluar dan menjilati ujungnya. Erna benar-benar menelan seluruh cairan yang keluar dari batang kejantananku. Kemudian aku mengambil Aqua kemasan 600 ml untuk segera diminum oleh Erna manisku. Kami hanya tersenyum kemudian dia mencium pipiku dengan mesra sembari memberikan kartu namanya.
Akhirnya bus berhenti di Cikampek pada jam 03:45, Erna beserta keluarganya turun di Cikampek. Pada saat akan meninggalkan bangku di berbisik “Jangan pernah lupakan Erna Apriliani”. Dia menyebutkan nama yang sama dengan yang tertera pada kartu namanya. Aku hanya tersenyum tanpa bisa berbicara lagi.
Singkat kata, aku segera memesan tiket bus malam jurusan bekasi yaitu bus Sumber Alam, karena aku sudah mengenal salah satu stafnya sehingga mudah bagiku untuk mendapatkan tempat duduk yang kuinginkan. Maka keesokan harinya aku berangkat dari terminal Umbulharjo yang kini sudah rata dengan tanah. Ternyata penumpang sore itu teramat sepi hanya beberapa orang saja, praktis kami bebas meilih tempat duduk sesuai yang kami inginkan.
Pada jam 17:00 tibalah bis di pool pemberhentian di kantor pusat mereka di Kutoarjo Jawa Tengah. Disini kami cukup lama berhenti karena ada beberapa penumpang baru. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan para penumpang baru itu karena mereka semua para rombongan dari beberapa keluarga. Tanpa sengaja perhatianku terarah pada seorang gadis yang langsing tinggi badan 160 an rambut sepunggung kult sawo matang. Ternyata dia berangkat bersama kakaknya yang telah bersuami. Gadis itu duduk di bangku tengah kalo tidak salah seat 11-12 dia duduk sendiri sementara kakaknya duduk di seat 7-8 tepat didepannya. Dikarenakan para penumpang baru banyak para lanjut usia maka munculnya jiwa sosialku untuk memberikan tempat dudukku kepada mereka, kemudian aku pindah agak kebelakang pada seat 15-16 tepat di belakang gadis yang barusan naik.
Pada jam 17:30 bis mulai berangkat kembali meneruskan perjalanan menuju arah matahari terbenam. Hingga akhirnya kota demi kota terlewati jembatan demi jembatan terlalui. Tanpa disadri aku terserang kantuk hingga akhirnya tertidur tapi agak sulit bagiku untuk tidur mengingat jalur selatan Jawa Tengah yang sempit sehinggga rem mendadak sering terjadi hingga membangunkanku. Saat itu pikiranku mulai ngeres dan mulai membayangkan yang tidak tidak. Yang selalu muncul hanyalah bayangan gadis yang duduk di depanku tapi masih masih bisa kutahan karena para penumpang juga masih banyak yang ngobrol ngalor-ngidul.
Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 00:30 saat itu perjalanan sudah mulai memasuki wilayah perbatasan Jawa Tengah – Jawa Barat. Saat itulah pikiran kotor dan keinginan untuk berbuat yang “kuinginkan”. Mulai lah aku menaruh tangankan di sandaran tempat gadis itu duduk. Perbuatan iseng itu kulanjutkan dengan mulai menyentuh rambutnya dan membiarkan kepalanya menempel ditanganku. Aku mulai melihat kiri kanan untuk mengamankan situasi, kemudian aku melihat melalui celah antara bangku untuk melihat apakah gadis itu benar-benar tidur. Aku tertarik pada tonjolan pada dadanya, aku memperkirakan dia memakai bra 34A (cuma perkiraan) karena cupnya tidak terlalu besar.
Semakin lama aku semakin berani menaruh tanganku di belakang kepalanya agar aku bisa mencuri kesempatan. Tapi berkali-kali dia merasa terganggu dengan tanganku hingga sering memperingatkanku dengan berkata ”Mas! Tolong tangannya”. Berkali kali dia memperingatkanku untuk tidak mencoba mengganggunya. Tapi perbuatan itu terus kuulangi mungkin karena sudah jenuh memperingatkanku dia akhirnya cuek saja. Saat inilah ibarat pepatah Dikasih hati minta jantung mulai berlaku. Dengan perlahan aku mencoba mlewatkan tanganku melaui celah antara bangku untuk memegang dadanya yang masih terbungkus. Ahhhh dalam pikiranku hmmm… benar-benar hangat. Saat itu gairah mulai bergejolak dan menyebabkan berbuat lebih nekat kuulangi terus kadang aku mencoba meremasnya perlahan. Tapi aku selalu waspada kalau-kalau dia terbangun. Aku makin gelap mata terus menyentuh dan sesekali meremas dadanya.
Ketika dia terbangun aku dengan cepat menarik tanganku, tapi aku yakin dia pasti mengetahui kalo aku memegang dadanya berkali-kali. Kemudian dia mengambil jaket untuk dijadikan selimut sekaligus tameng untuk menutupi tubuhnya dari tanganku yang kreatif. Aku selalu mengawasi keadaannya dari belakang, ketika jaket penutupnya mulai bergeser aku memulai aksiku berkali-kali hingga “batang kejantanan”ku mulai mengeras. Ketika aku mencoba mengulangi untuk menyentuh dadanya tiba-tiba dia terbangun dengan cepat dan menangkap basah aku, dan berkata “Mas!!!”. Dengan wajah ketus dia memandangiku seolah penuh kebencian. Aku benar-benar sudah habis aku sangat khawatir kalau-kalau dia melapor pada awak bus atau pada kakaknya. Kemudian aku berpura-pura tidur tapi ternyata dia tidak melporkan ku. Aku semakin merasa curiga dan semakin yakin bahwa selama 1/2 jam aku mencoba bergerilya dia sengaja membiarkanku.
Dengan cepat aku mengambil inisiatif untuk duduk di sebelahnya dengan alasan untuk meminta maaf. Kemudian aku berkata “Mbak.! Saya minta maaf atas perbuatan saya tadi, saya benar-benar khilaf”. Dia menjawab “Awas! Jangan coba mengulanginya lagi”. Aku menjadi tenang kemudian aku berusaha memberanikan diri untuk mengajaknya berkenalan. Walaupun dengan nada yang sedikit ketus akhirnya dia memperkenalkan diri dan kami akhirnya berkenalan ternyata dia bernama Erna berusia 23 tahun, alumni sebuah sekolah tinggi ilmu ekonomi swasta di Jakarta, dia mengatakan kalau dia bekerja di Cikampek. Dan ternyata dia naik bus untuk tujuan Cikampek.
Tanpa terasa waktu semakin cepat berlalu waktu itu jam menunjukkan pukul 02:00 dinihari dan perjalanan sudah berada di wilayah Kabupaten Indramayu. Aku semakin berfikir taktis bahwa sebentar lagi Cikampek akan menyambut. Aku mulai bertanya “Mbak Erna tadi kenapa kok waktu saya pegang dadanya diam aja? Pura-pura nggak terasa ya?” dia menjawab “Lah orang tidur kan nggak terasa”. Aku kembali barkata “Ah.. yang bener tapi tadi kenapa pake acara ditutupi jaket segala?” Tanpa henti aku berkata lagi “ Udah jujur aja mbak Erna suka kan digituin?”. Akhirnya dia mengaku “Ihh perempaun mana yang nggak suka kalau dipegang cowok. Lesbi kali yang nggak suka”.
Dia meneruskan “Kamu sih pegang-pegang dada cewek sembarangan maen nyelonong aja, emangnya maling?”. Kemudian aku langsung mengambil tindakan dengan memegang tangannya, dan berkata “Tangan mbak dingin banget sih”, lalu dia menjawab “Iya nih ACnya dingin banget”. Setelah beberapa menit pegangan tangan maka aku beranikan menuntun tangannya untuk memegang “rudal”ku yang amat keras yang masih terbungkus celana. Beberapa kali dia menolak bahkan sempat memelototi aku. Sampai pada usaha terkahir Pucuk dicinta Ulampun Tiba, aku merasa kaget dia mencoba memasukkan tangannya kedalam celanaku, aku dengan cepat melepas jaketku dan menutupinya menggunakan jaket.
Aku merasa kelojotan tangannya yang halus mengocok-ngocok batang lunak itu dengan perlahan tapi terasa kadang sampai meringis kenikmatan. Kemudian dia menyandarkan kepalanya dipundak kananku. Tapi aku langsung mencium bibir nya kulumat tanpa ampun tapi tetap menjaga agar tidak bersuara. Saat kulumat bibirnya dia bersuara pelan “mmmmmmfffffffffff” menahan nafas. Tangan kananku mulai mencoba memeluknya kemudian tanganku masuk ke dadanya aku langsung meremasnya perlahan dan memelintir puting susunya. Tangannya semakin cepat mengocok-ngocok penisku sampai aku hampir tak mampu menahan suara. Kemudian dia berbisik “Jangan dada melulu donk”. Dengan cepat tanganku ku masukkan ke celananya dan ahhhhhhh aku menemukan semak belukar kemudian menurui bukit dan menemukan danau kenikmatan. Dengan perlahan aku menggesekkan jariku kemudian mencoba memasukkan jari tengahku kedalam liang nan hangat.
Aku semakin nekat dengan agak memaksa aku menaikkan sweaternya dan mengeluarkan payudara dari bungkusnya seperti bayi sehat yang haus akan ASI aku hisap putingnya kuat kuat hingga dia mendesah pelan “sssshhh”. Sepertinya gadis 23 tahun itu tak kalah agresif tangannnya semakin cepat mengocok penisku tanpa ampun.
Dia berbisik “Aku keluar” tanpa aku memperdulikannya, aku terus menghisap dan menjilati putingnya diselingi gigitan kecil gigi seriku bergantian kiri dan kanan. Memang saat itu aku merasa ada ciran deras yang keluar dari vaginanya itu, cairan hangat dan kental khas aroma kewanitaan. Kemudian dia berbisik “Nanti kalau mau keluar bilangnya biar aku telen semua seperma kamu”. Aku menjawab “Iya, sebentar lagi keluar”. Tiba-tiba kocokannya semakin cepat aku berkata “Hampir keluar say”. Dengan cepat dia mengocok diselingi kuluman nikmat. Dan akhirnya “Sssshhhhhhhhhhhh hmmmfffffff” sambil menahan suaraku. Nafsu angkara itu tertumpahkan dalam bentuk cairan hangat dan kental. Dia menghisapnya dengan kuat dia memaksa agar semua cairan keluar dan menjilati ujungnya. Erna benar-benar menelan seluruh cairan yang keluar dari batang kejantananku. Kemudian aku mengambil Aqua kemasan 600 ml untuk segera diminum oleh Erna manisku. Kami hanya tersenyum kemudian dia mencium pipiku dengan mesra sembari memberikan kartu namanya.
Akhirnya bus berhenti di Cikampek pada jam 03:45, Erna beserta keluarganya turun di Cikampek. Pada saat akan meninggalkan bangku di berbisik “Jangan pernah lupakan Erna Apriliani”. Dia menyebutkan nama yang sama dengan yang tertera pada kartu namanya. Aku hanya tersenyum tanpa bisa berbicara lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar