Malam minggu itu jam 21:15... Aku ketinggalan kereta di stasiun bogor, tapi aku harus ke jakarta, ada urusan kerjaan yang harus diselesaikan malam itu juga buat senin pagi. Aku tidak bisa nginep di rumah orang tuaku malam itu. Akhirnya aku ke terminal bis dan akan naik bis ke Uki baru nanti nyambung naik lagi taxi ke Rawamangun, kostku di sana. Dengan naik angkot sekali aku dah sampai di terminal, aku lihat bis ke Uki masih ngetem. Aku naik, masih kosong... Cuma ada dua orang bapak-bapak di bangku depan. Aku memilih bangku deretan ketiga dari depan yang sebelah kiri bis.
Lama juga menunggu tapi penumpang yang naik baru 6-7 orang. Itupun mereka duduk di bagian tengah. Penjual makanan sudah beberapa kali naik-turun... Tak lama lagi seorang ibu muda naik dan dia duduk dideretan kedua bangku sebelah kanan, pas naik sepertinya dia sempat merilirik ke arahaku lalu duduk. Tukang gorengan naik lagi, dipanggilnya... Dan sambil memilih dan mengambil gorengan dia sempat melirik lagi ke aku... Hmm... Lumayan... tidak tua2 amat... Cantik dan bersih lagi... Aku senyum. Dia nawarin gorengan... Aku ngangguk pelan, malu juga kalau ntar kalau ketauan penumpang lain kalau kami saling memberi kode.
Bis masih ngetem... Sesekali dia melihat ke aku, dari matanya... Sepertinya dia minta aku duduk di sampingnya... Aku cuma bisa senyumin dia, aku tidak enak, malu... Aku belum pernah kenalan sama cewek di bis... Memang aku sudah 27 tahun, sudah bekerja tapi untuk urusan sex aku masih hijau, aku memang sering petting dan oralsex sama mantan pacarku dulu, tapi sejak putus dengan Dian 4 bulan yang lalu aku tidak pernah kencan dengan siapapun, tapi kami tidak pernah lebih jauh dari itu, dan sekarang aku jomblo. Satu per satu penumpang mulai mengisi bangku kosong, dan disebelah mbak itu juga sudah diisi 2 orang laki-laki. Sesekali... Sambil pura-pura melihat keluar jendela bis, mbak itu meneruskan pandangannya ke aku dan matakupun tidak lepas melihat dia... Hmh... Pengen ada disebelahnya... Mana hujan mulai turun saat bis mulai berjalan dingin...
Dalam perjalanan dia masih sering curi2 pandang... Pikiranku mulai menerawang membayangkan sebuah cerita romantis dengannya, membuat si "dd" mulai bangun, ahh... Tak terasa bis sudah sampai pintu tol TMII, pasti sebentar lagi akan sampai di UKI.
"Uki abiss... Uki abiss...", teriak kenek bis. Penumpang siap-siap berdiri untuk turun, mbak itu juga... Sambil melirik ke arahku dan aku senyumin dia, di bawah jempatan penyeberangan uki dia berdiri, aku coba mendekati. "Maaf mbak... Mau kemana? naik apa?" "Pasar minggu, metromini 64 masih ada gak yaa?", jawabnya... Melihat seperti berharap akupun akan searah. "Waduh... Jam 10:22 lho mba... tidak tau juga yah..." "Kalo adek mau kemana?” "Aku mau naik taxi ke rawamangun mbak..." "Tapi kalo S64 gak ada... Boleh aku anter mbak ke pasar minggu? Jakarta lagi tidak aman soalnya mbak...", tambahku. "Hmh... Boleh... Tapi apa tidak merepotkan adek?", katanya sambil melihat jam tangannya. "Ah ga papa mbak... Lagian dah malam banget nih... Kasian kalo mbak nunggu lama disini. Ayuk mba...", kataku sambil nyetop taksi. Kami "Pasar minggu ya pak...", kataku pada sopir.
Setelah beberapa ratus meter kami masih saling diam... Lalu aku menoleh ke arahnya... Dia senyum... Ini memang pengalaman pertama aku kenal cewek di bis. Tapi tidak tahu kenapa, naluri telah menuntunku untuk lebih dekat dengan mbak ini.
"Maaf mbak... Namaku Nino... Aku manggil mbak...?", Tanyaku berbisik sambil mendekat ke arahnya, takut ketahuan oleh supir kalau kami belum saling kenal. "Rita...", bisiknya lebih dekat ke kupingku. Kamipun bersalaman... Tapi sepertinya aku males melepaskan jabatan tanganku, dan dia juga kelihatannya enggan. Jadilah kami pegangan tangan. Aku duduk lebih mendekat aku genggam tangannya dan kami saling pandang dan senyum, tangan kami saling meremas."Mbak kok sendiri? Dari mana?", bisikku ke kupingnya. Tercium wangi parfumnya yang enak banget... "Dari rumah adekku di Ciomas, gak taunya kemalaman pulangnya... Kalo kamu dari mana?", jawabnya juga berbisik. Hmh... Nafasnya enak... "Dari rumah tadi mbak... Tapi ada kerjaan yang harus saya selesaikan malam ini di kost saya... Makanya balik ke jakarta.", balasku berbisik lebih dekat di kupingnya... Dia menggenggam erat tanganku... Memainkan jarinya du telapak tanganku. Pikiran yang engga-engga mulai merasuki Si"dd" yang tambah bangun.Aku mendekat lagi, mencium kupingnya... Bahunya diangkat, geli deh pasti... Lalu dia menatap mataku...
"Kamu kok jadi nakal?", katanya dengan pandangan genit. "Habis... mbak yang bikin aku jadi nakal... mbak cantik... Lagian tadi sapa yang suruh lihat-lihat ke aku di bis...", jawabku. Sekarang tanganku sudah pindah ke bahu kirinya. "Kamu sih... Sapa suruh ganteng... Pasti pacar kamu cantik yah?", balasnya berbisik di kupingku. Kali ini dia cium pipiku. Waw!! "Aku lagi nggak punya pacar mbak", jawabku. Aku tau... Aku lumayan untuk ukuran cowok, putih, 170/62, dan wajahku lumayan menurutku, tapi Dian mantan pacarku juga pernah bilang kalo aku ganteng... Ah... tidak tau deh...
Wah... Kami sudah hampir sampai di pasar minggu. "Mbak mau langsung pulang?", tanyaku berharap dia akan bilang tidak. "Hmh... Emang kalo engga kita kemana lagi rhin?", jawabnya sambil menatap mataku. "Kalo mbak mau... Gimana kalo kita nonton aja?" "Boleh tapi dimana?""Kalibata aja yuk!", dia senyum mengangguk. "Maaf Pak... Kita kembali ke Kalibata mall saja... Maaf ya pak...", kataku kepada sopir taksi. Aku sudah lupa kalau aku harus menyelesaikan pekerjaan malam itu dan taksi pun berbalik arah ke kalibata mall.
Sampai di Kalibata21 kami lihat sudah mulai antrian tiket midnite, aku ikut antri... Mbak Rita, aku minta duduk aja nunggu aku. lalu di depan penjual tiket, aku pilih film. Aku lihat di bangku paling belakang masih ada tempat di pojok yang belum terisi. "A 1-2 aja mbak", pilihku ke mbak penjual tiket... Dia melirik, seakan tau niatku, huh...! Sambil menunggu pintu theater tiga dibuka aku ngobrol sama mbak rita. "Maaf mbak... Hmh... Mbak sudah berkeluarga?""Sudah Rhin... Tapi suamiku kebetulan lagi keluar kota sejak 3 hari yang lalu. Mungkin sampai minggu depan. Ada urusan kantor katanya." "Oww...", aku cuma bengong melihat ke arah mbak rita... Diraihnya tanganku... Aku genggam... Kami saling pandang...
"Jangan panggil aku mbak lagi yah Rhin. Panggil namaku aja. Makasih kamu dah ngajak aku nonton malam ini, soalnya kalopun aku pulang, sepi, males, aku belum punya anak soalnya, lagian tidak ada siapa-siapa di rmh, kami tinggal berdua saja, kadang sesekali ada adikku cowok yang nemenin, tapi kalau malam minggu ini, dia pasti ngapel, dan ntar pulang ke rumah ortu... Gak tau kenapa... Padahal kami dah nikah delapan tahun", katanya lirih. Aku remas jemarinya. Aku membetulkan letak si "dd", soalnya mulai bangun dan menggeliat, menggelinjang dan keluar jalurnya. Memang si "dd" tidak panjang-panjang amat, hanya 15cm/4, tapi selama ini ternyata banyak memberi kepuasan kepada kaum wanita. Rita melihat itu. "Hayoo... Kok ada yang bangun...", katanya sambil mencubit lenganku. "Iya sayang... tidak tau nih... Tau aja dia kalo aku sama cewek sexy (ups... Aku manggil dia sayang ?) eehmm... Aku juga makasih dah bisa kenal sama mba... Eh rita... Kamu cantik rita...". Aduh, mulai deh gombalku...Akhirnya pintu theater 3 dibuka juga. Setelah beli popcorn dan minuman kamipun masuk. Deretan kami hanya diisi 6 orang. Yang dua pasang itupun di lajur kiri, jadi di kanan hanya kami berdua. Sambil ngobrol kami makan popcorn, dan minuman kaleng aku buka. Aku mulai berpikir, malam ini akhirnya aku kencan juga dengan Rita yang cantik, putih dan berkulit bersih... Kami pegangan tangan. Aku peluk dia... Aku cium rambutnya, dan film pun mulai main... Tapi kami malah asyik saling cium pipi, saling peluk, saling remas jemari dan akhirnya... Aku cium bibir merahnya. Kamipun jadi makin liar. Dia isep lidahku dalam... Hmh... Tanganku mulai ke arah dadanya... Aku lepas kancing bluesnya, aku remas teteknya, hmm... Gede... Kalo tidak salah pasti 36c, masih kenceng bho! Rita mengerang lirih, tangannya mulai mencari pegangan, kontolku! diusap-usapnya dari luar jeansku.
Akhirnya dia lepas zippernya. Dia lepas sabukku... Tangannya masuk mencari kontolku yang sudah dari tadi tegak dan keras. Memang kontolku tidak panjang tapi ternyata kuat dan banyak memberi kepuasan kepada wanita. Ahhh... Lembutnya belaian Rita... Membuatku makin keras. Tak mau kalah aku pelorotin bra-nya dan menjilat tetek besar itu. Aku gigit-gigit putingnya, aku mengisap dan aku sedot, tangan kananku meremas tetek kanannya dari belakang, dan tangan kiriku masuk ke dalam celananya.Dia mengempiskan perutnya, seakan memberi jalan buat tanganku untuk lebih masuk lagi. Pinter... tanganku mulai masuk ke celana dalam Rita, dan lebih dalam, hmm... terasa tak ada jembut, dicukur habis, jariku mulai mencari memeknya yang sudah lembab. Oohh... hangat... Aku elus... Aku mainin klitorisnya... Dia melenguh sambil meremas dan mengocok kontolku lebih cepat.
"sayang... Ahhh... Aku mau masukin... Tapi aku belum pernah", bisikku. "Aku juga mau yang... tapi gimaba caranya...", jawabnya dengan pandangan sendu. Aku melihat sekeliling. Pada asyik nonton semua. Yang di deretan kiriku juga kelihatan pada asyik. Aku menatap mata Rita... Dia kelihatannya mengerti. "Rhino sayang... Pliss... Rita minta perjakamu sayang, Rita akan lakukan apapun untukmu honey.", Rita memohon di kupingku, sambil dijilatinya kuping dan leherku. Ahh, aku tak kuasa untuk menolak tapi juga ragu untuk memulai, aku sangat menginginkannya, tidak ada salahnya, toh Rita cantik dan sexy... Akhirnya aku pelorotin jeansku lalu celana dalamku. Dia senyum... Aku tarik Rita ke pangkuanku. Celana dan celana dalamnya aku pelorotin juga. Diraihnya kontolku yang sudah berdiri keras. Ditempel ke memeknya. Dia gesek-gesek... Ahhhhh... Rita sayang... Aku cumbu lehernya... Aku peluk dari belakang... kedua teteknya aku remas dan aku mainkan putingnya. Aku meremas dan mengelus... Dia mulai memasukkan kontolku ke memeknya yang sudah basah...
"Aaarrgghhh... Rita sayang... Ennnak...", bisikku. Aku naik turunkan pantatku. Rita juga mulai memberi gerakan yang berlawanan. Ooghhh... Memek rita... Isteri orang... Tapi masih saja sempit... Jepitannya membuat aku melayang. Dalam bioskop ini kami saling menggenjot, tidak terlalu bersemangat, karena kami takut ada yang lihat. Gerakan kami saling mengimbangi, desahan kami saling bersahutan, tapi lirih, dan pelan. Kupingnya aku jilat dan gigit lembut. Itu membuat Rita semakin merintih halus. Mendesah nikmat... Saat dia menggerakkan pantatnya memutar kontolku terasa diremas dan dipijet. Aku sodok ke atas. Aku ikut puteran pantat rita dan aku cubit-cubit kecil putingnya... Tangan kiriku mengelus perlahan ke perutnya dan terus mencari klitorisnya. Ketemu. Aku tekan-tekan. Aku beri cubitan kecil. Posisi kami memang memungkinkan untuk itu. Rita dipangkuanku, menghadap kedepan.
"Aahh... Rhino honey... Memek Rita diapain... Kok enak banget sayang?!", desahnya semakin liar tapi hening. Semakin bersemangat memberi jepitan dan sodokan... Hanya desahan-desahan kecil yang ada. Gila... sensasi ngentot di bioskop enak banget, takut ketahuan dan kelihatan orang menambah kenikmatan kami. Apalagi ini penglaman pertamaku. Rita makin cepat menaik-turunkan pantatnya, sesekali memutar. Aku juga semakin cepat menusuk memek Rita. Ahh... Keringat rita di leher aku jilat...Dingin di sini, tapi kami berdua basah oleh keringat birahi.
"Rhino... Rita mau keluar sayang... Cepat... Kita bareng..." "Iya Rita... Aku juga... Ahhhh lebih cepat... Jepit yang kuat sayang", goyangan pantatku ke memeknya makin cepat. Rita juga. Sesekali terdengar bunyi derik tempat duduk kami. Sudah kepalang basah. Kami tak menghiraukan lagi ketahuan... Aku genjot... Rita menjepit... Tangan kananku meremas buah dada besar itu. Tangan rita meremas rambuntuku. Semakin liar... Semakin cepat...
"Aahhh... Ooghhhh... Rrhhhiiiii... Nnoooooo... Rriii... Taaa... Kellll... Rgghh...", desah suara Rita tertahan... "aarrggghhh... Ritaaaa...", bales rintihku. Aku keluar!
Spermaku muncrat tanpa sempat bertanya keluarin di dalam apa diluar... Croooott... Crroootttt... Ahhh menyemprot ruang-ruang vagina Rita... Dan terasa memeknya membuat kedutan dan jepitan di kontolku. Kami lemas. Dan kamipun kembali berciuman. Setelah membersihkan sisa cairan di masing-masing kelamin kami, kami membereskan pakaian. Tak lama filmnya pun selesai dan kami sama sekali tidak tahu jalur ceritanya.
Saat bubarnya penonton. kamipun keluar. Dan kami sepakat untuk menghabiskan malam itu berdua. Kami naik taksi ke sebuah hotel di daerah Pramuka.
Lama juga menunggu tapi penumpang yang naik baru 6-7 orang. Itupun mereka duduk di bagian tengah. Penjual makanan sudah beberapa kali naik-turun... Tak lama lagi seorang ibu muda naik dan dia duduk dideretan kedua bangku sebelah kanan, pas naik sepertinya dia sempat merilirik ke arahaku lalu duduk. Tukang gorengan naik lagi, dipanggilnya... Dan sambil memilih dan mengambil gorengan dia sempat melirik lagi ke aku... Hmm... Lumayan... tidak tua2 amat... Cantik dan bersih lagi... Aku senyum. Dia nawarin gorengan... Aku ngangguk pelan, malu juga kalau ntar kalau ketauan penumpang lain kalau kami saling memberi kode.
Bis masih ngetem... Sesekali dia melihat ke aku, dari matanya... Sepertinya dia minta aku duduk di sampingnya... Aku cuma bisa senyumin dia, aku tidak enak, malu... Aku belum pernah kenalan sama cewek di bis... Memang aku sudah 27 tahun, sudah bekerja tapi untuk urusan sex aku masih hijau, aku memang sering petting dan oralsex sama mantan pacarku dulu, tapi sejak putus dengan Dian 4 bulan yang lalu aku tidak pernah kencan dengan siapapun, tapi kami tidak pernah lebih jauh dari itu, dan sekarang aku jomblo. Satu per satu penumpang mulai mengisi bangku kosong, dan disebelah mbak itu juga sudah diisi 2 orang laki-laki. Sesekali... Sambil pura-pura melihat keluar jendela bis, mbak itu meneruskan pandangannya ke aku dan matakupun tidak lepas melihat dia... Hmh... Pengen ada disebelahnya... Mana hujan mulai turun saat bis mulai berjalan dingin...
Dalam perjalanan dia masih sering curi2 pandang... Pikiranku mulai menerawang membayangkan sebuah cerita romantis dengannya, membuat si "dd" mulai bangun, ahh... Tak terasa bis sudah sampai pintu tol TMII, pasti sebentar lagi akan sampai di UKI.
"Uki abiss... Uki abiss...", teriak kenek bis. Penumpang siap-siap berdiri untuk turun, mbak itu juga... Sambil melirik ke arahku dan aku senyumin dia, di bawah jempatan penyeberangan uki dia berdiri, aku coba mendekati. "Maaf mbak... Mau kemana? naik apa?" "Pasar minggu, metromini 64 masih ada gak yaa?", jawabnya... Melihat seperti berharap akupun akan searah. "Waduh... Jam 10:22 lho mba... tidak tau juga yah..." "Kalo adek mau kemana?” "Aku mau naik taxi ke rawamangun mbak..." "Tapi kalo S64 gak ada... Boleh aku anter mbak ke pasar minggu? Jakarta lagi tidak aman soalnya mbak...", tambahku. "Hmh... Boleh... Tapi apa tidak merepotkan adek?", katanya sambil melihat jam tangannya. "Ah ga papa mbak... Lagian dah malam banget nih... Kasian kalo mbak nunggu lama disini. Ayuk mba...", kataku sambil nyetop taksi. Kami "Pasar minggu ya pak...", kataku pada sopir.
Setelah beberapa ratus meter kami masih saling diam... Lalu aku menoleh ke arahnya... Dia senyum... Ini memang pengalaman pertama aku kenal cewek di bis. Tapi tidak tahu kenapa, naluri telah menuntunku untuk lebih dekat dengan mbak ini.
"Maaf mbak... Namaku Nino... Aku manggil mbak...?", Tanyaku berbisik sambil mendekat ke arahnya, takut ketahuan oleh supir kalau kami belum saling kenal. "Rita...", bisiknya lebih dekat ke kupingku. Kamipun bersalaman... Tapi sepertinya aku males melepaskan jabatan tanganku, dan dia juga kelihatannya enggan. Jadilah kami pegangan tangan. Aku duduk lebih mendekat aku genggam tangannya dan kami saling pandang dan senyum, tangan kami saling meremas."Mbak kok sendiri? Dari mana?", bisikku ke kupingnya. Tercium wangi parfumnya yang enak banget... "Dari rumah adekku di Ciomas, gak taunya kemalaman pulangnya... Kalo kamu dari mana?", jawabnya juga berbisik. Hmh... Nafasnya enak... "Dari rumah tadi mbak... Tapi ada kerjaan yang harus saya selesaikan malam ini di kost saya... Makanya balik ke jakarta.", balasku berbisik lebih dekat di kupingnya... Dia menggenggam erat tanganku... Memainkan jarinya du telapak tanganku. Pikiran yang engga-engga mulai merasuki Si"dd" yang tambah bangun.Aku mendekat lagi, mencium kupingnya... Bahunya diangkat, geli deh pasti... Lalu dia menatap mataku...
"Kamu kok jadi nakal?", katanya dengan pandangan genit. "Habis... mbak yang bikin aku jadi nakal... mbak cantik... Lagian tadi sapa yang suruh lihat-lihat ke aku di bis...", jawabku. Sekarang tanganku sudah pindah ke bahu kirinya. "Kamu sih... Sapa suruh ganteng... Pasti pacar kamu cantik yah?", balasnya berbisik di kupingku. Kali ini dia cium pipiku. Waw!! "Aku lagi nggak punya pacar mbak", jawabku. Aku tau... Aku lumayan untuk ukuran cowok, putih, 170/62, dan wajahku lumayan menurutku, tapi Dian mantan pacarku juga pernah bilang kalo aku ganteng... Ah... tidak tau deh...
Wah... Kami sudah hampir sampai di pasar minggu. "Mbak mau langsung pulang?", tanyaku berharap dia akan bilang tidak. "Hmh... Emang kalo engga kita kemana lagi rhin?", jawabnya sambil menatap mataku. "Kalo mbak mau... Gimana kalo kita nonton aja?" "Boleh tapi dimana?""Kalibata aja yuk!", dia senyum mengangguk. "Maaf Pak... Kita kembali ke Kalibata mall saja... Maaf ya pak...", kataku kepada sopir taksi. Aku sudah lupa kalau aku harus menyelesaikan pekerjaan malam itu dan taksi pun berbalik arah ke kalibata mall.
Sampai di Kalibata21 kami lihat sudah mulai antrian tiket midnite, aku ikut antri... Mbak Rita, aku minta duduk aja nunggu aku. lalu di depan penjual tiket, aku pilih film. Aku lihat di bangku paling belakang masih ada tempat di pojok yang belum terisi. "A 1-2 aja mbak", pilihku ke mbak penjual tiket... Dia melirik, seakan tau niatku, huh...! Sambil menunggu pintu theater tiga dibuka aku ngobrol sama mbak rita. "Maaf mbak... Hmh... Mbak sudah berkeluarga?""Sudah Rhin... Tapi suamiku kebetulan lagi keluar kota sejak 3 hari yang lalu. Mungkin sampai minggu depan. Ada urusan kantor katanya." "Oww...", aku cuma bengong melihat ke arah mbak rita... Diraihnya tanganku... Aku genggam... Kami saling pandang...
"Jangan panggil aku mbak lagi yah Rhin. Panggil namaku aja. Makasih kamu dah ngajak aku nonton malam ini, soalnya kalopun aku pulang, sepi, males, aku belum punya anak soalnya, lagian tidak ada siapa-siapa di rmh, kami tinggal berdua saja, kadang sesekali ada adikku cowok yang nemenin, tapi kalau malam minggu ini, dia pasti ngapel, dan ntar pulang ke rumah ortu... Gak tau kenapa... Padahal kami dah nikah delapan tahun", katanya lirih. Aku remas jemarinya. Aku membetulkan letak si "dd", soalnya mulai bangun dan menggeliat, menggelinjang dan keluar jalurnya. Memang si "dd" tidak panjang-panjang amat, hanya 15cm/4, tapi selama ini ternyata banyak memberi kepuasan kepada kaum wanita. Rita melihat itu. "Hayoo... Kok ada yang bangun...", katanya sambil mencubit lenganku. "Iya sayang... tidak tau nih... Tau aja dia kalo aku sama cewek sexy (ups... Aku manggil dia sayang ?) eehmm... Aku juga makasih dah bisa kenal sama mba... Eh rita... Kamu cantik rita...". Aduh, mulai deh gombalku...Akhirnya pintu theater 3 dibuka juga. Setelah beli popcorn dan minuman kamipun masuk. Deretan kami hanya diisi 6 orang. Yang dua pasang itupun di lajur kiri, jadi di kanan hanya kami berdua. Sambil ngobrol kami makan popcorn, dan minuman kaleng aku buka. Aku mulai berpikir, malam ini akhirnya aku kencan juga dengan Rita yang cantik, putih dan berkulit bersih... Kami pegangan tangan. Aku peluk dia... Aku cium rambutnya, dan film pun mulai main... Tapi kami malah asyik saling cium pipi, saling peluk, saling remas jemari dan akhirnya... Aku cium bibir merahnya. Kamipun jadi makin liar. Dia isep lidahku dalam... Hmh... Tanganku mulai ke arah dadanya... Aku lepas kancing bluesnya, aku remas teteknya, hmm... Gede... Kalo tidak salah pasti 36c, masih kenceng bho! Rita mengerang lirih, tangannya mulai mencari pegangan, kontolku! diusap-usapnya dari luar jeansku.
Akhirnya dia lepas zippernya. Dia lepas sabukku... Tangannya masuk mencari kontolku yang sudah dari tadi tegak dan keras. Memang kontolku tidak panjang tapi ternyata kuat dan banyak memberi kepuasan kepada wanita. Ahhh... Lembutnya belaian Rita... Membuatku makin keras. Tak mau kalah aku pelorotin bra-nya dan menjilat tetek besar itu. Aku gigit-gigit putingnya, aku mengisap dan aku sedot, tangan kananku meremas tetek kanannya dari belakang, dan tangan kiriku masuk ke dalam celananya.Dia mengempiskan perutnya, seakan memberi jalan buat tanganku untuk lebih masuk lagi. Pinter... tanganku mulai masuk ke celana dalam Rita, dan lebih dalam, hmm... terasa tak ada jembut, dicukur habis, jariku mulai mencari memeknya yang sudah lembab. Oohh... hangat... Aku elus... Aku mainin klitorisnya... Dia melenguh sambil meremas dan mengocok kontolku lebih cepat.
"sayang... Ahhh... Aku mau masukin... Tapi aku belum pernah", bisikku. "Aku juga mau yang... tapi gimaba caranya...", jawabnya dengan pandangan sendu. Aku melihat sekeliling. Pada asyik nonton semua. Yang di deretan kiriku juga kelihatan pada asyik. Aku menatap mata Rita... Dia kelihatannya mengerti. "Rhino sayang... Pliss... Rita minta perjakamu sayang, Rita akan lakukan apapun untukmu honey.", Rita memohon di kupingku, sambil dijilatinya kuping dan leherku. Ahh, aku tak kuasa untuk menolak tapi juga ragu untuk memulai, aku sangat menginginkannya, tidak ada salahnya, toh Rita cantik dan sexy... Akhirnya aku pelorotin jeansku lalu celana dalamku. Dia senyum... Aku tarik Rita ke pangkuanku. Celana dan celana dalamnya aku pelorotin juga. Diraihnya kontolku yang sudah berdiri keras. Ditempel ke memeknya. Dia gesek-gesek... Ahhhhh... Rita sayang... Aku cumbu lehernya... Aku peluk dari belakang... kedua teteknya aku remas dan aku mainkan putingnya. Aku meremas dan mengelus... Dia mulai memasukkan kontolku ke memeknya yang sudah basah...
"Aaarrgghhh... Rita sayang... Ennnak...", bisikku. Aku naik turunkan pantatku. Rita juga mulai memberi gerakan yang berlawanan. Ooghhh... Memek rita... Isteri orang... Tapi masih saja sempit... Jepitannya membuat aku melayang. Dalam bioskop ini kami saling menggenjot, tidak terlalu bersemangat, karena kami takut ada yang lihat. Gerakan kami saling mengimbangi, desahan kami saling bersahutan, tapi lirih, dan pelan. Kupingnya aku jilat dan gigit lembut. Itu membuat Rita semakin merintih halus. Mendesah nikmat... Saat dia menggerakkan pantatnya memutar kontolku terasa diremas dan dipijet. Aku sodok ke atas. Aku ikut puteran pantat rita dan aku cubit-cubit kecil putingnya... Tangan kiriku mengelus perlahan ke perutnya dan terus mencari klitorisnya. Ketemu. Aku tekan-tekan. Aku beri cubitan kecil. Posisi kami memang memungkinkan untuk itu. Rita dipangkuanku, menghadap kedepan.
"Aahh... Rhino honey... Memek Rita diapain... Kok enak banget sayang?!", desahnya semakin liar tapi hening. Semakin bersemangat memberi jepitan dan sodokan... Hanya desahan-desahan kecil yang ada. Gila... sensasi ngentot di bioskop enak banget, takut ketahuan dan kelihatan orang menambah kenikmatan kami. Apalagi ini penglaman pertamaku. Rita makin cepat menaik-turunkan pantatnya, sesekali memutar. Aku juga semakin cepat menusuk memek Rita. Ahh... Keringat rita di leher aku jilat...Dingin di sini, tapi kami berdua basah oleh keringat birahi.
"Rhino... Rita mau keluar sayang... Cepat... Kita bareng..." "Iya Rita... Aku juga... Ahhhh lebih cepat... Jepit yang kuat sayang", goyangan pantatku ke memeknya makin cepat. Rita juga. Sesekali terdengar bunyi derik tempat duduk kami. Sudah kepalang basah. Kami tak menghiraukan lagi ketahuan... Aku genjot... Rita menjepit... Tangan kananku meremas buah dada besar itu. Tangan rita meremas rambuntuku. Semakin liar... Semakin cepat...
"Aahhh... Ooghhhh... Rrhhhiiiii... Nnoooooo... Rriii... Taaa... Kellll... Rgghh...", desah suara Rita tertahan... "aarrggghhh... Ritaaaa...", bales rintihku. Aku keluar!
Spermaku muncrat tanpa sempat bertanya keluarin di dalam apa diluar... Croooott... Crroootttt... Ahhh menyemprot ruang-ruang vagina Rita... Dan terasa memeknya membuat kedutan dan jepitan di kontolku. Kami lemas. Dan kamipun kembali berciuman. Setelah membersihkan sisa cairan di masing-masing kelamin kami, kami membereskan pakaian. Tak lama filmnya pun selesai dan kami sama sekali tidak tahu jalur ceritanya.
Saat bubarnya penonton. kamipun keluar. Dan kami sepakat untuk menghabiskan malam itu berdua. Kami naik taksi ke sebuah hotel di daerah Pramuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar