Belum begitu nyenyak betul tidurku, saat kudengar suara Ryan mengetuk pintu kamar kostku dengan keras. Buru-buru aku beranjak berdiri dan membukakan pintu. "Ini sepupumu ya, An?" tanya Ryan sambil menunjuk seorang gadis cantik sekali yang berdiri di sebelahnya. Aku kaget, kaget sekali. Gila. "Naning..?" gumamku setengah tak percaya, "Iya, ini sepupuku dari Jakarta. Neneknya adalah kakak kandung Mamaku. Itu, foto masa kecil kami yang pernah kamu tanyakan dulu itu. Kamu bilang, sepupuku itu kalau dewasa akan cantik sekali. Nah, ini orangnya, Yan!" imbuhku menghela nafas panjang. Tentu saja Ryan jadi merah padam wajahnya sembari buru-buru undur diri dan kembali ke kamarnya. Naning hanya tersipu malu.
"Oom Andhi.." gumam Naning seperti malu dan takut. Aku hanya tersenyum ramah. "Masuk dulu yuk. Maafkan temanku kalau tadi ada yang sempat nyinggung perasaanmu ya, habis dia kan satpam kita di sini. Nggak boleh ada cewek masuk ke kamar kost cowok, kecuali ada hubungan famili. Yuk masuk dulu!" kataku menarik bahunya. Pintu kembali kukunci dari dalam, "Sorry, kamarku berantakan seperti ini. Maklum, mahasiswa seni memang begini. Sulit aku merapikan kamarku sendiri. Duduklah!"
Naning segera duduk di pinggiran ranjangku yang setinggi lutut saja ini, tapi empuk karena memang spring bed. "Om lagi belajar ya..?" "Sudahlah Ning, ada apa? Lari lagi dari rumah ya?" tanyaku duduk di sebelah kanan Naning sambil kuminta tas ranselnya terus kutaruh di dekat meja belajarku sembari kurangkul bahunya dengan tangan kiriku, "Ini jam 23:45. Kenapa nggak ngebel dulu, biar kujemput di stasiun atau terminal?" "Maaf Oom. Aku pengen ketemu dengan temanku waktu SD hingga SMA. Namanya Lusi. Dia tinggal di Parang Tritis.. bisa kan Oom nganter aku? Ini khan ada libur seminggu di kampusku. Lagian, Naning udah kangen juga sama Oom Andhi," pintanya setengah melas. Aku tersenyum saja. Kusadari, memang telah sepuluh tahun kami tak pernah ketemu. Paling banter kedua orang tuanya saja yang sering mampir ke Jogja, ke tempat kostku kalau mereka ada tugas dinas.
"Kenapa tidak? Di sini kan, Naning cuma punya Oom Andhi saja to? Dan lagi Oom juga kangen sama naning, Hmm.., Kapan?" "Besok pagi ya, Oom?" Aku hanya manggut kalem sembari kuperhatikan bahwa Naning memang sangat cantik sekali. Tingginya hanya sedaguku saja. Bertubuh kecil lencir dan kulit yang kuning langsat. Di sekujur lengan dan kakinya terlihat bulu-bulu halusnya yang lebat. Naning mengenakan kaos oblong ketat putih dan celana sebatas lutut hijau muda. Rambutnya yang lebat hitam dipotong sebatas bahunya. Aku sendiri malam itu karena udara malam ini gerah, hanya memakai celana pendek kolor batik. Tubuhku yang lama sekali kulatih angkat berat telah membentuk dengan indahnya. Di sekujur lengan tangan dan kaki, rambut lebat tumbuh subur, di samping pada dadaku yang membidang terus turun ke arah perutku yang membentuk kotak-kotak itu. Kini aku baru masuk semester lima. Naning sendiri kuliah di Jakarta mengambil Sastra Inggris dan baru saja masuk semester pertama.
"Acara apaan sih?" "Ya cuman liburan saja. Juga pengin lihat pantai Parang Tritis." "Hm, Naning lapar?" "Makasih Oom. Pengin mandi saja.. udah lengket semua nih!" ujarnya sembari berdiri dan mengeluarkan handuk bawaannya dari tas ransel. Sebuah handuk putih ukuran sedang."Tapi mau khan kubuatkan mie rebus telor?" "Iya deh, Naning mandi dulu ya," ucapnya sambil membuka pintu kamar mandi di kamar kostku yang model disorong seperti pintu-pintu rumah adat Jepang itu. Aku keget. Naning tidak menutup kembali pintunya. Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil sibuk membuat dua porsi mie rebus telor dua porsi sekaligus. Suara gemericik air terdengar jelas dari dalam sana.
Tak berapa lama mie rebus mateng. Buru-buru aku membagi ke dalam dua mangkuk. Saat kusajikan di atas permadani, Naning sudah keluar dengan hanya berkemben handuknya. Aku hanya menelan ludahku sendiri saja. Begitu seksinya tubuh Naning. Aku rasakan bahwa batang zakarku meregang ingin bangkit berdiri. Gila. "Ada apa Oom.. kok melihatku begitu?" tanya Naning yang membuatku sadar kembali.
"Ng.. Naning lupa menutup pintunya. Ini mie rebusnya, nggak enak dong ada bau kamar mandi. Sekalipun kamar mandiku berbau harum kapur barus.. iya to?" "Maaf Oom," sahutnya sambil tersenyum, "Aku masukan pakaian kotorku ke ember pakaian Oom di kamar mandi. Nggak pa-pa ya Oom." imbuhnya lagi sambil duduk bersimpuh di sebelahku yang bersila ini.
"Nggak pakai baju dulu?" "Naning nggak bawa baju lagi..!" "Apa?" "Iya Oom, pulang kuliah, Naning mampir ke toko buat beli handuk lalu ke sini, untung dapat kursi, walau di restorasi, pakai beli jatah kru lagi!" "Jadi itu tas kuliahmu? Bukan tas travellingmu?" tanyaku kaget. Naning menggeleng, terus menyantap mie rebusnya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku sambil selintas melihat tasnya. "Oom ada kaos dan celana pendek. Mau khan?"Naning hanya melirikku selintas, lalu menghabiskan mie-nya. Aku urungkan menyantap mie-ku, aku terus membuka lemari pakaianku. Mengambil kaos putih ketat milikku dan celana pendek hitam kolor. Naning memang suka kaos ketat sejak kecil. Saat aku berbalik badan, Naning ternyata sudah berada di depanku, berdiri memperhatikan kaos dan celana yang kupegang.
"Oom yang memakaikan di tubuhku yaa Oom, seperti dulu itu waktu di Surabaya, yaa?" pintanya terus menerus merengek-rengek sambil meraih kedua pundakku. Tentu saja aku kaget. Karuan saja, batang zakarku kembali tergelitik. Kaos dan celana itu kutaruh di atas ranjangku, aku mulai melepaskan handuk di tubuhnya. Saat itulah aku melihat pemandangan indah yang sungguh luar biasa eloknya. Sepasang buah dadanya Naning tampak meruncing lurus ke depan. Dilihat dari bentuknya, jelas sekali buah dada Naning berukuran sekitar 34 saja. Kedua puting susunya masih terselip ke dalam separuh dan warnanya hitam pekat kemerahan. Naning kuperhatikan hanya memejamkan kedua matanya saat dengan nakalnya aku meraih kedua buah dadanya itu dengan jemari kedua tenganku.
"Naning," bisikku tegang dan parau. "Oom.. ouhh.. hhmm.. oouh..!" gumamnya lirih tapi menggodaku. Kuperhatikan di bagian bawahnya, rambut kemaluannya tumbuh lebat sekali dan tebal. "Naning!" ujarku sambil membanting tubuh bugil Naning di atas ranjang empukku. Naning tak menolak atau memberontak. Sesaat setelah aku melepas celanaku, dia kuminta untuk melakukan oral sex terhadap batang zakarku. Heran, dengan lihai dan kelaparan, batang zakarku dilumat-lumat habis sambil disedotnya kuat-kuat. Kini aku yang telentang, sedangkan Naning nungging sambil sesekali mengocok-ngocok zakarku yang mulai tegang setegangnya ini.
"Lebih keras lagi Ning, ayooh.. ouuhkk.. ouhkk.. teruskan Ning.. teruus.. ouhh.. aahk!" gumamku menggerinjal-gerinjal nikmat. Mulut Naning kian ganas menyedot-nyedot zakarku. Berulang kali tangan kirinya meremas buah pelirku, sehingga aku menjerit kesakitan dengan nikmatnya. Sedangkan tangan kanannya membantu ereksi zakarku dengan mengocok-ngocoknya secara keras dan kuat sekali. Air liurnya membantunya agar zakarku tidak lecet. Terakhir saat aku menggauli anak ABG yang masih SMP dari Mall Malioboro itu, si ABG sempat mengukur bahwa batang zakarku dikatakan paling gede sepanjang dia melayani laki-laki sepertiku. Berukuran panjang 25 cm dan garis lingkar hampir 18 cm.
Keringat kian basah mengucur deras. Naning kian garang saja melumat-lumatkan zakarku. Aku sudah tidak kuat lagi, dan beberapa detik kemudian setelah hampir 15 menit lamanya Naning melakukannya, aku mengalami ejakulasi. "Creet.. croot.. creet..!" menyembur spermaku di dalam mulutnya Naning. "Ahhk.. ouhhk..!" jeritku tertahan lalu lemas dan kubiarkan Naning melahap semua air mani dari zakarku itu sambil mengurut-urut dengan keras batang zakarku guna memaksanya keluar sisa-sisa spermanya yang siapa tahu masih ada di dalam batang zakar."Oom.. spermanya enaak sekali, banyak banget. Ouh, Oom masih kuat kan?" tanya Naning yang bikin aku kaget.
Belum sempat aku membuka mataku untuk kekagetanku, Naning sudah nangkring di atas tubuh bawahku sembari memegangi batang zakarku yang diarahkannya ke liang vaginanya. Tak karuan lagi, Naning langsung menghujamkan vaginanya ke batang zakarku dan menggenjotnya pelan tapi pasti yang berangsur kepada kecepatan yang dahsyat.
"Ouuh.. ouh Naning.. ouhkk.. aahk.. terus.. terusskan..ouhkk.. yaa.. ouh!" teriakku kegirangan. Aku sadar, kini sadar selintas. Bahwa Naning ingin sekali memperkosaku, karena sejak dulu memang dia suka sekali memegangi penis kecilku saat SD. Kami memang sering mandi bareng satu bak. Dan dia suka sekali menarik-narik penisku sambil melumatnya. Saat itu aku tak paham tentang dunia seks. Rupanya dia anak yang hyperseks. Dengan gemas, aku meraih kedua buah dadanya, kuremas-remas lalu kutarik-tarik ke arahku.
"Oom.. aauh.. ouhk.. ouhk Oom..!" jerit geli Naning merem-melek matanya. Kini dia juga mandi keringat. Naning langsung menerkam mulutku dengan mulutnya. Lama sekali kami saling berpagutan dan berciuman secara liar dan dalam. Sedangkan kedua tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang mulai kenyal membesar, sementara puting susunya meregang tegang keras. Di bawah, vagina Naning terus menerus naik turun menarik diri lalu menekan kuat ke arah selangkanganku. Saat vaginanya menekan, batang zakarku kudorong ke atas menyambut vaginanya yang berukuran sangat sempit tapi kenyal dan lembab. Otomatis, batang zakarku dapat menerkam klitorisnya yang sangat hangat itu. Aku tak kuasa lagi kini menahan ejakulasiku yang kulihat kini bertahan di menit ke duapuluh.
"Creet.. croot.. creet.. creet..!" semburan spermaku di dalam vaginanya. "Ahhkk.. ouhkk.. Oom..!" teriak mulut Naning melepaskan diri dari mulutku sambil menekan sekuatnya vaginanya ke arah zakarku, begitupun sebaliknya. "Naning.. ouh.. ohh..!" gumamku lirih dan lemas sekali. Sedangkan Naning hanya terdiam saja sambil tetap memelukku erat dan merem matanya. Sesaat lamanya kami mengatur nafas. Keringat terus membasahi kami berdua. Kami pun terhempas ke dalam lembah kenikmatan
Akhirnya kami pun sering mengulangi perbuatan nikmat tersebut, tentunya selama Naning berada di tempat kostku kesempatan tersebut tidak kusia-siakan.
"Oom Andhi.." gumam Naning seperti malu dan takut. Aku hanya tersenyum ramah. "Masuk dulu yuk. Maafkan temanku kalau tadi ada yang sempat nyinggung perasaanmu ya, habis dia kan satpam kita di sini. Nggak boleh ada cewek masuk ke kamar kost cowok, kecuali ada hubungan famili. Yuk masuk dulu!" kataku menarik bahunya. Pintu kembali kukunci dari dalam, "Sorry, kamarku berantakan seperti ini. Maklum, mahasiswa seni memang begini. Sulit aku merapikan kamarku sendiri. Duduklah!"
Naning segera duduk di pinggiran ranjangku yang setinggi lutut saja ini, tapi empuk karena memang spring bed. "Om lagi belajar ya..?" "Sudahlah Ning, ada apa? Lari lagi dari rumah ya?" tanyaku duduk di sebelah kanan Naning sambil kuminta tas ranselnya terus kutaruh di dekat meja belajarku sembari kurangkul bahunya dengan tangan kiriku, "Ini jam 23:45. Kenapa nggak ngebel dulu, biar kujemput di stasiun atau terminal?" "Maaf Oom. Aku pengen ketemu dengan temanku waktu SD hingga SMA. Namanya Lusi. Dia tinggal di Parang Tritis.. bisa kan Oom nganter aku? Ini khan ada libur seminggu di kampusku. Lagian, Naning udah kangen juga sama Oom Andhi," pintanya setengah melas. Aku tersenyum saja. Kusadari, memang telah sepuluh tahun kami tak pernah ketemu. Paling banter kedua orang tuanya saja yang sering mampir ke Jogja, ke tempat kostku kalau mereka ada tugas dinas.
"Kenapa tidak? Di sini kan, Naning cuma punya Oom Andhi saja to? Dan lagi Oom juga kangen sama naning, Hmm.., Kapan?" "Besok pagi ya, Oom?" Aku hanya manggut kalem sembari kuperhatikan bahwa Naning memang sangat cantik sekali. Tingginya hanya sedaguku saja. Bertubuh kecil lencir dan kulit yang kuning langsat. Di sekujur lengan dan kakinya terlihat bulu-bulu halusnya yang lebat. Naning mengenakan kaos oblong ketat putih dan celana sebatas lutut hijau muda. Rambutnya yang lebat hitam dipotong sebatas bahunya. Aku sendiri malam itu karena udara malam ini gerah, hanya memakai celana pendek kolor batik. Tubuhku yang lama sekali kulatih angkat berat telah membentuk dengan indahnya. Di sekujur lengan tangan dan kaki, rambut lebat tumbuh subur, di samping pada dadaku yang membidang terus turun ke arah perutku yang membentuk kotak-kotak itu. Kini aku baru masuk semester lima. Naning sendiri kuliah di Jakarta mengambil Sastra Inggris dan baru saja masuk semester pertama.
"Acara apaan sih?" "Ya cuman liburan saja. Juga pengin lihat pantai Parang Tritis." "Hm, Naning lapar?" "Makasih Oom. Pengin mandi saja.. udah lengket semua nih!" ujarnya sembari berdiri dan mengeluarkan handuk bawaannya dari tas ransel. Sebuah handuk putih ukuran sedang."Tapi mau khan kubuatkan mie rebus telor?" "Iya deh, Naning mandi dulu ya," ucapnya sambil membuka pintu kamar mandi di kamar kostku yang model disorong seperti pintu-pintu rumah adat Jepang itu. Aku keget. Naning tidak menutup kembali pintunya. Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil sibuk membuat dua porsi mie rebus telor dua porsi sekaligus. Suara gemericik air terdengar jelas dari dalam sana.
Tak berapa lama mie rebus mateng. Buru-buru aku membagi ke dalam dua mangkuk. Saat kusajikan di atas permadani, Naning sudah keluar dengan hanya berkemben handuknya. Aku hanya menelan ludahku sendiri saja. Begitu seksinya tubuh Naning. Aku rasakan bahwa batang zakarku meregang ingin bangkit berdiri. Gila. "Ada apa Oom.. kok melihatku begitu?" tanya Naning yang membuatku sadar kembali.
"Ng.. Naning lupa menutup pintunya. Ini mie rebusnya, nggak enak dong ada bau kamar mandi. Sekalipun kamar mandiku berbau harum kapur barus.. iya to?" "Maaf Oom," sahutnya sambil tersenyum, "Aku masukan pakaian kotorku ke ember pakaian Oom di kamar mandi. Nggak pa-pa ya Oom." imbuhnya lagi sambil duduk bersimpuh di sebelahku yang bersila ini.
"Nggak pakai baju dulu?" "Naning nggak bawa baju lagi..!" "Apa?" "Iya Oom, pulang kuliah, Naning mampir ke toko buat beli handuk lalu ke sini, untung dapat kursi, walau di restorasi, pakai beli jatah kru lagi!" "Jadi itu tas kuliahmu? Bukan tas travellingmu?" tanyaku kaget. Naning menggeleng, terus menyantap mie rebusnya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku sambil selintas melihat tasnya. "Oom ada kaos dan celana pendek. Mau khan?"Naning hanya melirikku selintas, lalu menghabiskan mie-nya. Aku urungkan menyantap mie-ku, aku terus membuka lemari pakaianku. Mengambil kaos putih ketat milikku dan celana pendek hitam kolor. Naning memang suka kaos ketat sejak kecil. Saat aku berbalik badan, Naning ternyata sudah berada di depanku, berdiri memperhatikan kaos dan celana yang kupegang.
"Oom yang memakaikan di tubuhku yaa Oom, seperti dulu itu waktu di Surabaya, yaa?" pintanya terus menerus merengek-rengek sambil meraih kedua pundakku. Tentu saja aku kaget. Karuan saja, batang zakarku kembali tergelitik. Kaos dan celana itu kutaruh di atas ranjangku, aku mulai melepaskan handuk di tubuhnya. Saat itulah aku melihat pemandangan indah yang sungguh luar biasa eloknya. Sepasang buah dadanya Naning tampak meruncing lurus ke depan. Dilihat dari bentuknya, jelas sekali buah dada Naning berukuran sekitar 34 saja. Kedua puting susunya masih terselip ke dalam separuh dan warnanya hitam pekat kemerahan. Naning kuperhatikan hanya memejamkan kedua matanya saat dengan nakalnya aku meraih kedua buah dadanya itu dengan jemari kedua tenganku.
"Naning," bisikku tegang dan parau. "Oom.. ouhh.. hhmm.. oouh..!" gumamnya lirih tapi menggodaku. Kuperhatikan di bagian bawahnya, rambut kemaluannya tumbuh lebat sekali dan tebal. "Naning!" ujarku sambil membanting tubuh bugil Naning di atas ranjang empukku. Naning tak menolak atau memberontak. Sesaat setelah aku melepas celanaku, dia kuminta untuk melakukan oral sex terhadap batang zakarku. Heran, dengan lihai dan kelaparan, batang zakarku dilumat-lumat habis sambil disedotnya kuat-kuat. Kini aku yang telentang, sedangkan Naning nungging sambil sesekali mengocok-ngocok zakarku yang mulai tegang setegangnya ini.
"Lebih keras lagi Ning, ayooh.. ouuhkk.. ouhkk.. teruskan Ning.. teruus.. ouhh.. aahk!" gumamku menggerinjal-gerinjal nikmat. Mulut Naning kian ganas menyedot-nyedot zakarku. Berulang kali tangan kirinya meremas buah pelirku, sehingga aku menjerit kesakitan dengan nikmatnya. Sedangkan tangan kanannya membantu ereksi zakarku dengan mengocok-ngocoknya secara keras dan kuat sekali. Air liurnya membantunya agar zakarku tidak lecet. Terakhir saat aku menggauli anak ABG yang masih SMP dari Mall Malioboro itu, si ABG sempat mengukur bahwa batang zakarku dikatakan paling gede sepanjang dia melayani laki-laki sepertiku. Berukuran panjang 25 cm dan garis lingkar hampir 18 cm.
Keringat kian basah mengucur deras. Naning kian garang saja melumat-lumatkan zakarku. Aku sudah tidak kuat lagi, dan beberapa detik kemudian setelah hampir 15 menit lamanya Naning melakukannya, aku mengalami ejakulasi. "Creet.. croot.. creet..!" menyembur spermaku di dalam mulutnya Naning. "Ahhk.. ouhhk..!" jeritku tertahan lalu lemas dan kubiarkan Naning melahap semua air mani dari zakarku itu sambil mengurut-urut dengan keras batang zakarku guna memaksanya keluar sisa-sisa spermanya yang siapa tahu masih ada di dalam batang zakar."Oom.. spermanya enaak sekali, banyak banget. Ouh, Oom masih kuat kan?" tanya Naning yang bikin aku kaget.
Belum sempat aku membuka mataku untuk kekagetanku, Naning sudah nangkring di atas tubuh bawahku sembari memegangi batang zakarku yang diarahkannya ke liang vaginanya. Tak karuan lagi, Naning langsung menghujamkan vaginanya ke batang zakarku dan menggenjotnya pelan tapi pasti yang berangsur kepada kecepatan yang dahsyat.
"Ouuh.. ouh Naning.. ouhkk.. aahk.. terus.. terusskan..ouhkk.. yaa.. ouh!" teriakku kegirangan. Aku sadar, kini sadar selintas. Bahwa Naning ingin sekali memperkosaku, karena sejak dulu memang dia suka sekali memegangi penis kecilku saat SD. Kami memang sering mandi bareng satu bak. Dan dia suka sekali menarik-narik penisku sambil melumatnya. Saat itu aku tak paham tentang dunia seks. Rupanya dia anak yang hyperseks. Dengan gemas, aku meraih kedua buah dadanya, kuremas-remas lalu kutarik-tarik ke arahku.
"Oom.. aauh.. ouhk.. ouhk Oom..!" jerit geli Naning merem-melek matanya. Kini dia juga mandi keringat. Naning langsung menerkam mulutku dengan mulutnya. Lama sekali kami saling berpagutan dan berciuman secara liar dan dalam. Sedangkan kedua tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang mulai kenyal membesar, sementara puting susunya meregang tegang keras. Di bawah, vagina Naning terus menerus naik turun menarik diri lalu menekan kuat ke arah selangkanganku. Saat vaginanya menekan, batang zakarku kudorong ke atas menyambut vaginanya yang berukuran sangat sempit tapi kenyal dan lembab. Otomatis, batang zakarku dapat menerkam klitorisnya yang sangat hangat itu. Aku tak kuasa lagi kini menahan ejakulasiku yang kulihat kini bertahan di menit ke duapuluh.
"Creet.. croot.. creet.. creet..!" semburan spermaku di dalam vaginanya. "Ahhkk.. ouhkk.. Oom..!" teriak mulut Naning melepaskan diri dari mulutku sambil menekan sekuatnya vaginanya ke arah zakarku, begitupun sebaliknya. "Naning.. ouh.. ohh..!" gumamku lirih dan lemas sekali. Sedangkan Naning hanya terdiam saja sambil tetap memelukku erat dan merem matanya. Sesaat lamanya kami mengatur nafas. Keringat terus membasahi kami berdua. Kami pun terhempas ke dalam lembah kenikmatan
Akhirnya kami pun sering mengulangi perbuatan nikmat tersebut, tentunya selama Naning berada di tempat kostku kesempatan tersebut tidak kusia-siakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar