Saat liburan sekolah tahun lalu, Seno teman karibku di SMP 123 di kota Surabaya mengajak aku ikut berlibur di rumah Pakde dan Budenya di kota Malang. Dia bilang tempat Pakde dan Budenya ada kebon apel yang luas dengan sungai kecil yang mengalir di tengahnya. Seno akan mengajakku mancing seharian di sana, dan kalau lapar boleh memetik apel sesukanya. Yaahh.., aku bayangkan betapa senangnya. Mancing seharian dan makan apel sesukanya. Kami sepakat akan tinggal 3 hari di rumah Pakde dan Budenya itu. Ayah dan ibuku tidak keberatan untuk memenuhi keinginanku. Beliau sudah sangat mengenal Seno. Bahkan orang tua Seno dan bapak ibuku sering saling kunjung mengunjungi apabila yang satu ada keperluan atau punya sesuatu hajat.
Begitulah pada hari yang ditetapkan kami berangkat pagi dari Surabaya dan sekitar jam 3 sore kami sudah sampai di rumah Pakde dan Bude Seno di kota Malang yang sejuk itu. Pakde Darmo dan Bude Murni adalah nama Pakde dan Budenya Seno. Ternyata mereka berdua itu masih muda. Jauh lebih muda dari bapak ibunya Seno. Pakde Darmo adalah saudara sepupu ibunya Seno. Usianya sekitar 35 tahunan. Sekitar 5 tahun lebih muda dari ibunya Seno. Dan tentu saja Bude Murni lebih muda lagi. Mungkin sekitar 28 tahunan. Sudah lebih dari 5 tahun Pakde dan Bude Seno itu berumah tangga, tetapi hingga kini belum punya anak. Oleh karenanya mereka nampak gembira saat kami datang.
Bude Murni orangnya cantik. Aku senang melihat wanita cantik seperti Budenya Seno ini. Walaupun masih dibilang ABG, aku sudah punya kesukaan melihat yang cantik-cantik. Bahkan kalau aku ingat-ingat sejak Taman Kanak-kanak aku sudah tahu anak-anak mana yang cantik. Atau dari ibu-ibu yang mengantarkan anaknya ibu mana yang paling cantik. Pada waktu itupun aku sudah bisa berfantasi. Aku suka membayangkan untuk mencium teteknya, atau pipinya atau bibirnya yang cantik-cantik itu.
Tapi Bude Murni yang Budenya Seno ini benar-benar cantik. Kalau aku bandingkan, kecantikan Bude Murni tidak kalah dengan kecantikannya para bintang iklan atau sinetron. Tulang pipinya, merah bibirnya, anak rambutnya yang lembut pada belakang lehernya yang jenjang, duuhh.. Semuanya itu benar-benar menampilkan daya sensual dan kecantikan yang sempurna. Rasanya mirip dengan Shirley Margaretha atau yang biasa dipanggil Shirley itu. Tentu Bude Murni sedikit lebih tuaan. Kalau lagi bicara aku suka sekali memperhatikan gerak bibirnya yang tipis itu.
Aku lantas membayangkan seandainya Bude Murni meludahi aku, ahh.. biarlah. Akan kujilati ludahnya dan kutelan. Bahkan aku bayangkan seandainya Bude Murni meludahnya langsung ke mulutku. Uuhh.. dengan segala kesukaanku, aku akan mengucapkan beribu-ribu terima kasih padanya. Penis kecilku ini jadi langsung ngaceng.Sesudah kami diterima dengan ramah oleh Pakde dan Budenya Seno, kemudian sedikit ngobrol sana-sini. Tentang sekolah, tentang cita-cita mau jadi apa kalau sudah gede nanti dan sebagainya, kami disuruh istirahat dulu atau kalau mau mandi, boleh. Silahkan. Aku pikir ngapain istirahat. Mendingan mandi saja, nanti ngobrol lagi dan melihati lagi cantiknya Bude Murni. Rasanya enak kalau penisku ngaceng terus saat mengkhayalkannya.
Akhirnya Seno sepakat kalau aku mandi dulu. Sementara dia akan menunggu sambil sekedar tidur-tiduran. Kamar mandi Bude Murni tidak begitu luas. Di sana-sini nampak bergantungan baju atau celana kotor. Aku jadi sedikit kesulitan untuk menggantung handuk dan bajuku. Terpaksa aku geser-geser untuk mendapatkan gantungan.Pada saat itulah aku melihat ada celana dalam wanita. Tak salah lagi, pasti ini adalah celana dalam Bude Murni. Siapa lagi?! Perempuan di rumah ini kan hanya Bude Murni. Darahku tiba-tiba berdesir. Meyakini bahwa itu adalah celana dalam Bude Murni membuat nafsu birahiku bangkit. Kenapa celana dalam kumal ini jadi begitu nampak indah di mataku. Kudekatkan wajahku ke arahnya. Lihatlah, bukankah warna celana ini putih. Celana yang terbuat dari bahan yang lembut ini tadi siang atau mungkin tadi pagi atau kemarin sore telah dipakai oleh Bude Murni. Dan sekarang tidak begitu putih lagi. Pinggirannya nampak ke-kuning-kuningan, mungkin disebabkan keringat di selangkangan Bude. Kemudian kulihat bagian bawah yang bertepatan dengan vaginanya, warnanya semakin kuning yang pekat. Mungkin itu adalah sisa-sisa air kencing campur keringat Bude yang tertinggal.
Ah.. Darah birahiku kembali berdesir. Penis kecilku mulai tegang. Hidungku kepingin tahu bagaimana bau celana dalam orang secantik Bude Murni yang mirip bintang sinetron Shirley ini. Dengan agak gemetar tanganku mendekatinya. Pelan dan hati-hati aku pungut celana dalam itu. Aku merasakan seakan ada stroomnya saat ujung jariku menyentuhnya. Darahku naik ke kepala membuat wajahku terasa sembab dan ubun-ubunku memanas. Dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk aku mengambil tepian celana dalam dengan cara menjepitnya. Rasanya aku tak ingin celana dalam Bude Murni ini ter-kontaminasi oleh tangan-tanganku. Kembali darahku berdesir. Mataku menatap tajam. Kusaksikan lebih dekat kain lembut yang beberapa waktu sebelumnya telah menutupi bagian milik Bude Murni yang paling rahasia. Tanpa ragu dengan jantungku yang berdegup-degup sambil setengah menutup mata kudekatkan celana Bude Murni itu ke hidungku. Aku segera menangkap baunya.
Oohh.. Sepertinya aku dibawa melayang. Bau pesing kencing dan asem keringat selangkangan Bude Murni membuat aku serasa terbang. Aku terayun dan terlempar dalam awang nikmat surgawi. Bau pesing dan asem itu seketika menjadi wewangian memabukkan. Tak pernah kutemui wewangian senikmat ini. Ahh.. Kini aku merasakan betapa hasrat birahiku meledak dan terbakar menyala. Nafsu syahwatku menggelegak. Aku nanar dan menjadi liar. Khayalanku tak mampu kukendalikan. Dia terbang menuntunku menciumi selangkangan Bude Murni. Bibir dan lidahku melata di seluruh pori-porinya. Kurasakan seakan Bude Murni telah menantikan jilatan dan kecupan bibirku pada vagina dan selangkangannya. Dia mengangkangkan lebih lebar kedua pahanya yang putih bersih itu agar bibir dan lidahku lebih leluasa menjelajahinya. Jari tanganku dengan terburu-buru melepasi anak kancing celanaku. Kukeluarkan penis kecilku. Kini aku mulai mengelus-elus dan memijatinya. Kemudian mengocok-ocoknya. Dengan segenap jari-jari tanganku akhirnya celana dalam Bude Murni kugenggam erat. Kemudian dengan tanpa ragu serta penuh nafsu syahwat birahi kubekapkan celana dalam itu ke mukaku.
Bagian bawahnya yang paling kuning pekat kumasukkan ke mulut. Aku melumat-lumatnya. Aku ingin kencing atau keringatnya yang kuning pekat itu larut dalam ludahku. Aku ingin mengecap-ecap dan mengisep-isepnya. Aku ingin merasai kencing dan keringat Bude Murni. Aku ingin menelannya.
Kocokkan tangan pada penisku semakin kupercepat. Aku merasakan kenikmatan syahwat yang tak terhingga. Bayangan Bude Murni yang menggeliat-geliat sambil mendesah-desah karena kegatalan menerima kecupan dan jilatanku melipatkan hasrat birahiku. Bahkan dia merenggut kepalaku. Dia tarik wajahku dan ditenggelamkannya lebih dalam ke selangkangannya. Genggaman kocokkanku semakin kuperketat. Aku tahu air maniku terus mendesak ingin muncrat. Kurasakan asin pada lumatan di mulutku. Kencing dan keringat selangkangan Bude Murni telah larut dalam ludahku. Sepertinya tangan Bude Murni meremas-remas rambutku. Tubuhnya bergoyang. Pantatnya maju mundur menahan nikmat syahwatnya. Kudengar dia mendesah, merintih atau meracau, "Terus Wan. Enak Wan. Jilati terus vagina Bude Wan. Ayyoo.."
Aaacchh.. Tanganku merasakan urat penis kecilku berkedut dan mengangguk-angguk. Air maniku muncrat menembaki dinding kamar mandi Bude Murni. Aku merapat ke pintu. Kenikmatan sperma yang merambati saraf-saraf di seputar penisku begitu terasa nikmatnya. Celana dalam Bude Murni masih nyumpal di mulutku. Bagian yang di arah vaginanya telah kuyup oleh ludahku. Aku balik dari awang-awang setelah menjilat dan melumati selangkangan dan vaginanya Bude Murni.Kini khayalanku memerosotkan tubuhku. Aku jongkok sambil bersandar ke kloset. Dengan hati-hati celana dalam Bude Murni kukembalikan ke gantungannya. Kutaruh kembali dan kutata-tata sesuai semula agar tidak menimbulkan kecurigaan Bude Murni. Sehabis mandi Seno mengajak aku keliling kebon apel yang berada di belakang rumahnya. Aku melihat sungai yang mengalir di dalamnya. Airnya sangat jernih. Nampak ikan-ikan kecil pada berseliweran. Tetapi saat aku mendekat dan mengamatinya yang nampak hanyalah celana dalam Bude Murni yang wangi air kencing dan keringatnya itu. Aku sama sekali kehilangan dorongan untuk makan apel atau mancing. Aku masih berada dalam jerat birahiku. Aku masih terseret dalam obsesi syahwatku pada celana dalam Bude Murni.
Pagi harinya kami bangun kesiangan. Bude Murni sibuk meladeni suaminya yang hendak berangkat kerja. Dia juga telah membuatkan minuman dan sarapan untuk kami. "Mandinya entar, ya nak. Sekarang cuci muka saja dulu terus sarapan. Bude sudah kegerahan nih. Habis Pakde berangkat, biar Bude yang mandi dulu, ya","Ya, Bude", sahut Seno. Kebeneran..!! Memang itu mauku, begitu sorak kata hatiku.
Aku sendiri diam saja. Aku bergaya acuh. Hanya mataku yang mencuri pandang bagaimana bibir Bude membuka dan mengatup dengan indahnya saat bicara. Aku juga terpesona pada penampilan Bude yang belum mandi ini. Dari lehernya yang jenjang turun ke bahunya yang hhuhh.. Aku tak bisa mengucapkannya. Sangat aduhai. Dia hanya memakai blus lembut dan tipis tanpa lengan. Lubang lengan blusnya itu sangat pas hingga nge-jepit ketiaknya. Nampak sepintas olehku lipatan ketiaknya. Di tempat yang sama kusaksikan tepian blusnya basah oleh keringatnya. Aku langsung melayang. Benar kata orang, perempuan yang cantik akan tampak sangat cantik sebelum mandi. Rasanya hasrat birahiku menyergapku di pagi ini. Dan penis kecilku kembali ngaceng.
"Ayo, Wan. Jangan ngelamun. Makanlah. Ambil itu telor mata sapinya. Pakai sambal? Suka pedes?", aku agak kaget. Bude Murni begitu perhatian dan menyayangi kami berdua. Kemudian kuperhatikan pula apa yang dipakai di bagian bawahnya. Dia tidak memakai rok. Rupanya pagi tadi bersama suaminya Bude Murni melakukan jogging. Dia hanya memakai 'short pant' yang ketat dengan tubuhnya. Aku seakan ingin pingsan karena tak tahan melihat betapa seksinya tubuh Budenya Seno ini. Aku nggak mampu menyaksikan paha dan betisnya. Aku sampai heran pada diriku sendiri, kenapa paha dan betis Bude Murni itu begitu merangsang nafsuku.
Khayalku terus membawa aku terbang melayang-layang. Aku ingin dia lekas pergi mandi. Aku ingin apa yang kini dipakainya, yang kini membungkus tubuhnya itu dia tinggalkan di gantungan kamar mandi. Aku ingin hidungku menghirupi apapun yang dia pakai ini. Aku ingin hidungku lebih banyak menyedoti bau tubuhnya Bude Murni.Aku menjadi sangat bergairah. Aku berusaha Seno tidak mendahuluiku. Aku ingin merasakan bau ketiak yang masih segar dari blus Bude Murni itu. Wwoowww.. Mudah-mudahan dia meninggalkan seluruh pembungkus tubuhnya yang membuat aku puyeng itu di gantungan kamar mandinya.
Dengan berusaha keras untuk tenang, begitu selesai sarapan aku mengambil handuk dan siap untuk mandi. Sambil bergaya membaca majalah yang tercecer di meja, mataku tak lekang mengawasi pintu kamar mandi, menunggu Bude Murni selesai mandi. Kudengar suara air dari gayungnya. Kubayangkan betapa bahagianya air itu. Bisa menjelajahi lekuku lekuknya tubuh Bude Murni. Sesaat dia keluar dari kamar mandi aku segera meletakkan bacaanku, berdiri, menggeliat kecil sambil menguap dan bergegas untuk mandi. Segala hal tadi kulakukan untuk menghindarkan segala bentuk kecurigaan Seno atau Bude Murni pada tingkah polahku. Kamar mandi terasa hangat dan wangi bau sabun sesaat seseorang selesai mandi. Mataku jelalatan ke arah gantungan baju. Dan kudapatkan apa yang kuimpikan..
Pertama kusaksikan 'short pants'-nya ngegantung menindih blusnya. Kemudian disampingnya kutang lusuh bekas pakai. Nampak talinya menjuntai ke bawah. Dan di belakang kutangnya itu ada terlihat celana dalam Bude Murni. Wwoow.. Aku pesta, nih. Sepertinya aku sedang menyaksikan sebuah karya pop art-nya seniman Andy Wharol yang menggantungkan celana dan BH seronok dalam ruang pamer di New York Modern Art Museum. Hasrat seksualku demikian terpukau menyaksikan apa yang kuimpikan itu.
Tapi kini aku berusaha lebih tenang. Kubuka dulu bajuku, celana pendekku dan celana dalamku. Aku telanjang. Aku tidak langsung meraih benda-benda perangsang nikmat syahwat milik Bude Murni itu. Aku akan memanjakan mataku untuk menikmatinya lebih dulu. Sambil pelan-pelan aku mengelusi penisku yang semakin tegang dan keras aku mengamati short pants itu. Beberapa menit yang lalu short pants ini berada di selangkangan dan pinggul Bude Murni dan membungkus milik Bude Murni yang paling indah. Nampak lipatan kain yang timbul karena tertekan pantatnya saat duduk. Ah, seakan aku sedang mengamati pantatnya dari jarak yang sangat dekat. Aku perhatikan tepian celananya. Pasti pahanya terus bergesekkan dengan tepian itu dan meninggalkan keringat di sana. Rasanya aku tidak ingin mengedipkan mataku. Dan ketika aku mengusapkan short pants pada arah pantatnya ke hidungku, aku serasa sedang mencium bokong Bude Murni. Duh, nikmatnyaa.. Pasti lebih nikmat dari sekedar mancing dan makan apel.
Berikutnya tanganku meraih blus tanpa lengan itu. Kucari lubang lengannya yang sempit. Kuamati. Kulihat ada noda peta di sekitar pinggiran lubang lengannya. Aku yakin itu keringat Bude Murni. Pelan kudekatkan ke hidung dan kuciumi tepian lengan blus itu. Ini bau asem keringat Bude Murni. Hasrat birahiku melonjak naik.Jari-jari tanganku semakin sering memijat-pijat penis kecilku. Enak banget rasanya.. Aku terbang di awang nikmat birahi. Hidungku kembali nyungsep ke ketiaknya Bude Murni. Aku merem setengah melek. Oochh.. Bude Murnii.. Bude Murni.. Ijinkan aku menjilati ketiakmu Budee..
Berikutnya aku mendekatkan hidungku ke arah gantungan. Kuendus kutang dan celana dalam Bude Murni. Aku rasakan lintasan aroma keringatnya yang asem dan kencingnya yang pesing itu. Pasti asem keringat itu nempel pada kutangnya. Mungkin buah dada Bude Murni berkeringatan saat kegerahan. Keringatnya itu pasti terserap kain kutangnya dan tertinggal di sana. Dan bau pesingnya pasti dari celana dalamnya yang nampak lusuh sesudah di pakainya.
Mungkin saat kencing ada serpihannya yang terciprat ke celana dalamnya. Warna ke-kuning-kuningan yang pekat pada bagian arah bawah celana dalam itu menunjukkan air kencing yang kering itu yang mungkin tercampur dengan keringatnya pula. Aku membayangkan betapa nikmat apabila kencing dan keringat dari selangkangan atau vagina Bude Murni bisa kujilati atau larutkan dalam ludahku agar aku bisa menelannya. Membayangkan itu semua membuat elusan tangan pada penisku berubah menjadi kocokkan. Dan kocokkan itu kuselingi dengan pijatan pada urat-uratnya. Rasanya tak pernah puas mengendusi kutang dan celana dalam Bude Murni itu. Kini saatnya mulutku melumati apa yang kurang dari 30 menit yang lalu masih nempel di tubuh Bude Murni ini.
Aku mengunyah-kunyah bagian celana dalamnya yang nampak bernoda kuning pekat. Saat telah membasah, kencing dan keringat yang larut bersama ludahku itu kuserap dan kusedoti untuk mengaliri tenggorokanku. Penisku semakin kaku mengiringi lumatan mulutku. Kemudian kukunyah pula tepian lubang lengan blusnya. Rasa asin dan asem dari ketiak Bude Murni yang larut dalam ludahku kutelan pula. Dduhh.. Duhh.., tanganku semaki cepat mengocok-ocok penisku. Nafsu birahiku telah mendesak naik ke ubun-ubunku. Aku ingin secepatnya memperoleh orgasmeku. Aku membayangkan nikmat saat air maniku nyemprot ke dinding kamar mandi seperti kemarin. Mungkin kali ini aku agak tegang kurang santai. Sesudah ngocok penis sekian lama orgasme dan ejakulasiku belum juga hadir. Sedangkan khayalan seksualku sudah melayang ke mana-mana. Ke ketiak kanan dan kiri Bude Murni. Bahkan kemudian aku pindahkan ke ketiaknya Shirley. Kuteruskan lebih kebawah lagi, bibirku menciumi sambil lidahku melata dan merambah paha dan selangakangan Bude Murni. Kemudian pindah pula ke Shirley. Belum juga.
Tapi akhirnya datang juga. Saat khayalanku membayangkan Bude Murni mengencingi mulutku, tak tertahan lagi, air maniku langsung muncrat berlimpah-limpah berhamburan. Aku mendesah dan merintih tertahan menerima nikmat luar biasa itu. Jakunku bergerak-gerak seolah-olah benar-benar menelan air kencing Bude Murni yang hangat itu. Kunyahan dan sedotanku pada celana dalam dan lubang ketiak blus Bude Murni tak pernah kuhentikan. Aku tak menghitung lagi kemungkinan kain-kain eksotik dan erotis yang lembut itu tercabik-cabik oleh gigiku.Seno mengetok-ketok pintu. Minta aku cepetan, dia kebelet untuk buang air. Ah, nih teman.. Secepatnya aku menyelesaikan mandiku.
Hari itu kami seharian mancing di kali. Saat pulang kantongku penuh buah apel yang ranum. Ternyata apel yang langsung dipetik dari pohon rasanya sungguh lezat dan segar. Bude Murni menggoreng ikan hasil pancingan kami. Malam itu kami tidur sangat lelap.
Pagi berikutnya adalah hari ke. 2 kami nginap di rumah Pakde Darmo. Aku bangun dengan penuh ngaceng dan penuh harap. Aku berharap untuk bisa mengulangi kenikmatan orgasme dan ejakulasi macam kemarin. Seluruh obyek dan sasaranku ada dalam kamar mandi itu. Tokoh sentralnya tetap Bude Murni yang cantiknya mengingatkanku pada Shirley Margaretha.
Seperti kemarin, pagi ini kulihat Bude Murni sibuk meladeni suaminya bersiap ke kantornya. Wanita yang sangat cantik saat bangun tidur itu mempertontonkan bahunya yang aduhai dengan memakai blus lembut tanpa lengan macam yang dia pakai kemarin. Kecuali warnanya yang pagi ini ke kuning dan merah-an penuh motif kembang-kembang. Dan seperti kemarin pula, Bude Murni menyuruh kami cuci muka dulu kemudian sarapan. Dia akan mandi duluan karena kota Malang yang bagi kami cukup dingin ini bagi beliau membuat sangat kegerahan. Mungkin karena sudah sehari-harinya sebagai orang Malang. Dan sekali lagi seperti kemarin, aku telah siap dengan handukku sambil membaca apa saja yang terserak di meja menunggu Bude Murni keluar dari kamar mandinya.
Pagi ini mandiku sungguh-sungguh sukses. Disamping aku mendapatkan celana dalam dan blus lusuh bekas pakainya Bude Murni, dia juga gantungkan kutangnya. Tentu saja kutang Bude ini lebih melengkapi dan menunjang dalam melancarkan khayalan seronokku. Pagi itu aku seakan menciumi tubuh Bude yang telanjang bulat. Aku sudah atur, khayalanku akan merangkaki tubuh Bude mulai dari bagian atas hingga bagian bawah tubuh cantiknya.
Saat aku menciumi dan melumat-lumat lubang lengan blusnya, khayalanku terbang mengantarkan hidung, lidah dan bibirku untuk menjilati ketiaknya. Dan saat aku mulai melumat kutangnya, aku merambah buah dada dan pentil-pentilnya, Dan saat aku melumat-lumat celana dalamnya, lidahku menjilati paha, selangkangan dan vaginanya. Nafsu birahiku terbakar menggelora. Aku kini menunggu Bude Murni kencing di mulutku macam kemarin pula. Dan khayalanku untuk hal macam itu tak pernah menemui hambatan. "Wan.., kamu minum ya kencing Bude.., ayoo, minum Wan.. Buka mulutmu.." demikian khayalan rintihan dan desah Bude Murni. Aku juga membayangkan betapa tangan-tangan Bude dengan erat memegangi kepalaku agar air kencingnya bisa tepat masuk ke mulutku.
Pagi itu aku sempat mengulangi lintas khayalanku hingga aku bisa meraih 2 kali orgasme dan ejakulasi. Aku puas banget. Pada saat muncrat yang terakhir, aku disergap nikmat syahwat tak terhingga. Tubuhku jatuh nge-gelesot ke lantai. Air maniku muncrat dari penis kecilku dengan tubuhku yang telentang di lantai dan menggeliat-geliat menahan gelinjang. Air sejuk Malang dengan cepat bisa mengembalikan tenagaku. Selesai mandi badanku sangat segar. Aku mengajak Seno kembali menyusuri kali mencari ikan. Kami bikin tambak kemudian mengurasnya. Ratusan ikan-ikan uceng dan wader dapat kami tangkap. Bude Murni menggorengkan ikan itu untuk lauk makan siang kami.
Aku kesengsem dengan tampilannya yang sangat seksi di siang hari ini. Bu Murni memakai kaos tipis berlambang salah satu partai pemenang Pemilu 2004. Kaos itu berwarna merah yang ketat. Tepat pada arah dadanya nampak tanda putih. Iklan partai itu menghimbau masyarakat untuk menusuk pada tanda putihnya itu. Aku membayangkan seandainya boleh menusuk di tanda itu sekarang, artinya aku mesti mendesak-desakkan penis kecilku ke celah dua bukit indah milik Bude Murni yang kukagumi ini.
Untuk bawahannya Bude Murni memakai celana pendek 'hot pants'. Aku yakin beliaunya menganggap kami ini hanyalah anak-anak kecil. Oleh karenanya beliau tidak perlu canggung dengan pakaiannya yang ternyata sangat merangsang naluri birahiku. Edaann..!! Aku nggak sabar menunggu saat mandi. Sambil menunggu gorengan ikan mateng, aku ke kamar mandi. Aku bilang pada Seno perutku mules. Ternyata segala pakaian kotor tak nampak lagi di gantungannya. Bude Murni telah mencucinya. Aku agak kecewa. Kuamati di seputar kamar mandi. Tak ada yang bisa membantuku. Kuperhatikan sabun, odol, sikat gigi, busa untuk menggosok kaki. Ah, sama saja.
Tetapi karena perasaanku demikian kebelet, kubuka saja celanaku. Aku mulai saja mengelusi penis kecilku sambil mataku setengah merem. Untung ada daya khayal yang membantu aku. Tiba-tiba saja hidungku telah nyungsep di ketiak Bude Murni yang basah oleh keringatnya. Lidahku menjilat dan mengecapi keringat asin ketiaknya itu. Bibirku melata merambah dadanya. Entah kemana kaos oblong bergambar partai tadi. Yang ada kini adalah gundukkan ranum buah dada Bude Murni. Dd.. Duuhh.. Wangii.. Banget.. Tanganku dengan terampil mengocok-ocok penis kecilku. Belum sampai ke menit ke 5 aku sudah merasakan air maniku akan tumpah. Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku menyapu bukit dan lembah-lembah dari dada melintasi perut dengan pusernya menuju ke selangkangan Bude Murni.
Saat kutemukan bukit indah yang menggumuk, yaitu vaginanya, aku tak tahan untuk membiarkannya. Lidahku mencoba menembusi gumuk itu. Aku rasakan banget bagaimana jepitan bibir kemaluannya menghalangi tusukkan lidahku. Aku juga merasakan ada lengket-lengket di ujung lidahku. Aku juga mengendus-endus dan menjilati selangkangannya. Air maniku muncrat saat Bude Murni mengencingi mulutku. Kenapa aku semakin pengin dan terobsesi air kencingnya ya? Ah, masa bodo, pokoknya aku sangat terangsang kalau mikir air kencing Bude Murni. Dan dengan cara itu orgasmeku cepat hadir yang disertai tumpahnya air maniku yang berlimpah.Aku agak terhuyung saat keluar kamar mandi. Bude Murni sempat nampak cemas meilhat keadaanku. Tetapi itu hanya sesaat. Bukankah aku tak apa-apa. Kami makan siang dengan sangat nikmat. Bude Murni membuatkan lalap dan sambal. Ikan uceng dan wadernya sungguh menjadi santapan yang tak ada bandingnya.
Aku masih penasaran, kenapa tak bisa kudapatkan celana dalam atau baju yang lain dari bekas pakai Bude Murni saat di kamar mandi tadi. Mungkinkah nanti sore atau yang pasti besok pagi bisa kudapatkan apabila beliau selesai mandi sore? Yaa.. Aku belajar sabar.
Malam itu aku nonton TV sampai tertidur. Besok pulang. Jam berapa Sen, besok? Seno bilang besok Pakde dan Bude akan nganter kami sampai terminal bus. Kami akan berangkat jam 8 pagi dari rumah. Waahh.. Jangan-jangan kami aku nggak sempat menikmati kembali celana dalam Bude Ambar nih. Kok pagi, sih?! Kok Pakde pake ikut nganter sih?! Emangnya Pakde nggak kerja? Wah, kacau nih, batinku kesal.Besoknya, jam 5 pagi aku sudah terbangun. Aku tidak langsung mandi. Aku pikir toh nggak ada gunanya mandi pagi-pagi. Paling-paling Bude Murni juga belum mandi. Dengan alasan nyari udara pagi yang sehat aku ajak Seno keluar rumah dan jogging di kebon apel belakang rumah. Kulihat Bude Murni sudah sibuk di dapur. Tentu dia sedang nyediain sarapan buat kami yang akan pulang.
Lewat jam 6 pagi kami balik ke rumah. Kulihat Bude Murni sudah dandan rapi. Waahh.., kalau begitu sudah mandi dong?! Aku buru-buru lari kekamarku untuk mengambil handukku. Aku sungguh penasaran dan kehilangan kesabaran. Rasanya bukan pagi yang baik nih. Dengan banyak kehilangan keyakinan diri aku langsung masuk ke kamar mandi. Semerbak dan hangatnya bau sabun dan tubuh Bude Anisa langsung menyergap hidungku. Mataku jelalatan dan.. Hahh.. Sungguh sebuah kejutan..Rasanya kamar mandi ini menjadi demikian indahnya. Lihatlah apa yang ada di gantungannya. Semua impianku menjadi kenyataan. Ini pesta besar yang kudapat di Malang. Gantungan baju itu penuh dengan pakaian kotor milik Bude Murni yang bekas dipakainya. Kulihat kutangnya yang nge-gelantung, celana dalamnya yang nampak lusuh setelah dipakai sejak semalaman. Blus lembut berlengan pendek yang lusuh pula. Short pants yang sangat lecek sesudah dipakai tidur dan kena keringat bokongnya saat sibuk di dapur tadi. Aku langsung menelanjangi diriku. Tangan-tangan terampilku mulai mengelusi penis kecilku. Terkadang juga kuselingi dengan remasan atau pijatan.
Birahiku terdongkrak tinggi dengan apapun yang kini nampak tergantung di depan mataku. Celana dalam, kutang, blus lembut atau short pants punya Bude Murni yang bekas dipakainya itu telah menerbangkan aku ke awang-awang nikmat birahiku. Setiap detail pakaian kumal Bude Murni itu melemparkan aku ke lembah syahwatku dan mengajak hidung, bibir dan lidahku berkelana menjelajahi tubuh Bude Murni. Aku kembali melumati noda-noda keringat atau serpihan kencing pada pakaian kotor Bude Murni itu.
Aku memasuki jerat nikmat yang tak bertara. Hingga dengan penuh histeris aku mengerang dan mendesah tertahan. Aku kembali berguling ke lantai. Tubuhku bergetar hebat mengikuti gelinjangku. Aku mengocok penis kecilku dengan cepat. Makin cepat.. Cepat.. Cepat.. OowWCchh.. Air maniku tumpah. Berkali-kali penisku berkedut keras menembakkan cairan-cairan kentalku hingga membasahi dan meleleh di kamar mandi Bude Murni ini. Aku tersungkur.
Kudengar Pakde Darmo memanaskan mobilnya. Seno menggedor pintu kamar mandi. Aku bilang tunggu, aku lagi buang air, perutku agak mules. Aku cepat segar apabila air menyiram tubuhku. Aku mandi sepuasku.
Begitulah pada hari yang ditetapkan kami berangkat pagi dari Surabaya dan sekitar jam 3 sore kami sudah sampai di rumah Pakde dan Bude Seno di kota Malang yang sejuk itu. Pakde Darmo dan Bude Murni adalah nama Pakde dan Budenya Seno. Ternyata mereka berdua itu masih muda. Jauh lebih muda dari bapak ibunya Seno. Pakde Darmo adalah saudara sepupu ibunya Seno. Usianya sekitar 35 tahunan. Sekitar 5 tahun lebih muda dari ibunya Seno. Dan tentu saja Bude Murni lebih muda lagi. Mungkin sekitar 28 tahunan. Sudah lebih dari 5 tahun Pakde dan Bude Seno itu berumah tangga, tetapi hingga kini belum punya anak. Oleh karenanya mereka nampak gembira saat kami datang.
Bude Murni orangnya cantik. Aku senang melihat wanita cantik seperti Budenya Seno ini. Walaupun masih dibilang ABG, aku sudah punya kesukaan melihat yang cantik-cantik. Bahkan kalau aku ingat-ingat sejak Taman Kanak-kanak aku sudah tahu anak-anak mana yang cantik. Atau dari ibu-ibu yang mengantarkan anaknya ibu mana yang paling cantik. Pada waktu itupun aku sudah bisa berfantasi. Aku suka membayangkan untuk mencium teteknya, atau pipinya atau bibirnya yang cantik-cantik itu.
Tapi Bude Murni yang Budenya Seno ini benar-benar cantik. Kalau aku bandingkan, kecantikan Bude Murni tidak kalah dengan kecantikannya para bintang iklan atau sinetron. Tulang pipinya, merah bibirnya, anak rambutnya yang lembut pada belakang lehernya yang jenjang, duuhh.. Semuanya itu benar-benar menampilkan daya sensual dan kecantikan yang sempurna. Rasanya mirip dengan Shirley Margaretha atau yang biasa dipanggil Shirley itu. Tentu Bude Murni sedikit lebih tuaan. Kalau lagi bicara aku suka sekali memperhatikan gerak bibirnya yang tipis itu.
Aku lantas membayangkan seandainya Bude Murni meludahi aku, ahh.. biarlah. Akan kujilati ludahnya dan kutelan. Bahkan aku bayangkan seandainya Bude Murni meludahnya langsung ke mulutku. Uuhh.. dengan segala kesukaanku, aku akan mengucapkan beribu-ribu terima kasih padanya. Penis kecilku ini jadi langsung ngaceng.Sesudah kami diterima dengan ramah oleh Pakde dan Budenya Seno, kemudian sedikit ngobrol sana-sini. Tentang sekolah, tentang cita-cita mau jadi apa kalau sudah gede nanti dan sebagainya, kami disuruh istirahat dulu atau kalau mau mandi, boleh. Silahkan. Aku pikir ngapain istirahat. Mendingan mandi saja, nanti ngobrol lagi dan melihati lagi cantiknya Bude Murni. Rasanya enak kalau penisku ngaceng terus saat mengkhayalkannya.
Akhirnya Seno sepakat kalau aku mandi dulu. Sementara dia akan menunggu sambil sekedar tidur-tiduran. Kamar mandi Bude Murni tidak begitu luas. Di sana-sini nampak bergantungan baju atau celana kotor. Aku jadi sedikit kesulitan untuk menggantung handuk dan bajuku. Terpaksa aku geser-geser untuk mendapatkan gantungan.Pada saat itulah aku melihat ada celana dalam wanita. Tak salah lagi, pasti ini adalah celana dalam Bude Murni. Siapa lagi?! Perempuan di rumah ini kan hanya Bude Murni. Darahku tiba-tiba berdesir. Meyakini bahwa itu adalah celana dalam Bude Murni membuat nafsu birahiku bangkit. Kenapa celana dalam kumal ini jadi begitu nampak indah di mataku. Kudekatkan wajahku ke arahnya. Lihatlah, bukankah warna celana ini putih. Celana yang terbuat dari bahan yang lembut ini tadi siang atau mungkin tadi pagi atau kemarin sore telah dipakai oleh Bude Murni. Dan sekarang tidak begitu putih lagi. Pinggirannya nampak ke-kuning-kuningan, mungkin disebabkan keringat di selangkangan Bude. Kemudian kulihat bagian bawah yang bertepatan dengan vaginanya, warnanya semakin kuning yang pekat. Mungkin itu adalah sisa-sisa air kencing campur keringat Bude yang tertinggal.
Ah.. Darah birahiku kembali berdesir. Penis kecilku mulai tegang. Hidungku kepingin tahu bagaimana bau celana dalam orang secantik Bude Murni yang mirip bintang sinetron Shirley ini. Dengan agak gemetar tanganku mendekatinya. Pelan dan hati-hati aku pungut celana dalam itu. Aku merasakan seakan ada stroomnya saat ujung jariku menyentuhnya. Darahku naik ke kepala membuat wajahku terasa sembab dan ubun-ubunku memanas. Dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk aku mengambil tepian celana dalam dengan cara menjepitnya. Rasanya aku tak ingin celana dalam Bude Murni ini ter-kontaminasi oleh tangan-tanganku. Kembali darahku berdesir. Mataku menatap tajam. Kusaksikan lebih dekat kain lembut yang beberapa waktu sebelumnya telah menutupi bagian milik Bude Murni yang paling rahasia. Tanpa ragu dengan jantungku yang berdegup-degup sambil setengah menutup mata kudekatkan celana Bude Murni itu ke hidungku. Aku segera menangkap baunya.
Oohh.. Sepertinya aku dibawa melayang. Bau pesing kencing dan asem keringat selangkangan Bude Murni membuat aku serasa terbang. Aku terayun dan terlempar dalam awang nikmat surgawi. Bau pesing dan asem itu seketika menjadi wewangian memabukkan. Tak pernah kutemui wewangian senikmat ini. Ahh.. Kini aku merasakan betapa hasrat birahiku meledak dan terbakar menyala. Nafsu syahwatku menggelegak. Aku nanar dan menjadi liar. Khayalanku tak mampu kukendalikan. Dia terbang menuntunku menciumi selangkangan Bude Murni. Bibir dan lidahku melata di seluruh pori-porinya. Kurasakan seakan Bude Murni telah menantikan jilatan dan kecupan bibirku pada vagina dan selangkangannya. Dia mengangkangkan lebih lebar kedua pahanya yang putih bersih itu agar bibir dan lidahku lebih leluasa menjelajahinya. Jari tanganku dengan terburu-buru melepasi anak kancing celanaku. Kukeluarkan penis kecilku. Kini aku mulai mengelus-elus dan memijatinya. Kemudian mengocok-ocoknya. Dengan segenap jari-jari tanganku akhirnya celana dalam Bude Murni kugenggam erat. Kemudian dengan tanpa ragu serta penuh nafsu syahwat birahi kubekapkan celana dalam itu ke mukaku.
Bagian bawahnya yang paling kuning pekat kumasukkan ke mulut. Aku melumat-lumatnya. Aku ingin kencing atau keringatnya yang kuning pekat itu larut dalam ludahku. Aku ingin mengecap-ecap dan mengisep-isepnya. Aku ingin merasai kencing dan keringat Bude Murni. Aku ingin menelannya.
Kocokkan tangan pada penisku semakin kupercepat. Aku merasakan kenikmatan syahwat yang tak terhingga. Bayangan Bude Murni yang menggeliat-geliat sambil mendesah-desah karena kegatalan menerima kecupan dan jilatanku melipatkan hasrat birahiku. Bahkan dia merenggut kepalaku. Dia tarik wajahku dan ditenggelamkannya lebih dalam ke selangkangannya. Genggaman kocokkanku semakin kuperketat. Aku tahu air maniku terus mendesak ingin muncrat. Kurasakan asin pada lumatan di mulutku. Kencing dan keringat selangkangan Bude Murni telah larut dalam ludahku. Sepertinya tangan Bude Murni meremas-remas rambutku. Tubuhnya bergoyang. Pantatnya maju mundur menahan nikmat syahwatnya. Kudengar dia mendesah, merintih atau meracau, "Terus Wan. Enak Wan. Jilati terus vagina Bude Wan. Ayyoo.."
Aaacchh.. Tanganku merasakan urat penis kecilku berkedut dan mengangguk-angguk. Air maniku muncrat menembaki dinding kamar mandi Bude Murni. Aku merapat ke pintu. Kenikmatan sperma yang merambati saraf-saraf di seputar penisku begitu terasa nikmatnya. Celana dalam Bude Murni masih nyumpal di mulutku. Bagian yang di arah vaginanya telah kuyup oleh ludahku. Aku balik dari awang-awang setelah menjilat dan melumati selangkangan dan vaginanya Bude Murni.Kini khayalanku memerosotkan tubuhku. Aku jongkok sambil bersandar ke kloset. Dengan hati-hati celana dalam Bude Murni kukembalikan ke gantungannya. Kutaruh kembali dan kutata-tata sesuai semula agar tidak menimbulkan kecurigaan Bude Murni. Sehabis mandi Seno mengajak aku keliling kebon apel yang berada di belakang rumahnya. Aku melihat sungai yang mengalir di dalamnya. Airnya sangat jernih. Nampak ikan-ikan kecil pada berseliweran. Tetapi saat aku mendekat dan mengamatinya yang nampak hanyalah celana dalam Bude Murni yang wangi air kencing dan keringatnya itu. Aku sama sekali kehilangan dorongan untuk makan apel atau mancing. Aku masih berada dalam jerat birahiku. Aku masih terseret dalam obsesi syahwatku pada celana dalam Bude Murni.
Pagi harinya kami bangun kesiangan. Bude Murni sibuk meladeni suaminya yang hendak berangkat kerja. Dia juga telah membuatkan minuman dan sarapan untuk kami. "Mandinya entar, ya nak. Sekarang cuci muka saja dulu terus sarapan. Bude sudah kegerahan nih. Habis Pakde berangkat, biar Bude yang mandi dulu, ya","Ya, Bude", sahut Seno. Kebeneran..!! Memang itu mauku, begitu sorak kata hatiku.
Aku sendiri diam saja. Aku bergaya acuh. Hanya mataku yang mencuri pandang bagaimana bibir Bude membuka dan mengatup dengan indahnya saat bicara. Aku juga terpesona pada penampilan Bude yang belum mandi ini. Dari lehernya yang jenjang turun ke bahunya yang hhuhh.. Aku tak bisa mengucapkannya. Sangat aduhai. Dia hanya memakai blus lembut dan tipis tanpa lengan. Lubang lengan blusnya itu sangat pas hingga nge-jepit ketiaknya. Nampak sepintas olehku lipatan ketiaknya. Di tempat yang sama kusaksikan tepian blusnya basah oleh keringatnya. Aku langsung melayang. Benar kata orang, perempuan yang cantik akan tampak sangat cantik sebelum mandi. Rasanya hasrat birahiku menyergapku di pagi ini. Dan penis kecilku kembali ngaceng.
"Ayo, Wan. Jangan ngelamun. Makanlah. Ambil itu telor mata sapinya. Pakai sambal? Suka pedes?", aku agak kaget. Bude Murni begitu perhatian dan menyayangi kami berdua. Kemudian kuperhatikan pula apa yang dipakai di bagian bawahnya. Dia tidak memakai rok. Rupanya pagi tadi bersama suaminya Bude Murni melakukan jogging. Dia hanya memakai 'short pant' yang ketat dengan tubuhnya. Aku seakan ingin pingsan karena tak tahan melihat betapa seksinya tubuh Budenya Seno ini. Aku nggak mampu menyaksikan paha dan betisnya. Aku sampai heran pada diriku sendiri, kenapa paha dan betis Bude Murni itu begitu merangsang nafsuku.
Khayalku terus membawa aku terbang melayang-layang. Aku ingin dia lekas pergi mandi. Aku ingin apa yang kini dipakainya, yang kini membungkus tubuhnya itu dia tinggalkan di gantungan kamar mandi. Aku ingin hidungku menghirupi apapun yang dia pakai ini. Aku ingin hidungku lebih banyak menyedoti bau tubuhnya Bude Murni.Aku menjadi sangat bergairah. Aku berusaha Seno tidak mendahuluiku. Aku ingin merasakan bau ketiak yang masih segar dari blus Bude Murni itu. Wwoowww.. Mudah-mudahan dia meninggalkan seluruh pembungkus tubuhnya yang membuat aku puyeng itu di gantungan kamar mandinya.
Dengan berusaha keras untuk tenang, begitu selesai sarapan aku mengambil handuk dan siap untuk mandi. Sambil bergaya membaca majalah yang tercecer di meja, mataku tak lekang mengawasi pintu kamar mandi, menunggu Bude Murni selesai mandi. Kudengar suara air dari gayungnya. Kubayangkan betapa bahagianya air itu. Bisa menjelajahi lekuku lekuknya tubuh Bude Murni. Sesaat dia keluar dari kamar mandi aku segera meletakkan bacaanku, berdiri, menggeliat kecil sambil menguap dan bergegas untuk mandi. Segala hal tadi kulakukan untuk menghindarkan segala bentuk kecurigaan Seno atau Bude Murni pada tingkah polahku. Kamar mandi terasa hangat dan wangi bau sabun sesaat seseorang selesai mandi. Mataku jelalatan ke arah gantungan baju. Dan kudapatkan apa yang kuimpikan..
Pertama kusaksikan 'short pants'-nya ngegantung menindih blusnya. Kemudian disampingnya kutang lusuh bekas pakai. Nampak talinya menjuntai ke bawah. Dan di belakang kutangnya itu ada terlihat celana dalam Bude Murni. Wwoow.. Aku pesta, nih. Sepertinya aku sedang menyaksikan sebuah karya pop art-nya seniman Andy Wharol yang menggantungkan celana dan BH seronok dalam ruang pamer di New York Modern Art Museum. Hasrat seksualku demikian terpukau menyaksikan apa yang kuimpikan itu.
Tapi kini aku berusaha lebih tenang. Kubuka dulu bajuku, celana pendekku dan celana dalamku. Aku telanjang. Aku tidak langsung meraih benda-benda perangsang nikmat syahwat milik Bude Murni itu. Aku akan memanjakan mataku untuk menikmatinya lebih dulu. Sambil pelan-pelan aku mengelusi penisku yang semakin tegang dan keras aku mengamati short pants itu. Beberapa menit yang lalu short pants ini berada di selangkangan dan pinggul Bude Murni dan membungkus milik Bude Murni yang paling indah. Nampak lipatan kain yang timbul karena tertekan pantatnya saat duduk. Ah, seakan aku sedang mengamati pantatnya dari jarak yang sangat dekat. Aku perhatikan tepian celananya. Pasti pahanya terus bergesekkan dengan tepian itu dan meninggalkan keringat di sana. Rasanya aku tidak ingin mengedipkan mataku. Dan ketika aku mengusapkan short pants pada arah pantatnya ke hidungku, aku serasa sedang mencium bokong Bude Murni. Duh, nikmatnyaa.. Pasti lebih nikmat dari sekedar mancing dan makan apel.
Berikutnya tanganku meraih blus tanpa lengan itu. Kucari lubang lengannya yang sempit. Kuamati. Kulihat ada noda peta di sekitar pinggiran lubang lengannya. Aku yakin itu keringat Bude Murni. Pelan kudekatkan ke hidung dan kuciumi tepian lengan blus itu. Ini bau asem keringat Bude Murni. Hasrat birahiku melonjak naik.Jari-jari tanganku semakin sering memijat-pijat penis kecilku. Enak banget rasanya.. Aku terbang di awang nikmat birahi. Hidungku kembali nyungsep ke ketiaknya Bude Murni. Aku merem setengah melek. Oochh.. Bude Murnii.. Bude Murni.. Ijinkan aku menjilati ketiakmu Budee..
Berikutnya aku mendekatkan hidungku ke arah gantungan. Kuendus kutang dan celana dalam Bude Murni. Aku rasakan lintasan aroma keringatnya yang asem dan kencingnya yang pesing itu. Pasti asem keringat itu nempel pada kutangnya. Mungkin buah dada Bude Murni berkeringatan saat kegerahan. Keringatnya itu pasti terserap kain kutangnya dan tertinggal di sana. Dan bau pesingnya pasti dari celana dalamnya yang nampak lusuh sesudah di pakainya.
Mungkin saat kencing ada serpihannya yang terciprat ke celana dalamnya. Warna ke-kuning-kuningan yang pekat pada bagian arah bawah celana dalam itu menunjukkan air kencing yang kering itu yang mungkin tercampur dengan keringatnya pula. Aku membayangkan betapa nikmat apabila kencing dan keringat dari selangkangan atau vagina Bude Murni bisa kujilati atau larutkan dalam ludahku agar aku bisa menelannya. Membayangkan itu semua membuat elusan tangan pada penisku berubah menjadi kocokkan. Dan kocokkan itu kuselingi dengan pijatan pada urat-uratnya. Rasanya tak pernah puas mengendusi kutang dan celana dalam Bude Murni itu. Kini saatnya mulutku melumati apa yang kurang dari 30 menit yang lalu masih nempel di tubuh Bude Murni ini.
Aku mengunyah-kunyah bagian celana dalamnya yang nampak bernoda kuning pekat. Saat telah membasah, kencing dan keringat yang larut bersama ludahku itu kuserap dan kusedoti untuk mengaliri tenggorokanku. Penisku semakin kaku mengiringi lumatan mulutku. Kemudian kukunyah pula tepian lubang lengan blusnya. Rasa asin dan asem dari ketiak Bude Murni yang larut dalam ludahku kutelan pula. Dduhh.. Duhh.., tanganku semaki cepat mengocok-ocok penisku. Nafsu birahiku telah mendesak naik ke ubun-ubunku. Aku ingin secepatnya memperoleh orgasmeku. Aku membayangkan nikmat saat air maniku nyemprot ke dinding kamar mandi seperti kemarin. Mungkin kali ini aku agak tegang kurang santai. Sesudah ngocok penis sekian lama orgasme dan ejakulasiku belum juga hadir. Sedangkan khayalan seksualku sudah melayang ke mana-mana. Ke ketiak kanan dan kiri Bude Murni. Bahkan kemudian aku pindahkan ke ketiaknya Shirley. Kuteruskan lebih kebawah lagi, bibirku menciumi sambil lidahku melata dan merambah paha dan selangakangan Bude Murni. Kemudian pindah pula ke Shirley. Belum juga.
Tapi akhirnya datang juga. Saat khayalanku membayangkan Bude Murni mengencingi mulutku, tak tertahan lagi, air maniku langsung muncrat berlimpah-limpah berhamburan. Aku mendesah dan merintih tertahan menerima nikmat luar biasa itu. Jakunku bergerak-gerak seolah-olah benar-benar menelan air kencing Bude Murni yang hangat itu. Kunyahan dan sedotanku pada celana dalam dan lubang ketiak blus Bude Murni tak pernah kuhentikan. Aku tak menghitung lagi kemungkinan kain-kain eksotik dan erotis yang lembut itu tercabik-cabik oleh gigiku.Seno mengetok-ketok pintu. Minta aku cepetan, dia kebelet untuk buang air. Ah, nih teman.. Secepatnya aku menyelesaikan mandiku.
Hari itu kami seharian mancing di kali. Saat pulang kantongku penuh buah apel yang ranum. Ternyata apel yang langsung dipetik dari pohon rasanya sungguh lezat dan segar. Bude Murni menggoreng ikan hasil pancingan kami. Malam itu kami tidur sangat lelap.
Pagi berikutnya adalah hari ke. 2 kami nginap di rumah Pakde Darmo. Aku bangun dengan penuh ngaceng dan penuh harap. Aku berharap untuk bisa mengulangi kenikmatan orgasme dan ejakulasi macam kemarin. Seluruh obyek dan sasaranku ada dalam kamar mandi itu. Tokoh sentralnya tetap Bude Murni yang cantiknya mengingatkanku pada Shirley Margaretha.
Seperti kemarin, pagi ini kulihat Bude Murni sibuk meladeni suaminya bersiap ke kantornya. Wanita yang sangat cantik saat bangun tidur itu mempertontonkan bahunya yang aduhai dengan memakai blus lembut tanpa lengan macam yang dia pakai kemarin. Kecuali warnanya yang pagi ini ke kuning dan merah-an penuh motif kembang-kembang. Dan seperti kemarin pula, Bude Murni menyuruh kami cuci muka dulu kemudian sarapan. Dia akan mandi duluan karena kota Malang yang bagi kami cukup dingin ini bagi beliau membuat sangat kegerahan. Mungkin karena sudah sehari-harinya sebagai orang Malang. Dan sekali lagi seperti kemarin, aku telah siap dengan handukku sambil membaca apa saja yang terserak di meja menunggu Bude Murni keluar dari kamar mandinya.
Pagi ini mandiku sungguh-sungguh sukses. Disamping aku mendapatkan celana dalam dan blus lusuh bekas pakainya Bude Murni, dia juga gantungkan kutangnya. Tentu saja kutang Bude ini lebih melengkapi dan menunjang dalam melancarkan khayalan seronokku. Pagi itu aku seakan menciumi tubuh Bude yang telanjang bulat. Aku sudah atur, khayalanku akan merangkaki tubuh Bude mulai dari bagian atas hingga bagian bawah tubuh cantiknya.
Saat aku menciumi dan melumat-lumat lubang lengan blusnya, khayalanku terbang mengantarkan hidung, lidah dan bibirku untuk menjilati ketiaknya. Dan saat aku mulai melumat kutangnya, aku merambah buah dada dan pentil-pentilnya, Dan saat aku melumat-lumat celana dalamnya, lidahku menjilati paha, selangkangan dan vaginanya. Nafsu birahiku terbakar menggelora. Aku kini menunggu Bude Murni kencing di mulutku macam kemarin pula. Dan khayalanku untuk hal macam itu tak pernah menemui hambatan. "Wan.., kamu minum ya kencing Bude.., ayoo, minum Wan.. Buka mulutmu.." demikian khayalan rintihan dan desah Bude Murni. Aku juga membayangkan betapa tangan-tangan Bude dengan erat memegangi kepalaku agar air kencingnya bisa tepat masuk ke mulutku.
Pagi itu aku sempat mengulangi lintas khayalanku hingga aku bisa meraih 2 kali orgasme dan ejakulasi. Aku puas banget. Pada saat muncrat yang terakhir, aku disergap nikmat syahwat tak terhingga. Tubuhku jatuh nge-gelesot ke lantai. Air maniku muncrat dari penis kecilku dengan tubuhku yang telentang di lantai dan menggeliat-geliat menahan gelinjang. Air sejuk Malang dengan cepat bisa mengembalikan tenagaku. Selesai mandi badanku sangat segar. Aku mengajak Seno kembali menyusuri kali mencari ikan. Kami bikin tambak kemudian mengurasnya. Ratusan ikan-ikan uceng dan wader dapat kami tangkap. Bude Murni menggorengkan ikan itu untuk lauk makan siang kami.
Aku kesengsem dengan tampilannya yang sangat seksi di siang hari ini. Bu Murni memakai kaos tipis berlambang salah satu partai pemenang Pemilu 2004. Kaos itu berwarna merah yang ketat. Tepat pada arah dadanya nampak tanda putih. Iklan partai itu menghimbau masyarakat untuk menusuk pada tanda putihnya itu. Aku membayangkan seandainya boleh menusuk di tanda itu sekarang, artinya aku mesti mendesak-desakkan penis kecilku ke celah dua bukit indah milik Bude Murni yang kukagumi ini.
Untuk bawahannya Bude Murni memakai celana pendek 'hot pants'. Aku yakin beliaunya menganggap kami ini hanyalah anak-anak kecil. Oleh karenanya beliau tidak perlu canggung dengan pakaiannya yang ternyata sangat merangsang naluri birahiku. Edaann..!! Aku nggak sabar menunggu saat mandi. Sambil menunggu gorengan ikan mateng, aku ke kamar mandi. Aku bilang pada Seno perutku mules. Ternyata segala pakaian kotor tak nampak lagi di gantungannya. Bude Murni telah mencucinya. Aku agak kecewa. Kuamati di seputar kamar mandi. Tak ada yang bisa membantuku. Kuperhatikan sabun, odol, sikat gigi, busa untuk menggosok kaki. Ah, sama saja.
Tetapi karena perasaanku demikian kebelet, kubuka saja celanaku. Aku mulai saja mengelusi penis kecilku sambil mataku setengah merem. Untung ada daya khayal yang membantu aku. Tiba-tiba saja hidungku telah nyungsep di ketiak Bude Murni yang basah oleh keringatnya. Lidahku menjilat dan mengecapi keringat asin ketiaknya itu. Bibirku melata merambah dadanya. Entah kemana kaos oblong bergambar partai tadi. Yang ada kini adalah gundukkan ranum buah dada Bude Murni. Dd.. Duuhh.. Wangii.. Banget.. Tanganku dengan terampil mengocok-ocok penis kecilku. Belum sampai ke menit ke 5 aku sudah merasakan air maniku akan tumpah. Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku menyapu bukit dan lembah-lembah dari dada melintasi perut dengan pusernya menuju ke selangkangan Bude Murni.
Saat kutemukan bukit indah yang menggumuk, yaitu vaginanya, aku tak tahan untuk membiarkannya. Lidahku mencoba menembusi gumuk itu. Aku rasakan banget bagaimana jepitan bibir kemaluannya menghalangi tusukkan lidahku. Aku juga merasakan ada lengket-lengket di ujung lidahku. Aku juga mengendus-endus dan menjilati selangkangannya. Air maniku muncrat saat Bude Murni mengencingi mulutku. Kenapa aku semakin pengin dan terobsesi air kencingnya ya? Ah, masa bodo, pokoknya aku sangat terangsang kalau mikir air kencing Bude Murni. Dan dengan cara itu orgasmeku cepat hadir yang disertai tumpahnya air maniku yang berlimpah.Aku agak terhuyung saat keluar kamar mandi. Bude Murni sempat nampak cemas meilhat keadaanku. Tetapi itu hanya sesaat. Bukankah aku tak apa-apa. Kami makan siang dengan sangat nikmat. Bude Murni membuatkan lalap dan sambal. Ikan uceng dan wadernya sungguh menjadi santapan yang tak ada bandingnya.
Aku masih penasaran, kenapa tak bisa kudapatkan celana dalam atau baju yang lain dari bekas pakai Bude Murni saat di kamar mandi tadi. Mungkinkah nanti sore atau yang pasti besok pagi bisa kudapatkan apabila beliau selesai mandi sore? Yaa.. Aku belajar sabar.
Malam itu aku nonton TV sampai tertidur. Besok pulang. Jam berapa Sen, besok? Seno bilang besok Pakde dan Bude akan nganter kami sampai terminal bus. Kami akan berangkat jam 8 pagi dari rumah. Waahh.. Jangan-jangan kami aku nggak sempat menikmati kembali celana dalam Bude Ambar nih. Kok pagi, sih?! Kok Pakde pake ikut nganter sih?! Emangnya Pakde nggak kerja? Wah, kacau nih, batinku kesal.Besoknya, jam 5 pagi aku sudah terbangun. Aku tidak langsung mandi. Aku pikir toh nggak ada gunanya mandi pagi-pagi. Paling-paling Bude Murni juga belum mandi. Dengan alasan nyari udara pagi yang sehat aku ajak Seno keluar rumah dan jogging di kebon apel belakang rumah. Kulihat Bude Murni sudah sibuk di dapur. Tentu dia sedang nyediain sarapan buat kami yang akan pulang.
Lewat jam 6 pagi kami balik ke rumah. Kulihat Bude Murni sudah dandan rapi. Waahh.., kalau begitu sudah mandi dong?! Aku buru-buru lari kekamarku untuk mengambil handukku. Aku sungguh penasaran dan kehilangan kesabaran. Rasanya bukan pagi yang baik nih. Dengan banyak kehilangan keyakinan diri aku langsung masuk ke kamar mandi. Semerbak dan hangatnya bau sabun dan tubuh Bude Anisa langsung menyergap hidungku. Mataku jelalatan dan.. Hahh.. Sungguh sebuah kejutan..Rasanya kamar mandi ini menjadi demikian indahnya. Lihatlah apa yang ada di gantungannya. Semua impianku menjadi kenyataan. Ini pesta besar yang kudapat di Malang. Gantungan baju itu penuh dengan pakaian kotor milik Bude Murni yang bekas dipakainya. Kulihat kutangnya yang nge-gelantung, celana dalamnya yang nampak lusuh setelah dipakai sejak semalaman. Blus lembut berlengan pendek yang lusuh pula. Short pants yang sangat lecek sesudah dipakai tidur dan kena keringat bokongnya saat sibuk di dapur tadi. Aku langsung menelanjangi diriku. Tangan-tangan terampilku mulai mengelusi penis kecilku. Terkadang juga kuselingi dengan remasan atau pijatan.
Birahiku terdongkrak tinggi dengan apapun yang kini nampak tergantung di depan mataku. Celana dalam, kutang, blus lembut atau short pants punya Bude Murni yang bekas dipakainya itu telah menerbangkan aku ke awang-awang nikmat birahiku. Setiap detail pakaian kumal Bude Murni itu melemparkan aku ke lembah syahwatku dan mengajak hidung, bibir dan lidahku berkelana menjelajahi tubuh Bude Murni. Aku kembali melumati noda-noda keringat atau serpihan kencing pada pakaian kotor Bude Murni itu.
Aku memasuki jerat nikmat yang tak bertara. Hingga dengan penuh histeris aku mengerang dan mendesah tertahan. Aku kembali berguling ke lantai. Tubuhku bergetar hebat mengikuti gelinjangku. Aku mengocok penis kecilku dengan cepat. Makin cepat.. Cepat.. Cepat.. OowWCchh.. Air maniku tumpah. Berkali-kali penisku berkedut keras menembakkan cairan-cairan kentalku hingga membasahi dan meleleh di kamar mandi Bude Murni ini. Aku tersungkur.
Kudengar Pakde Darmo memanaskan mobilnya. Seno menggedor pintu kamar mandi. Aku bilang tunggu, aku lagi buang air, perutku agak mules. Aku cepat segar apabila air menyiram tubuhku. Aku mandi sepuasku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar