Selasa, 29 April 2008

suami loyo .. ponakan aja aaaaahhhhhh

Suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan sex kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia 35 ini. Dengan TB 170cm BB 58kg Bra 38C aku merasa sangat seksi dan sintal dengan payudara yang membusung besar ke depan dengan pantat njedol ke belakang apalagi perut ramping dan pinggul besar membulat, menambahkan tubuhnya yang bongsor ini semakin bahenol dan montok. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.
Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas diluar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian mengawasiku. Aditya anak kakak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang. Siangnya giliran Leni anakku sendiri yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.
Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kocokan penis keras laki-laki. Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Leni sudah pergi, dan tinggal Aditya yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup.
Aku pun segera melorotkan CD-ku lalu BH didadaku sehingga susu montok besar mancung itu leluasa muntah keluar dan langsung aku menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang vaginaku. vaginaku yang merekah kemerahan ditumbuhi rambut kemaluan yang hitam sangat lebat mulai dari bawah pusar sampai pada vaginaku yang seret ini membentuk segitiga hitam agak keriting. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Aditya, anak kakak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.
Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Aditya tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Aditya. Tubuh bongsorku yang sintal berjalan dengan buah dada menari-nari ke kanan ke kiri mengikuti langkahku, dengan sesekali kebelai bulu kemaluan vaginaku menambah rangsangan pada Aditya kemenakanku itu. Anak kakak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai tantenya.
Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak itu. “Bercintalah dengan Tante, Aditya!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangannya yang sudah tegang. Aditya tersenyum, “Tante tahu, sejak Aditya tinggal disini 6 bulan lalu, Aditya sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Aditya bercinta dengan Tante..” Aku terperangah mendengar omongannya. “Dan sering kalo Tante tidur, Aditya telanjangin bagian bawah Tante serta menjilatin kemaluan Tante.” Aku tak percaya mendengar perkataan kopanakanku ini.“Dan kini dengan senang hati Aditya akan ‘kerjai’ Tante sampai Tante puas!”.
Aditya langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan sedemikian rupa, hanya sanggup mendesahdan menjerit kecil.
Puas berciuman, Aditya melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang besar coklat kehitaman, dihisap anak itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Aditya. Ciuman Aditya berlanjut ke perut, dan diapun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Aditya lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.
Aditya tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang vaginaku yang rimbun tertutup bulu kemaluan yang sangat lebat. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Aditya tak peduli, anak itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi.
Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Aditya tersenyum lagi. Dia kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi Tantenya dengan penisnya yang telah tegang. “Aaahh besar banget penismu, keras berotot panjang lagi, tante suka penis yang begini “ sahutku takjub keheranan dan gembira karena sebentar lagi vaginaku akan dikocok penis yang gede dan panjang, kira-kira ukurannya panjang 20 cm diameter 4 cm coba bayangin hebat kan. Aditya bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Tante kulum penismu itu sebentar.” Aditya menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara dia membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.
“Sekarang kau boleh kocok dan genjot vagina Tante, Adit..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Diapun mengangguk, penisnya segera dibimbing menuju lubang vagina yang kemerahan merekah siap menerima tusukan penis besar nikmat itu. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Aditya untuk masuk ke dalam dengan mulus. “Ahh.. Adit!” aku mendesah saat penis Aditya amblas dalam kemaluanku. Aditya lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Aditya seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian.
Berbagai macam posisi diperagakan oleh Aditya, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi dia belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Aditya mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Aditya memeluk dengan erat, saat itu pula air mani membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya.
Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Aditya dengan cairanku sendiri. Aditya masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Leni pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari keponakanku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.

Save Our Sex

Sebenernya gue ga mau dirawat di rumah sakit, sejak kecil gue takut yang namanya “disuntik”. Tapi sekarang itu semua mengubah pendirian gue tentang “suntik”.
= Scene One =
Sekitar jam 10 malem gue masuk rumah sakit katanya sih gue terkena sakit radang usus, sakit memang tapi kayanya lebih sakit disuntik, itu menurut gue waktu itu. Setelah menjalani penanganan akhirnya gue di bawa ke president suite (bukan hotel loh) rumah sakit yang cukup terkemuka di Bandung, kamar vvip dan vip sudah penuh waktu itu yah terpaksa harus merogoh kocek yang besar untuk itu. Masalah pelayanan juga harus didahulukan dong, termasuk pelayanan seksnya.
= Scene Two =
Seperti biasa gue pasti bangun jam 5an, entah lebih atau kurang. Gue ga pake alat medis lainnya yang mendukung hidup gue karena gue cuma radang usus ringan yang hanya memerlukan istirahat yang cukup saja. Jadi gue bebas untuk jalan jalan dikamar, paling kalo gue iseng gue keluar dari kamar manggil cleaning servicenya suruh beliin gue rokok sembunyisembunyi, ga boleh kan ngeroko sebenernya.
Hari ini hari pertama gue waktu semalem gue diperiksa, gue agak cape dan lemas sehingga gue cuma bangun bentar untuk kebelakang dan minum segelas air putih. Sekitar jam 7 gue dibangunin suster untuk mandi dengan malas malasan gue bangun dari tidur gue, sarapan dikirim setelah pasien mandi, cuci muka. Gue pikir pasti kaya pembaca 17tahun lainnya dapet suster cantik cantik, trus ngajakin ngeseks. Mungkin kalau hoki kita dapet suster cantik hehe.. nyatanya boro boro. Muda sih muda tapi ga cantik biasa aja yah gue pikir ini mah pasaran.
” Mas.. mau dimandiin atau hanya di lap?” tanyanya. Bt banget gue, ga bisa ngajakin ngeseks mendingan gue ajak si Meggy maen disini, pikirku. ”dilap saja sus, masih berat nih kepala” jawab gue asal. Dibukanya pakaian pasien yang gue kenakan, hanya sebatas perut. Tak lama kemudian dateng suster yang satu lagi untuk memeriksa suhu dan tekanan darah, wajahnya manis, yah lumayan dari pada suster sebelumnya. Gue berusaha mengoda suster itu. Suster sebelumnya pamit untuk menganti air dibaskom ke kamar mandi. ” Napa yang mandiin bukan suster aja, suster tadi kayanya cemberut terus” ” Maaf mas, bagian bukan bagian saya, dia memang suster baru disini, udah ah jangan gombal saya periksa dulu.” Sembari memeriksa gue, “Sus, sakitnya sampe kabawah nih saya agak linu..” “itu sih bukan sakit mas.. tapi (sambil mencubit perut gue) manja..” setelah menulis pada catatannya, saat yang bersamaan datang suster sebelumnya dan suster satu lagi ia mendorong makanan untuk disajikan, sementara itu suster kedua menghampiri suster yang mendorong makanan yang belakangan gue ketahui namanya Hana, dan suster pengecek bernama Silvia, suster yang ngelapin badan gue, gue ga mau tau kurang cantik sih.
Suster Hana dan suster Silvia, agak setype tidak terlalu cantik tetapi lumayan untuk di godain. Suster Hana dan suster Silvia bercakap cakap sebentar kemudian suster Silvia bergegas keluar mungkin mau mengecek pasien lainnya. Suster Hana tetap ditempat dan menunggu gue selesai.Menit berikutnya suster Hana memasangkan celemek dileher gue, ia mendekat, memasang ia memasangnya seperti memeluk gue tangannya kebelakang leherku wajahnya sedikit diatas muka gue toketnya diatas dada gue, hehe.. lumayan horny dikit, coba gue bisa smack down lebih oke lagi nih, pikir gue. ” di suapin yach.. ” nada Hana manja. “di apa apain jugaga papa. Namanya siapa sus?” “Hana..” “Saya Andy met kenal ya sus.”
= Scene Three =
Begitulah perkenalan singkat gue sama Hana dan Silvia tapi itu Cuma permulaan. Siangnya suster lainnya muncul, namanya suster Vita. Suster Vita bertugas jaga malam, perkenalan ini ga sengaja. Ciri khasnya tidak terlalu tinggi, sintal, seragam putih putihnya agak ketat maklum usianya sepantar gue, 20 taonan. Nah suster Vita ini lah yang bikin gue ketagihan “disuntik” dan “menyuntik” suster Vita.
Suster Vita datang ke ruangan gue karena awalnya gue mau manggil suster Hana gue pingin ngejailin bilang gue agak pusing en minta obat sakit kepala, eh malah si Vita yang nongol cantik, muda lagi. ” Ada apa mas.. manggil yah..” kontan saat itu juga gue berubah pikiran ” Sus badan saya kok jadi pegal gini sih, mana panas dingin lagi obat yang tadi kayanya ga cocok buat saya.” “bentar yah.. saya periksa dulu” suter Vita beranjak keruang piket. Tak lama kemudian suster “tukang mandi” datang, gantiin suster Vita. Gue bingung nah loh napa ganti?! “Mana yang pegal mas..?” “aduh kayanya saya bukan pegel mungkin cuma salah tidur aja kok,tapi panas dingin iya, minta obatnya aja deh..” gue kesel banget napa sih ini suster setiap gue lagi horny aja dia dateng ” eh sus, suster tadi kemana?” ” oh suster Vita, dia hanya maen, tugasnya sift malam kok, napa gitu mas..” “ga tadi saya cuma sekilas, mirip teman saya Indri!” gue coba bohong, tengsin kan kalo Cuma nanya ga da alesannya lagian juga napa harus nanya nanya bt mau tau urusan orang.
= Scene Four =
Meggy dateng nengok gue, bawain jeruk ama apel kesukaan gue. ” Gila ya loe katanya sakit tapi malah ngudut aja.” Begitu Meggy ngeliat gue di pohon deket jendela gue ngerokok takut ketauan dokter, gue cuek aja.” Alaa, pura pura loe demen ma si Vita paling, alesan aja sakit gue tau loe boong.” Vita, tau dari mana yah.. gue langsung pura pura ” Vita sapa.. ada juga vita..min tuh banyak dilaci vitamin a, b, c..” jawab gue ngelantur. ” Vita sodaranya Tasya-kan dia nyari pengalaman disini, mo ke s’pore kudu ada pengalaman kerjanya.” ” bodo ah vita kek, dita, cica, cicak kali, gue mo istirahat aja kan enak disini lengkap, ga da yang ribut kaya loe.” Meggy langsung ngedeketin gue en mukulin gue kemudian ”gitu ya.. ga gue cipok lagi loe baru tau rasa.”. gue langsung nyium Meggy, puntung rokok gue buang kejendela, gue remes toketnya gue buka tshirtnya keatas, sekarang Meggy dah setengah telanjang, atasnya ga pakeapa apa tapi bawahnya masih lengkap. Gue isep putingnya yang udah merah ..
Suster Hana dateng, biasa bawa makanan doi kaget gue lagi cipokan ama Meggy. ” Maaf..” mukanya merah langsung nyimpen makanan di meja deket ranjang gue. Meggy betulin t-shirtnya gue cuma senyum malu. Suster Hana langsung keluar dengan muka merah. Aneh pikirnya kok bisa bisanya orang sakit mesra mesraan. Meggy pulang karena dia ada janji pemotretan. Gue makan yang dikasih suster Hana, en jeruk bawaan Meggy. Suster Hana muncul lagi, di kelupaan bawaain gue juice jeruk. “Han.. sorry ya tadi gue eghh.. itu..sama Meggy” ”Ah .. Mas bisa aja gpp kok udah biasa. Makanya kalo lagi ciuman kunci tuh pintunya untung saya yang datang kalo dokter.. bisa dimarahin nanti” ” kalo dokternya dateng ya disuruh ikutan aja.. Hana mau ga” muka Hana merah lagi ” mau apaan.. bener kata suster Silvia gombal ih..” “Sini..” gue raih tangannya gue tarik gue kecup bibirnya, nafsu juga sih abis Meggy nya keburu pergi. “Malu ah.. Mas kok nafsu banget rindu ya sama pacarnya.”ucap suster Silvia. Via duduk dipangkuan gue dan membuka kancing atas seragamnya. “Haha ternyata pengemar 17tahun.com bener juga, ada yang kaya ginian di RS, memang sip lah bacaan 17tahun hehe..”pikir gue.
== Scene Five ==
Suster Hana, Silvia dan Suster Vita adalah suster suster yang bisa diajak smack down, kalo sakit mendingan ke rumah sakit ini aja loe bisa dapetin suster suster ini untuk ngedate. Mau tau kirim email ke gue aja tar gue sebutin nama Rsnya, ga enak disini tar gue dikritik lagi. Lumayan sama suster Silvia 10 menit berarti bagi gue, untuk ngecrot dikit lah. Nah malemnya ini yang gue mau ceritain ma kalian.
Suster Vita kan jaga malem giliran gue yang minta jatah dari Vita. Jam menunjukan kurang lebih 11.30- an gue sih blom bisa tidur gara gara tadi siang udah kebanyakan tidur. Gue ga da kerjaan cuma nonton dvd yang disediain di ruangan gue, boring filmnya action ma comedi aja ga da semi ato bokep laennya. Gue SMS ma Meggy minta dibawain Caligula film bokep romawi kuno. Gue masih bt saat itu kepikir akhirnya ngegodain suster Vita yang lagi jaga, gue pencet belnya. Ga lama kemudian suster Vita datang, dan nanyain maksud gue.
” Sus, kata temen saya suster sodaranya Tasya yach..?” ” iyah.. o jadi loe Andy temennya Tasya yah.. dikirain sapa pantesan kemaren waktu natalan gue pernah ktmu ma loe, cuma gue rada ga yakin lo tu temennya Tasya.” ” Nah kan bener loe ngapain disini sih mendingan kerja jadi dokter aja enak dapet duit gede” “ah gue cuma iseng lagian jadi dokter kan sebelumnya harus bisa en tau ngerawat pasien.” ” Nah kalo pasiennya gue gimana..” gue sama suster Vita terlibat pembicaraan yang lumayan panjang, ngalor ngidul. Sampe akhirnya, ” Ah loe sih bodo Tasya kan cantik, sexy napa bukan ma dia aja ..” “buat apa Tasya jauh jauh di S’pore kalo ada sodaranya dpan mata gue.” “deh.. yang ngerayu. Oh ya tadi kata si Via loe cipokan ya ama dia. Dia tadi cerita ma gue dikantor. Loe masih ada Meggy terus ngelayap aja.” “Biarin aja lagiangue ga tahan kalo ngeliat yang bikin horny.” Jawab gue sambil ngeledek ”Ta, gue horny berat ma loe, gue minta tolong ngocokin gue deh linu nih..” ” ah loe bisa aja tar gue dicurigain lagi ama yang laen. Mana suster yang jaga hari ini cuma limaan lagi si Hana, Irene, Vicky, ama suster Bunga.” Gue buka kontol gue, maklum pakaian pasien mirip celmek, longgar, gampang dibuka.
Vita cuma senyum senyum aja ngeliat kontol gue, dipegangnya langsung dikocoknya perlahan dengan jarinya yang lentik. Gue megangin toketnya, gue ga tahan gue buka pakaian gue en bugil didepannya. Dia ngelepasin seragamnya, naek diatas gue. Bibir Vita ngelumat bibir gue lidah gue beradu ma lidahnya, gue meluk dia, suster Vita membetulkan posisinya dan masukin kontol gue kedalm memeknya. Posisi kita, gue dibawah Vita diatas diduduk diatas kontol gue. Gue goyangin pantat gue, rada susah jadi dia mutusin lebih berperan dalam permainan ini.
Mirip adegan di VCD itenas gue cuma nikmatin aja. Tiba tiba suster Vicky dan suster Hana datang biasa ngecek lagi kalo jam malem. Vita dan gue kaget beneran, sumpah gak nyangka ada yang masuk. Tapi keadaan udah terlanjur gue sama suster Vita bugil dihadapan merka berdua. ”Kunciin pintunya Vic, lo boleh ikutan kok.” ” Ndy loe muna deh tadi siang loe ma gue cipokan sekarang ma Vita, sebel.” ” oh ini yang namanya Andy yang loe ceritain tadi. Keren juga Vit, loe curang ga bagi bagi” “haha.. ini temennya sodara gue jadi gue lebih berhak dong udah kenal duluan” kata suster Vita. Gue masih bengong agak kaget ni suster pada maniak juga. ”aduh.. pasiennya dikerubutin ma suster suster cantik. Yang laennya mana nih” Vita kemudian menekan bel, suster lainnya datang kali ini kini mereka berlima dengan Vita, gue kaget ternyata si suster tukang mandiin gue tadi pagi muncul juga, namanya suster Bunga, ia nampak kaget kali ini, kamar mereka kunci mereka semua menanggalkan seragam mereka Irenedan suster Vicky saling berpagutan mereka layaknya seorang lesbi bergulingan di sofa sebelah kanan ranjang gue.
Vita masih tetap dalam posisi duduk diatas kontol gue, Hana dan Bunga mendekat, suster Bunga tersenyum melihat gue sejujurnya gue ga nafsu sama suster yang satu ini mendingan suster Irene dan suster Vicky walaupun mereka agak gendut dengan proporsi layaknya Mona ratuliu. Gue lebih nafsu mereka, Hana berjongkok diatas muka gue, gue isep memeknya yang basah dan klitnya yang sudah membesar. Mereka berdua saling berciuman sementara suster Bunga sedang melakukan masturbasi di samping. Cukup lama permainan mereka semua hingga tak terasa 1 jam berlalu gue masih enggan melayani suster Bunga, gak ada minat sedikit pun!

Pengalaman bercinta dengan tante meyin

Nama saya jhony atau biasa dipanggil jon tinggi badan 180 cm usiaku saat itu 18 thn dengan kulit putih bersih, maklum saya keturunan cina. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga menengah, dimana saya sebagai anak bungsu dan saya mempunyai seorang tante yaitu istri dari paman saya. nama tante rina atau biasa saya panggil dengan tante mey(mey in fang) umurnya sekitar 37 tahun tetapi memiliki body yang sangat bagus sintal padat berisi, putih mulus dengan bibir yang sexy, yang paling aku suka pantatnya yang bulat dan padat dengan payudara 36a yang meski agak turun dikit tetapi bodynya masih aduhai, maklum dia aktif di sebuah sanggar aerobic sebagai instruktur.
Pada saat suatu siang kebetulan rumah sedang kosong karena ortu saya memilki usaha di sebuah tempat perniagaan di kota Surabaya. tante mey sering sekali maen kerumah saya karena kebetulan rumahnya sebelah dari rumah saya, biasa dia minta bumbu masak atau hanya sekedar ngobrol2 dengan mama dan pada saat itu dia datang kerumah dengan memakai t-shir u can see dan celana pendek motif kembang2, yang kebetulan lagi kosong karena kita tidak memiliki pembantu saat itu. tante mey datang dengan membawa sebuah dvd yang ternyata itu adalah sebuah dvd game milik anaknya yang masih berusia 9 thn dan mungkin karena permainannya terlalau sulit dan menggunakan bahasa jepang maka dia berniat untuk bertanya kepada saya bagaimana memainkan game tsb, dan saya mulai memasukkan dvd tsb kedalam ps saya dan yang terpampang hanyalah tulisan2 jepang yang tidak saya mengerti lalu saya usut-punya usut ternyata dia beli dari tc sebuah tempat grosir dvd game illegal di sby (sejak uu ttg HAKI semua pedangan jualan secara illegal) dan sesaat aku hanya mencoba2 dengan memencet tombol2 yang ada di stick dan mengacak menu2 yang ada dan akhirnya muncul sebuah permainan seperti suit batu, kertas, gunting dan aku coba2.
D dan selanjutnya yang membuat terkejut kita berdua muncullah sesosok wanita jepang yang sedang bugil sambil bermain dengan payudaranya dan sekitar 2 mnt, dan saya lanjutkan dengan menu2 berikutnya. Dan tante mey mulai memperhatikan celana saya yang menonjol lalu dia bertanya “kamu konak ya???” “Ahh nggak kok, biasa ajaâ?¦”. Lalu secara reflek tante mey menyentuh nya “lhooâ?¦.. iya gini kok!” Lalu saya mencoba untuk menipis tangannya tetapi malah menekannya, mungkin karena gugup.
Lalu untuk menutupi rasa malu saya balik bertanya “tante juga kan???” Dia menjawab “kalau aku bukan karena clips tadi, tapi karena sentuh kontol kamu” “Lho emangnya tante nggak pernah dapet dari om Tony?” “Udah lama nggak karena tante selalu tidur jadi satu ama anak2”Trus waktu itu tv saya matikan, lalu kita ngobrol2 disofa ruang tamu. Entah dari mana akhirnya sampai aku Tanya “tante mey, kalau cewek terangsang itu tandanya gimana??” (sebenarnya aku udah mengetahuinya)sambil memegang payudaranya yang sintal itu, dia menjawab “disini lo” sambil agak diangkat sedikit.
Secara reflek aku langsung memegang dan meremas payudaranya dan dia kaget dan marah bercampur malu segera aku melepas tanganku “maaf deh tante” “ohh nggak apa-apa kok namanya juga laki-laki normal, emang kamu belum pernah gituan ama cewek?” “belum tante, paling-paling cium pipi aja karena mantan aku semua alim-2” sambil berdiri dia bertanya “kamu mau coba?”
Aku tidak bisa menjawab dan langsung tangan tante menggandeng aku untuk menuju kamar aku sendiri. “kunci semua pintu dulu yaâ” Lalu aku bergegas mengunci semua pintu dan mulailah adegan yang tak terpikirkan olehku terjadi. tante mey Sambil terus tertawa kecil tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, “Nggak apa apa jon.”. Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisik, “Ehh, jangan malu, kamu senang ya sini tante ajariin kamu untuk jadi dewasa”.
Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali dan matanya yang agak sayu membuat hatiku berbunga bunga. Kontolku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku. Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante mey memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.
Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Mey di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante mey yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante mey semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kekarku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.
Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Mey yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante padat besar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan t-shit ucan see yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan t-shirt Tante mey sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas kontolku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante mey hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya. ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante mey ini. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante mey yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante mey hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Mey, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang putih dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam t-shirt ucan see tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok kontolku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan.
Dari luar dadanya yang bert-shirt mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante mey ini. Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante mey mengangkat tshirt dan bh krem berenda sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante mey berbisik, ” jon, isep pentilnya pelan-pelan ya”.
Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Mey mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante mey dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa kontolku yang kaku itu menghunjam di tubuh putih mulus ala amoy tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Mey, yang jelas aku sangat menikmatinya, kontolku yang menggeser-geser diperut Tante Mey terasa sangat mengasikkan. Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante mey juga melepaskan celana dalamnya.
Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. ”Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan tante ya, nanti punya kamu juga tante ciumi”. Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Mey dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante mey itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan dalam film bf Namun selangkangan wanita secara nyata yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Mey ini!perlahan kedekati dan mulai membelah bibir memeknya dan bulu2 yang agak lebat dan mulai lidahku menari-nari disana dalam posisi 69 tiba-tiba aku merasakan sesuatu “Tante sudah dulu yah aku mau keluar nih” kataku. “Sudah, keluarnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante mey
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante mey karena Tante mey tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya. “Hhgg..achh.. Tante aku mau keluar nih bener ” kataku sambil melumat vagina Tante mey yang kurasakan berdenyut-denyut. Tante meypun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras. “Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante mey, Tante meypun langsung menyedot dengan keras sambil menelan maniku namun karena saking gelinya aku tak tahan lagi secara paksa aku tarik kontolku ternyata udah bersih dan mengkilat dan sehabis minum dan mengambil tisu tante mey menghampiri aku yang masih lemas jon pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya.
Akupun mulai memegang vagina Tante mey dengan tangan yang agak gemetar, Tante mey hanya ketawa kecil. “jon, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante mey.Dia mulai memegang penisku lagi, “jon Tante mau itu nih”. “Mau apa Tante?” “Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante mey. “Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?” “Tapi jhony enggak bisa Tante caranya” “Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante mey padaku.
Tante mey pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Mey menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu. “Kamu tahu enggak mandi kucing jon” kata Tante mey.
Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante mey pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku Kulihat payudara Tante mey mengeras, Tante mey menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante mey Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante mey , langsung Tante mey kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante mey seperti menjilati es krim.
“Achh.. uhh.. hhghh.. acch jon enak banget terus jon, yang itu isep jilatin jon” kata Tante mey sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya. Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante mey tanpa sengaja tertelan olehku. “jon masukin donk Tante enggak tahan nih” “Tante gimana caranya?”
Tante mey pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante mey naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur dan sempat beberapa kali ujung penisku menyentuh dinding rahim tante mey Setengah jam kami bergumul dan Tante mey pun mengejang hebat. “jon Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante mey
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante mey. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante mey mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante mey sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante mey tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya. “jon nanti kalau mau keluar kaya tadi langsung aja keluariin dalem, tadikan dimulut udah, tante udah steril kok (kb permanent dengan menutup rahim) ya” pinta Tante mey padaku.
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante mey langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi. “Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi. “Tante johny kayanya mau keluar niih” dan akhirnya muncratlah pejuhku di liang kewanitaan tante meyinsesaat setelah kicabut penisku meleleh sisa pejuhku dari vagina tante mey dan dengan bergegas dia masuk toilet membasuh memeknya dan memakai baju sambil menciumku dan pulang dan dvd tsb udah aku buang karena takut ketahuan ortu aku sampai saat ini hub kami masih berlanjut dan makin hot demikianlah cerita nyata yang telah saya alami

Senin, 28 April 2008

Nenen dooong tante .. hmmmmmmmmmmm

Kebetulan aku kost di salah satu kenalan Oom aku di sana yang bernama Tante Linda. Wuih, dia itu orangnya baik benar kepadaku. Kebetulan dia seorang istri simpanan bule yang kaya raya tapi sudah tua. Jadilah aku kost di rumahnya yang memang agak sepi, maklumlah di sana jarang memakai pembantu sih. Tante Linda ini orangnya menurutku sih seksi sekali. Buah dadanya besar bulat seperti semangka dengan ukuran 36C. Sedangkan tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati. Sedangkan perutnya rata soalnya dia belum punya anak, yah maklumlah suaminya sudah tua, jadi mungkin sudah loyo. Umurnya sekitar 33 tahun tapi kulitnya masih mulus dan putih bersih. Hal ini yang membuatku betah berlama-lama di rumah kalau lagi nggak ada urusan penting, aku malas keluar rumah. Lagian aku juga bingung mau keluar rumah tapi nggak tahu jalan.
Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan Tante Linda yang seksi ini. Ternyata dia itu orangnnya supel benar nggak canggung cerita-cerita denganku yang jauh lebih muda. Dari cerita Tante Linda bisa aku tebak dia itu orangnya kesepian banget soalnya suaminya jarang pulang, maklum orang sibuk. Makanya aku berupaya menjadi teman dekatnya untuk sementara suaminya lagi pergi. Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan Tante Linda semakin kuat saja, lagi pula si Tante juga memberi lampu hijau kepadaku. Terbukti dia sering memancing-mancing gairahku dengan tubuhnya yang seksi itu. Kadang-kadang kupergok Tante Linda lagi pas sudah mandi, dia hanya memakai lilitan handuk saja, wah melihat yang begitu jantungku deg-degan rasanya, kepingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang- kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Malah waktu itu aku sempat mengintip dia lagi mandi sambil masturbasi. Wah pokoknya dia tahu benar cara mancing gairahku.
Sampai pada hari itu tepatnya hari Jumat malam, waktu itu turun hujan gerimis, jadi aku malas keluar rumah, aku di kamar lagi main internet, melihat gambar-gambar porno dari situs internet, terus tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar perempuan bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali sekitar 15 cm, habis aku sudah terangsang banget sih. Tanpa kusadari tahu-tahu Tante Linda masuk menyelonong saja tanpa mengetuk pintu, saking kagetnya aku nggak sempat menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Linda sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang, langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.
“Hayyoo lagi ngapain kamu De?” “Aah, nggak Tante lagi main komputer”, jawabku sekenanya. Tapi Tante Linda sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku. “Ada apa sih Tante?” tanyaku. “Aah nggak, Tante cuma pengen ajak kamu temenin Tante nonton di ruang depan.” “Ohh ya sudah, nanti saya nyusul yah Tan”, jawabku. “Tapi jangan lama-lama yah”, kata Tante Linda lagi. Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak keluar kamar tidur dan menemani Tante Linda nonton film semi porno yang banyak mengumbar adegan-adegan syuurr.
Melihat film itu langsung saja aku jadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi nggak karuan. Malah malam itu Tante Linda memakai baju yang seksi sekali, dia memakai baju yang ketat dan gilanya dia nggak pakai bra, soalnya aku bisa lihat puting susunya yang agak muncung ke depan. Karuan saja, gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi yah apa boleh buat aku nggak bisa apa-apa. Sedangkan batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku mencoba bergerak-gerak sedikit guna membetulkan letaknya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu Tante Linda langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku.
“Lagi ngapain sih kamu De?” “Ah nggak Tante..” Sementara itu Tante Linda mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat dalam sofa panjang itu. “Kamu terangsang yah De, lihat film ini?” “Ah nggak Tante biasa aja”, jawabku mencoba mengendalikan diri. Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya yang keras. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante Linda pun rupanya juga sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu.
“Menurut kamu Tante seksi nggak De?” tanyanya. “Wah seksi sekali Tante”, kataku. “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan buah dadanya sehingga terlihat semakin membesar. “Wah seksi Tante dong, abis Tante bodynya bagus sih.” kataku.“Ah masa sih?” tanyanya. “Iya bener Tante, sumpah..” kataku.
Jarak duduk kita semakin rapat karena Tante Linda terus mendekatkan dirinya padaku, lalu dia bertanya lagi kepadaku, “Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama Tante?” “Mmaauu Tante..” Ah seperti dapat durian runtuh kesempatan ini tidak aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada Tante Linda. “Wahh barang kamu gede juga ya De..” katanya. “Ah Tante bisa aja deh.. Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. sampe saya gemes deh ngeliatnya..” kataku. “Ah nakal kamu yah De”, jawab Tante Linda sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku, lalu aku mencoba untuk tenang sambil memegang tangannya. “Waah jangan dipegangin terus Tante, nanti bisa tambah gede loh”, kataku. “Ah yang bener nih?” tanyanya. “Iya Tante.. ehh, eehh saya boleh pegang itu Tante nggak?” kataku. “Pegang apa?” tanyanya. “Pegang itu tuh..” kataku sambil menunujukkan ke arah buah dada Tante yang besar itu. “Ah boleh aja kalo kamu mau.”
Wah kesempatan besar nih, tapi aku agak sedikit takut pegang buah dadanya, takut dia marah tapi tangan si Tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus buah dadanya. “Ahh.. arghh enak De.. kamu nakal yah”, kata Tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku. “Loh kok dilepas sih De?” “Ah, takut Tante marah”, kataku. “Ooohh nggak sayang.. kemari deh.”
Tanganku digenggam Tante Linda, kemudian diletakkan kembali di buah dadanya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas buah dadanya. “Aaarrhh.. sshh”, rintihan Tante semakin membuatku penasaran, lalu aku pun mencoba mencium Tante Linda, sungguh diluar dugaanku, Tante Linda menyambut ciumanku dengan beringas, kami pun lalu berciuman dengan mesra sekali sambil tanganku bergerilya di buah dadanya yang sekal sekali itu. “Ahh kamu memang hebat De.. terusin sayang.. malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama Tante yah.. ahh.. arhh.” “Tante, saya boleh buka baju Tante nggak?” tanyaku. “Oohh silakan sayang”, lalu dengan cepat kubuka bajunya sehingga buah dadanya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat buah dadanya yang memang aku kagumi itu. “Aahh.. arghh..” lagi-lagi Tante mengerang-erang keenakan. “Teruss.. teruss sayang.. ahh enak sekali..” lama aku menjilati buah dada Tante Linda, hal ini berlangsung sekitar 10 menitan sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya.
Lalu sekilas kulihat tangan Tante Linda sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kupeloroti. “Aahh buka saja sayang.. jangan malu-malu.. ahh..” nafas Tante Linda terengah-engah menahan nafsu, seperti kesetanan aku langsung membuka celananya dan kuciumi CD-nya. Waah, dia langsung saja menggelinjang keenakan, lalu kupelorotkan celana dalamnya sehingga sekarang Tante Linda sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu yang ditata rapi sehingga kelihatan seperti lembah yang penuh dengan rambut. Lalu dengan pelan-pelan kumasukan jari tengahku untuk menerobos lubang kemaluannya yang sudah basah itu. “Aahrrh.. sshh.. enak De.. enak sekali”, jeritnya. Lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin mengkilap itu, lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluan Tante dengan lidahku turun naik sepeti mengecat saja. Tante Linda semakin kelabakan, dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil memeras buah dadanya sendiri. “Aahh.. sshh come on baby.. give me more, give me more.. ohh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan dengan jari tanganku kucoblos lubang kemaluannya yang semakin lama semakin basah.
Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya dia mau orgasme. Lalu kupercepat tusukan-tusukan jariku sehingga dia merasa keenakan sekali lalu seketika dia menjerit, “Oohh aahh.. Tante sudah keluar sayang.. ahh”, sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan untuk mencari lidahku yang masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali, lalu dia menarik tubuhku ke atas sofa. “Wah ternyata kamu memang hebat sekali, Tante sudah lama tidak sepuas ini loh..” sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya berlepotan ke bibir Tante Linda. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh Tante Linda dan aku pun masih memilin-milin puting Tante yang sudah semakin keras itu. “Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran Tante sayang.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh Tante ini.
Tangan Tante Linda segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit, tapi kudiamkan saja habis enak juga diremas-remas oleh tangan Tante Linda. Lalu aku juga nggak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Terus terang aku paling suka dengan buah dada Tante Linda karena bentuknya yang indah sekali, juga besar berisi alias montok. “Aahh.. shh,”, rupanya Tante Linda mulai terangsang kembali ketika tanganku mulai meremas-remas buah dadanya dengan sesekali kujilati dengan lidah pentilnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan kuemut-emut terus puting susunya sehingga Tante Linda menjadi semakin blingsatan. “Ahh kamu suka sekali sama dada Tante yah De?” “Iya Tante, abis tetek Tante bentuknya sangat merangsang sih, terus besar tapi masih tetep kencang..” “Aahh kamu emang pandai muji orang De..”
Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu Tante Linda mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai pada akhirnya Tante Linda jongkok di bawah sofa dengan kepala mendekati batang kemaluanku. “Wahh batang kemaluanmu besar sekali De.. nggak disangka kamu nggak kalah besarnya sama punya orang bule”, Tante Linda memuji-muji batang kemaluanku.
Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Uaah, tak kuasa aku menahan erangan merasakan nikmatnya service yang diberikan Tante Linda malam itu. Lalu dia mulai membuka mulutnya lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya. Aku pun nggak mau kalah, sambil mengelus-elus rambutnya sesekali kuremas dengan kencang buah dadanya yang montok sehingga Tante Linda bergelinjang menahan kenikmatan. Selang beberapa menit setelah Tante melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Linda kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas karpet. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku. “Ahh De ayolah masukin batang kemaluan kamu ke Tante yah.. Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek Tante disodok-sodok sama batangan kamu yang besar itu.” “Iiiya Tante”, kataku.
Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluan Tante Linda tapi aku nggak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan ke bibir kemaluan Tante Linda sehingga Tante Linda lagi-lagi menjerit keenakan, “Aahh.. yes.. yes.. oh good.. ayolah sayang jangan tanggung-tanggung masukinnya..” lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluan Tante Linda ini sehingga agak susah memasukkan batang kemaluanku yang sudah besar sekali itu. “Aahh.. shh.. aoh.. oohh pelan-pelan sayang.. terus-terus.. ahh”, aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Tante Linda sehingga Tante Linda merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya.
Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Linda juga ikut-ikutan bergoyang-goyang. “Aahh argghh.. rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat Tante Linda menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. “Uuaahh..” sementara itu aku terus menjilati puting susu Tante Linda dan menjilati lehernya yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Linda mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi. “Ooohh shh sayang.. enak sekali oohh yess.. oohh good.. ooh yes..” mendenganr rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini, “Aahh.. cepat sayang Tante mau keluar ahh”, tubuh Tante Linda kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik rupayanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang lagi merojok-rojok lubang kemaluan Tante Linda. “Aahh.. shhss.. yess”, lalu tubuhnya kembali agak tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Wahh kamu memang bener-bener hebat De.. Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar.” “Iiya Tante.. bentar lagi juga Ade keluar nih..” sambil terus aku menyodok-sodok lubang kemaluan Tante Linda yang sempit dan berdenyut-denyut itu. “Ahh enak sekali Tante.. ahh..” “Terusin sayang.. terus.. ahh.. shh”, erangan Tante Linda membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya. “Aauwh pelan-pelan sayang ahh.. yes.. ahh good.” “Aduh Tante, bentar lagi keluar nih..” kataku. “Aahh Ade sayang.. keluarin di dalam aja yah sayang.. ahh.. Tante mau ngerasin.. ahh.. shh mau rasain siraman hangat peju kamu sayang..” “Iiiyyaa.. Tante..” lalu aku mengangkat kaki kanan Tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku yang sedang keluar masuk lobang kemaluannya.
“Aahh.. ohh ahh.. sshh.. Tante Ade mau keluar nih.. ahh”, lalu aku memeluk Tante Linda sambil meremas-meremas buah dadanya. Sementara itu, Tante Linda memelukku kuat-kuat sambil mengoyang-goyangkan pantatnya. “Ah Tante juga mau keluar lagi ahh.. shh..” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. “Seerr.. serr.. crot.. crot..” “Aahh enak sekali Tante.. ahh harder.. harder.. ahh Tante..” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante Linda untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante Linda membelai-belai rambutku. “Ah kamu ternyata seorang jagoan De..” Setelah itu ia mencabut batang kemaluanku yang masih agak tegang dari lubang kemaluannya kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap Tante Linda.
Setelah kejadian ini kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno yang banyak beredar di sana.

Mbak lia Tetangga kostku

Kadang aku sering senyum sendiri kalo inget cerita ini. Kisah ini terjadi semasa aku masih kuliah,bermula saat aku menginjak pertengahan smester 3. Sebut saja aku Edo, Aku cowok biasa aja aku ngrasa gak ada yang istimewa dari aku,bahkan mungkin sebagai cowok cenderung agak telat soal bercinta.buktinya hingga saat itu aku belom mempunyai cewek,sedangkan temen-temen kostku semua dah pada dapat gandengan sejak semester awal.
Hari itu minggu pagi,seperti biasa aku duduk di teras depan sambil baca koran ditemani secangkir kopi dan A-mild yang tinggal beberapa batang.tiba-tiba berhenti sebuah mobil pick-up di depan rumah kostku,rupanya ada yang mau menghuni rumah depanku yang sudah beberapa bulan kosong. kulihat sejenak ada seorang laki-laki berumur 35an turun diikuti seorang perempuan, belakangan kuketahui namanya mas Bram dan istrinya mbak Lia. Sesaat ku amati mereka menurunkan barang-barang timbul rasa kasianku,karena yang bantuin cuma ada satu orang kuli dan sopir.Timbul niatku untuk berkenalan dan membantu mereka.
Sejak saat itu aku sering main kerumah mereka.aku juga makin akrab dengan mas Bram. Lama kelamaan aku jadi menganggap mas bram dan mak Lia seperti kakaku sendiri,mas Bram kadang juga mengajakku terlibat dalam bisnisnya,dia adalah disributor spare part yang baru mengembangkan bisnisnya di kota ini,sedangkan kantornya masih di surabaya,sehingga dia masih mesti sering ke surabaya hingga beberapa hari.
Suatu hari,minggu pagi seperti biasa aku duduk-duduk diteras depan baca jawa post sambil ngisep A mild.Tiba-tiba dari luar pintu pagar terdengar suara mbak lia menyapa” Lagi nyantai dik?”.” Eh,iya mbak”jawabku sambil nglipet koran.”bisa bantuin aku gak?”"ngapain mbak?” “Betulin kran,dah aku beliin tadi tapi gak bisa masangnya,mas Bram lagi kesurabaya” tambahnya. “Ayuk” kataku sambil erus nylonong.
sekitar 15 menit aku selesai memasang kran,mbak lia dah nyiapin secangkir kopi.”makasih lo dik” katanya.”Emm kalo mau nonton film nonton aja tuh, kemaren mas bram beli VCD baru, mbak mau bikin pisang goreng” katanya lagi. “Wah boleh lah” kataku. aku mulai buka buka tumpukan VCD dari raknya. tiba2 kuliat ada seuah VCD bokep,ah cobain lah,tapi volumenya sengaja aku kecilin biar mbak lia gak denger pikirku. akupun mulai terlarut dengan film itu,adeganya mulai bikin kontolku mengeras. mataku tak berkedip sekalipun,tiba-tiba mbak lia mengagetkanku dari belakang,”Suka film Itu ya dik?” “Eh mbmbak..” mukaku jadi merah karena malu campur kaget,buru buru ku ambil remote, tapi mbak lia segera menimpali, ”Gak apa-apa, lanjutin aja” Mbak juga pengin nonton kok” katanya,akupun gak bisa berbuat apa-apa.
akhirnya kami nonton berdua,tak ada sepatah katapun keluar dari mulutku walaupun mbak lia duduk satu sofa denganku,tak terasa kontolku mulai menegang lagi dan semakin tak tertahankan, bikin aku makin gelisah. Diam-diam mbak lia melirik ke arahku, aku pura-pura terus liat film itu.Tapi sesekali aku lirik dia juga nampak gelisah,dadaku makin berdegup tak karuan.
“Dik Edo dah pernah?” tiba-tiba suara mbak Lia memecahkan suasana. ”Emm..”sebelum aku menjawab tiba-tiba mbak lia menggapai tanganku, sambil berkata ”Dik aku horny..” di bawanya tanganku ke arah payudaranya yang besar dan montok itu. akupun tak bisa berbuat apa-apa,semenara batang kontolku semakin keras saja. lalu dia mulai menciumku, nafasnya terasa tersengal-sengal. akupun jadi makin bernafsu, akhirnya ku kulum juga bibirnya yang sensual mirip bibirnya sarah ashari itu, ooohh nikmat sekali bibir mbak lia. tangankupun mulai lihai, kubuka branya dan kuremas-remas payudaranya yang montok dan kenyal itu. ciumankupun kulanjutkan kelehernya yang jenjang dan mulus bak porselin,terus turun hingga ke punting,,wooow…rasanya tak dapat kulukiskan dengan kata-kata lagi.
mbak liapun jadi tambah belingsatan, oh…dik….teru…s,….ough…yah., dan tangannya mulai turun menjamah batang kontolku yang sudah sangat tegang, dibukanya reslitingku, dan segera tugu pancoranku keluar menghadap langit-langit dengan gagahnya,”oh dik …besar banget punyamu,” katanya, sambil serta merta menundukkan kepalanya…di emutnya kontolku mulai dari ujung, “,ogh,,,…mmbba,,,k,..ennna,,,kk,” diapun terus mengocok kontolku kedalam rongga mulutnya “ooohh..uhgg,” akupun makin tak tahan, terasa ada sesuatu yang mau mengalir deras dari saluran kencingku, tapi berusaha aku tahan. “mmb,,,ak..aku gak taha.n,,”
buru-buru dia sudahi kocokannya, dan dia mulai lucuti semua pakaianya yang tersisa. akupun tak tinggal diam. segera ku buka T shirt dan jeans ku,hingga kami sama sama telanjang bulat. aku masih dalam posisi duduk menghadap TV, lalu mbak lia ambil posisi duduk di atas pangkuanku membelakangiku, sementara batang kontolku yang sudah sangat keras dan mengkilat karena ludah mbak lia sudah tak sabar menunggu. di pegangnya kontolku lalu di bimbingnya masuk ke liang veginanya… ogh,,,rasanya,, benar-benar niknmat di jepit vagina mbak lia yang lembut dan masih rapat itu, “ugh….” tanganku yang satu masih meremas-remas payudaranya sementara tangan yang lain meraba-raba ke daerah klitorisnya “,,,ohh…ughh…” diapun mulai melakukukan gerakan naik turun “,,ooooohh…mba,,,k enakkk bange..t…” “iyaa..h dikk… mbak …jjjuugaa.ouu..”
sesekali dia memekik. “mmmbak…aku dah gak tahhan…” kataku... lalu dia berdiri sehingga kontolku lepas dari vaginanya, dia ambil posisi tidur di sofa sambil membuka selangkangnya.. sekarang nampak jelas olehku vagina yang indah kemerahan dan sudah sangat basah, diatasnya ditumbuhi bulu-bulu hitam yang halus, segera kuhampiri apa yang ada di hadapanku, kujilati bibir-bibirnya ooohh..enak banget…dan wanginya khas ..tak seperti yang kubanyangkan sebelumnya. diapun semakin belingsatan sambil tangannya meremas-remas apa yang ada, “ooh dik,,,enak bange,,.dikk aku juga sudah,,gak taha,,,n,,” keringatnya semakin deras membasahi sekujur tubuhnya, “masukinnn aja ..sekara,,ng..ouuugh…,” segera aku ambil posisi di atasnya, lalu kakinya kuangkat ke pundakku, dan pelan-pelan kumasukkan kontolku ke lobang memeknya
“….oohh..yeaah,..” benar-benar sensasi luar biasa yang belom pernah aku rasakan seumur hidup, lalu segera aku kocokkan kontolku hingga amblas sampai ke pangkal, dan kocokanku semakin cepat,,, membuat aliran darah yang mengalir ketubuhku pun semakin deras, keringat pun mengucur membasahi tubuh kami berdua, “,oooohhh,, uuugh,,,, ooogh… yyyea… yeaaahh.,, ayo,,,, dikkk,,, terusss…….ohhhg”. “aku dah mau klu,,ar mbakk,,,” “,.iiiiiyyyaahh… iyyyaah.. aku juga.. dddiik.. oooogh….yeah…,” dan kurasakan ada aliran deras yang sudah tak kuat lagi aku bendung hingga ke ujung kontolku…,lalu segera kubenamkan dalam-dalam kontolku kedalam vagina mbak lia, terasa badanku gemetar sampai ke ubun ubun, seiring menyemburnya semua isi yang membara dalam birahiku “….ooouuh”, bersamaan dengan itu kurasakan juga kaki-kaki mbak lia juga gemetar dan menjepit erat ke pinggangku sambil tanganya menjambak rambutku “…ooooghh…dikkk,,en…aaaaak,,, kamu….hebbaatt” katanya sambil sekali lagi mencium bibirku. Kamipun terkulai lemas sementara kontolku masih ku biarkan menikmati hangatnya liang vaginanya yang sudah sangat becek oleh spermaku dan cairan vaginanya..

Leasing

Siang itu Debi (24) tengah kedatangan seorang pria yang setiap sebulan sekali selalu menjumpainya, pria itu adalah Abas (27). Kedatangannnya tidak lain untuk menagih angsuran untuk bulan ini atas motor yang telah diambilnya dari perusahaan leasing tempat dimana ia berkerja. Debi sendiri tidak bisa memenuhi pembayaran, karena suaminya saat itu sedang bekerja dan menyuruh abas agar datang lagi besoknya. “baiklah, tapi besok ya mbak, soalnya tempo pembayarannya sudah lewat” “iya mas saya sudah tau”
keesokan harinya abas pun kembali lagi ke rumah ibu muda itu untuk memenuhi permintaannya yang kemaren. “aduh mas, baru aja suamiku pergi” Mendengar ucapan itu, abas merasa jengkel seperti telah dipermainkannya, meski ini adalah bagian dari resiko bekerja sebagai kolektor. “sebentar ya mas” ujarnya sambil pergi ke belakang, “silahkan” jawabnya. Kemudian debi kembali menghampirinya ambil menyodorkan segelas air kepada abas. “ini mas, airnya di minum dulu” “ya makasih mbak”
namun abas merasakan ada sesuatu yang aneh pada diri debi, sebelum pergi ke belakang ia tidak berpakaian seperti ini, kini ia tengah memakai daster warna putih yang transparan, sehingga warna bra dan cd nya dapat dilihatnya. Jelas hal ini membuat abas merasa dibingungkan, ia tidak mengertikan kenapa debi tiba-tiba berganti pakaian seperti itu, bathinnya. Kemudian debi mendekati abas yang masih terlihat sedikit kebingungan itu, di singkapkannya daster sedikit ke atas sehingga paha putihnya yang padat itu dilihatnya oleh abas, kebingungannya makin bertambah melihat tingkah debi yang semakin aneh-aneh saja. Jantungnya berdebar-debar ketika debi meraih tangan abas dan meletakannya di atas pahanya.
“udah ah mbak, lepaskan saya” katanya sambil melepaskan tangannya itu dari pahanya devi. Namun devi kembali menariknya kembali dan kali ini diletakannya di payudaranya. sambil tersenyum nakal debi memandangi wajah abas yang keliatan pucat dan sesekali terlihat abas menelan ludahnya sendiri. Melihat abas sudah mulai terangsang, kemudian debi menariknya dan membimbingnya menuju kamar. Di sana debi mulai melucuti celana dan bajunya abas dan merendahkan badannya dihadapan abas yang posisinya masih berdiri, diraihnya kontol abas dan dikocok-kocoknya sebentar lalu dikulumnya dengan penuh semangat. Abas yang sudah terlanjurpun menikmati permainan lidah dan mulut debi yang tengah memainkan kontolnya itu. “akhh” erang abas.
Kini giliran debi yang melepaskan daster serta cd dan branya sendiri, kemudian menyuruh abas untuk menjilati memeknya. dengan posisi terbaring dan kedua paha dilebarkan, abas mulai menjilati memek debi yang penuh dengan jembut itu serta sesekali menusuk-nusukan ketiga jarinya sekaligus ke lobang vaginanya. “akkhhhh.. enak mas, terusin dong, tapi pelan-pelan dulu ya mas, masih sakit nih belum becek memeknya” setelah mendengar perintahnya, abas kembali melanjutkan menusuk-nusukan dengan ketiga jarinya serta menjilati memek debi, kali ini memeknya sudak terasa becek sehingga ia melakukan tusukannya dengan sedikit agak cepat. “akhhhhh” rintih debi agak keras dari suara sebelumnya. “ahhh cukup mas cukup!”
abaspun mengentikannya, kali ini bibirnya memburu kebagian atas lagi yaitu gunung kembar milik debi, disedotnya kedua putingnya secara bergantian dan terkadang diplintir-plintirnya sehingga debi merasakan geli, tubuhnya agak sedikit menggelinjang. Kemudian debi bangkit berdiri dan mendorong abas sehingga posisinya terbaring sedang debi sendiri menindih dari atas dengan kedua lutut menahan ke kasur, memeknya memburu kontol abas dan mulai memasukannya serta digoyang-goyangkannya pantatnya ke depan dan kebelakang dengan kedua tangan diletakan di samping abas. Abas sendiri tidak mau kalah oleh debi, iapun segera meremas-remas susunya yang hampir mengenai perutnya itu. setelah merasa cukup dengan posisi seperti itu kemudian abas yang sudah tidak canggung, menyuruh debi untuk menungging, dari belakang abas mulai memasukan kontolnya dan menggerakannya menusuk-nusuk memek debi. Makin lama genjotannya makin cepat saja sehingga debi tak kuasa menahan sakit namun nikmat itu “akhhh.. akhhh…” “akhh, mbak saya mau keluar nih, gimana nih?” “keluarinnya di dalam aja mas!” “bener nih, kalo hamil gimana?” “ga apa-apa, suami saya ga bakal curiga koq, dia juga sering pake saya”
Akhirnya abas mengeluarkan cairannya di dalam memeknya debi. “nah sekarang tagihan untuk bulan ini sudah saya bayar kan” ucapnya sambil tersenyum manja. “iya deh, tapi untuk bulan depan gimana?, mau pake uang atau” tidak melanjutkan karena bibirnya ditahan jarinya debi. “sssstt, mas meski bulan depan atau selanjutnya saya bayar mas dengan uang, tapi mas mau kan nemenin saya lagi” “tenang aja mbak, saya pasti mau, saya juga mau bantu, kalo mbak tidak punya uang ntar biar saya yang bayarinnya”
tanpa diketahui oleh suaminya debi, mereka berdua melakukannya tidak hanya ketika tagiahan pembayaran cicilan motor itu jatuh tempo, namun mereka lakukan itu sedikitnya 3 sampai 5 kali dalam seminggu.

Kepuasan Dalam Perselingkuhan

Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.
Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.
Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.
“Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?” tanyaku. “Mungkin sekitar 10 menit” jawabnya pasti. “Gaya apa yang dipakai suami kamu?” “Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala” Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos. “Kira-kira berapa besar penis suami kamu?” “Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!” jawabnya bingung. Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal. “Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?”Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat. “Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!” Aku tak dapat menahan senyumku. “Maksud kamu, ‘helm’nya masih nongol?”“Ya!” Dewipun tersenyum juga.
Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum. “Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masihnormal, Wi!” “Bagaimana dengan kekerasannya?” tanyaku lagi. “Keras sekali, Pak, seperti batu!” Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme,sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupanseksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?
“Kok diam Pak?” “Aku lagi mikir penyebabnya.” “Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar” terangnya. Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya. “Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan.” Aku sedikit mengerti maksudnya, “Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?” tanyaku. “Ya, betul, kenapa ya Pak?” Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis. “Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?” “Oke deh!” sahutnya riang sambil meninggalkan aku.
Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.
Aku kirim SMS kepadanya, “Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?” 5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihatpengirimnya Dewi, aku baca isinya. “Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya” Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balaskembali, “Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga”
Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.
“Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?” Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, danmenurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme. “Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!” “Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?” “Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping” “Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!” jawabku tegas. “Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!” Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.
Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, “Belum berhasil, Pak!”. Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya. Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya. “Memang kenapa?” Tak lama Dewi pun membalasnya.“Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak.”
Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku. “Pak, terus terang, keinginan saya untuk meraih orgasme jadi tambahkuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak”
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya. “Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?” Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku. Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.
Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,“Pak.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya, “Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?” suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung. “Terserah Bapak deh” jawabnya manja sambil mencubit tanganku.
Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agakcanggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,
Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati, “Tubuh kamu bagus sekali, Wi!” Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.
Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya, Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatastubuhku. “Terima kasih, Pak” ia mencium keningku. “Saya masih mau lagi” ucapnya serak.
Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.
“Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?” sambil aku mempercepat kocokanku. “Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!” erangnya. Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.
Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karenaterakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan..

Ih .. dada tante oke banget deeeh ….

Cerita ini bermula dari chatting. Suatu malam karena saya merasa suntuk dan bosan, lalu saya hidupkan komputer dan mulai chatting. Iseng-iseng saya klik sebuah nama dan kami mulai pengenalan diri masing-masing. Singkat kata kami janjian ketemu di suatu tempat, dan dia bilang dia memakai pakaian putih dan bawahnya jeans. Besoknya kami ketemu dan ternyata itu teman ibu saya. Gila! langsung saja saya maunya menghindar tapi keburu dia menyapa duluan, ya sudah terpaksa deh dengan muka tebal dan sedikit merah menyapa balik. Namanya Tante Dini (34), orangnya cantik, tubuhnya seksi (karena setiap saya mengantar ibu saya senam, dia selalu ada di sana) buah dadanya besar, kulitnya mulus putih, pokoknya seksi habis. Saya saja waktu melihat dia pertama kali waktu dia memakai baju senam, “adik” saya langsung bangun tidak karuan kerasnya. Apalagi sekarang berhadapan langsung sama orangnya, wah.. pokoknya tidak bisa dibayangkan deh.
Terus, dia menanyakan ibu saya, “Mama kamu kok tidak pernah Tante liat lagi di senam, Gus?”“Eh.. iya Tan, belakangan ini mama saya lagi sakit,” jawab saya sambil sedikit senyum. “Ooo..” jawab Tante Dini. Tiba-tiba dia menyeletuk lagi, “Kamu suka chatting di room juga yah Gus..? padahal itu room khan khusus buat tante-tante,” belum sempet saya menjawab, dia nyeletuk lagi, “Kamu suka sama tante-tante yah Gus..?” Tiba-tiba saja muka saya jadi merah dan rasanya mulut susah dibuka, tapi setelah menghela nafas, saya memberanikan diri, “Iya Tan.., abis yang tua khan lebih pengalaman,” kata saya sambil tersenyum. “Kamu bandel juga Gus..!” kata Tante Dini sambil tersenyum genit.
Karena di sana terlalu ramai, jadi saya diajak dia jalan-jalan pakai mobil saya (kalau pakai mobilnya dia takut ketahuan suaminya). Di jalan kami sempat ngobrol berbagai macam hal dari sekolah sampai kerjaan sambil nonton TV di mobil. Tante Dini ingin merubah channel TV, tapi dia salah tekan tombol. Yang ketekan malah tombol AV dan langsung saja muncul “BF” yang kemarin lupa mencabutnya dari changer (biasanya kalau lagi sama pacar saya, sering memutar blue film di mobil). Langsung saja mata Tante Dini setengah melotot melihat adegan “syur” yang ada di film itu (tapi saya malahan suka dengan kejadian yang tidak disengaja ini hehehe.. jadi tidak susah-susah merayu Tante Dini lagi). Tapi saya pura-pura sopan saja, langsung saya matikan TV-nya, tapi tiba-tiba Tante Dini memegang tangan kiri saya dan bilang, “Gus, kenapa kamu matikan? itu khan bagus buat pengetahuan seks!” Ya sudah tanpa basa-basi langsung saya hidupkan lagi.
Setelah beberapa menit kemudian saya lihat Tante Dini agak gelisah lalu saya pura-pura tanya saja, “Tante kenapa gelisah?” “Eh.. hmm.. tidak kok Gus..” mukanya kelihatan merah dan bicaranya sedikit tersendat-sendat. “Gus.. kamu pernah ngelakuin yang kayak di film itu tidak?” tanya Tante Dini sambil menghela nafasnya yang sedikit tidak teratur. “Belum tuh Tan.. kenapa?” Saya tahu maksudnya tapi saya pura-pura tidak tahu saja. “Pengen tidak kamu ngerasain yang kayak di film itu Gus..?” Wah.. ini kesempatan bagus nih, jangan disia-siakan! Langsung saja saya jawab, tapi dengan nada polos biar tidak kelihatan seperti orang lagi kepingin, (dia khan teman ibu saya, jadi saya mesti extra hati-hati jawab pertanyaan dia!).“Hmm.. mau Tante, emang Tante mau ajarin saya?” jawab saya dengan polosnya. Terus dia jawab, “Mau dong Gus.. khan daun muda kayak kamu mainnya pasti kuat.”
Langsung saja dada saya jadi berdebar kencang, dan pikiran-pikiran kotor langsung mendarat di otak saya (busyet.. ini tante sepertinya hyperseks deh). Tiba-tiba “adik” saya yang tadinya tidur pulas kini sudah bangun dan berdiri kencang sehingga tampak celana saya ada gundukannya. Tante Dini tersenyum melihat ke arah celana saya, “Gus.. segitu saja kamu sudah nafsu, sini Tante liat, ‘adik’ kamu cakep apa tidak sih..?” Langsung saja dia mengelus-elus dan membuka resleting celana saya, sementara saya hanya bisa diam saja dan lebih konsentrasi ke depan. “Gus.. ‘adik’ kamu kuat yah.. otot-ototnya keluar, ‘adik’ kamu sering ikut fitnes dimana Gus?” tanya dia sambil bercanda dan saya hanya bisa diam dan tersenyum.
Tiba-tiba rasa hangat menyelimuti kepala kemaluan saya, dan sedikit demi sedikit rasa hangat itu menjalar ke bawah menuju batang kemaluan saya. Sekilas saya lihat Tante Dini sedang asyik mengulum kemaluan saya yang keras dan besar itu, saya merasa melayang dibuatnya dan sesekali saya kehilangan kendali atas mobil saya. “Gus.. punya kamu gede juga yah.. Tante suka Gus.. hmm.. uhhmm..” Saya semakin kehilangan kendali, cepat-cepat saja saya pinggirkan mobil dan kebetulan tempat itu jarang dilalui orang dan agak gelap.
Setelah mobil berhenti, saya langsung membuka baju kaos Tante Dini dan kebetulan tidak memakai bra. Kemudian saya remas payudaranya yang besar dan empuk, dan tangan kanan saya memegang kepala Tante Dini sambil sesekali menekan ke bawah, “Tante.. enak.. hhss.. terusin Tan.. lebih dalem lagi..” permainan mulut Tante Dini semakin mengganas sehingga menimbulkan suara yang menambah birahi, “Cproot.. cproott..” dan tiba-tiba dia menghentikan permainannya itu dan.. “Gus.. sekarang giliran kamu muasin Tante.. hmm..” Sambil mengatur nafas dia pindah ke kursi belakang, langsung saja saya ikut pindah ke belakang dan segera membuka celana jeans-nya (ternyata dia tidak memakai CD, mungkin dia sudah rencanakan hal ini sebelumnya) dengan posisi duduk menghadap ke samping dan mengangkangkan kakinya ke atas, lalu saya mainkan klitorisnya sambil satu tangan meremas-remas buah dadanya dan satunya lagi memegangi pahanya yang kiri.
Tante Dini menggelinjang-gelinjang keenakan dan ketika lidah saya masukkan ke dalam lubang kemaluannya, dia menekan kepala saya lebih masuk lagi sambil berkata, “Hhmm.. enak sayang, lebih masuk lagi.. oohhmm..” ‘Adik’ saya sudah tidak tahan lagi dan langsung saja saya rubah posisi satu kaki di kursi yang satunya lagi di bawah, dan saya tuntun kemaluan saya memasuki lubang kenikmatan itu. “Bless..” karena lubang itu sudah dipenuhi oleh ludah saya jadi agak sedikit gampang memasukkan setengah dari kejantannan saya, baru sepertiga kejantanan saya masuk. Tante Dini sudah mengerang kesakitan bercampur nikmat, “Hhmm.. oohh.. Gus punya kamu tidak muat di Tante yah.. pelan-pelan Gus..” Sedikit demi sedikit saya masukkan dan berkat pelumas yang dikeluarkan Tante Dini akhirnya semuanya amblas masuk. Jeritan dia semakin menjadi-jadi ketika saya sodokkan lebih cepat dan cepat.
Sambil memainkan buah dadanya yang mungkin 36B, gerakkan saya semakin mengganas dan tentu saja Tante Dini yang sudah berpengalaman itu membalasnya dengan goyangan yang erotis. Tiba-tiba tubuh Tante Dini menjadi kaku dan memperlambat gerakannya, dia pegangi pantat saya sambil menggerakkan ke dalam, dan ternyata Tante Dini mencapai puncak nikmatnya, “Oohh.. oohh.. Gus.. hmm..” Karena saya belum mencapai puncak, jadi saya suruh Tante Dini merubah posisi jadi menungging, dan dia menurut saja, timbullah ide gila yang selama ini didamba-dambakan yaitu memasuki di lubang duburnya. Tanpa basa-basi langsung saja saya tancapkan berawal kepalanya dulu, tiba-tiba dia kaget, “Gus.. kamu mau masukin lubang dubur Tante yah!” Tanpa menghiraukan kata dia, saya langsung masukkan jari saya ke dalam lubang kemaluannya yang dibasahi oleh maninya. Ketika saya keluarkan jari saya, tampak mani yang kental membasahi jari saya dan langsung saya masuki ke lubang kemaluan Tante Dini dan dan dia mengerang pasrah, setelang lubang itu agak membesar dan dipenuhi mani sebagai pelicin saya kembali lagi mencoba menerobos masuk dan akhirnya berhasil.
Tante Dini kembali mengerang, “Acchh.. ooacchh..” Kembali saya menghujam dengan penuh nafsu sambil memainkan puting susunya yang keras, saya mengerang keenakan seakan-akan kemaluan saya ada yang menyedot dan menggenggam erat dari dalam, “Acchh.. achh.. enak Tan..?” tanya saya. “Enak sayang.. occhh.. terusin saja..” dan sampailah pada akhirnya dari dalam saya merasakan ada yang mau menerobos keluar, dan langsung saja saya cabut dan arahkan kemaluan saya ke mulut Tante Dini, dia membalikkan tubuhnya dan mulai mengocok dan sesekali menjilatnya, “Cproot.. cproot..” “Cepetan dong keluarnya sayang!” “Cproot.. cproot..” “Oocchh.. sedikit lagi Tante.. hhuu.. aghh..”
Dan akhirnya puncak kenikmatan datang dan menyembur masuk ke mulut Tante Dini lalu saya dorong masuk ke dalam mulut Tante Dini. Dia dengan lahapnya menghisap kepala kemaluan saya dan sesekali mengeluarkan mani saya. Akhirnya kami berdua berpelukan sambil saling pagutan dan lidah Tante Dini terasa sedikit asin akibat air mani saya.
Kami beristirahat sejenak dan sambil membenahi pakaian masing-masing dan kami pindah ke kursi depan. Tante Dini mendekati telinga saya dan berbisik dengen lembut, “Gus.. besok-besok kalau keluar sama Tante kamu bawa tissue yah, biar tidak mulut tante buat bersihin ‘adik’ kamu,” dalam hati saya tertawa (hehehe.. bisa juga tante ini bercanda, padahal sedang capai-capainya). “Iya Tante, tapi Tante harus pake CD juga buat bersihin ‘goa’ Tante yang nikmat itu biar tidak pake lidah saya,” balas saya. “Bisa saja kamu Gus..” dia tersenyum lalu mencubiti saya. Karena sudah jam sebelas malem jadi kami kembali ke tempat Tante Dini parkir mobilnya dan kami pisah di parkir itu.

Gadis Sampul

Siang itu panas sekali ketika aku melangkah keluar dari kampus menuju ke mobilku di tempat parkir. Segera kupacu pulang mobilku, tapi sebelumnya mampir dulu beli es dawet di kios di pinggir jalan menuju arah rumahku. Setelah sampai rumah dan kumasukkan mobil ke garasi, segera kuganti baju dengan seragam kebesaran, yaitu kaos kutang dengan celana kolor. Kucuci tangan dan muka, kemudian kuhampiri meja makan dan mulai menyantap makan siang lalu ditutup dengan minum es dawet yang kubeli tadi, uaaaah… enak sekali… jadi terasa segar tubuh ini karena es itu.
Setelah cuci piring, kemudian aku duduk di sofa, di ruang tengah sambil nonton MTV, lama kelamaan bosan juga. Habis di rumah tidak ada siapa-siapa, adikku belum pulang, orang tua juga masih nanti sore. Pembantu tidak punya. Akhirnya aku melangkah masuk ke kamar dan kuhidupkan kipas angin, kuraih majalah hiburan yang kemarin baru kubeli. Kubolak-balik halaman demi halaman, dan akhirnya aku terhanyut.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi, aku segera beranjak ke depan untuk membuka pintu. Sesosok makhluk cantik berambut panjang berdiri di sana. Sekilas kulihat wajahnya, sepertinya aku pernah lihat dan begitu familiar sekali, tapi siapa ya..? “Cari siapa Mbak..?” tanyaku membuka pembicaraan. “Ehm… bener ini Jl. Garuda no.20, Mas..?” tanya cewek itu. “Ya bener disini, tapi Mbak siapa ya..? dan mau ketemu dengan siapa..?” tanyaku lagi. “Maaf Mas, kenalkan… nama saya Rika. Saya dapat alamat ini dari temen saya. Mas yang namanya Adi ya..?” sambil cewek itu mengulurkan tangan untuk bersalaman. Segera kusambut, aduuuh… halus sekali tangannya. “Eng… iya, emangnya temen Mbak siapa ya..? kok bisa tau alamat sini..?” tanyaku.“Anu Mas, saya dapat alamat ini dari Bimo, yang katanya temennya Mas Adi waktu SMA dulu…” jelas cewek itu.
Sekilas aku teringat kembali temanku, Bimo, yang dulu sering main kemana-mana sama aku.“Oooh… jadi Mbak Rika ini temennya Bimo, ayo silahkan masuk… maaf tadi saya interogasi dulu.” Setelah kami berdua duduk di ruang tamu baru aku tersadar, ternyata Rika ini memang dahsyat, benar-benar cantik dan seksi. Dia saat itu memakai mini skirt dan kaos ketat warna ungu yang membuat dadanya tampak membusung indah, ditambah wangi tubuhnya dan paha mulus serta betis indahnya yang putih bersih menantang duduk di hadapanku. Sekilas aku taksir payudaranya berukuran 34B.
Setelah basa-basi sebentar, Rika menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu ingin tanya-tanya tentang jurusan Public Relation di fakultas Fisipol tempat aku kuliah. Memang Rika ini adalah cewek pindahan dari kota lain yang ingin meneruskan di tempat aku kuliah. Aku sendiri di jurusan advertising, tapi temanku banyak yang di Public Relation (yang kebanyakan cewek-cewek cakep dan sering jadi model buat mata kuliah fotografi yang aku ambil), jadi sedikit banyak aku tahu.
Kami pun cepat akrab dan hingga terasa tidak ada lagi batas di antara kami berdua, aku pun sudah tidak duduk lagi di hadapannya tapi sudah pindah di sebelah Rika. Sambil bercanda aku mencuri-curi pandang ke wajah cantiknya, paha mulusnya, betis indahnya, dan tidak ketinggalan dadanya yang membusung indah yang sesekali terlihat dari belahan kaos ketatnya yang berleher rendah. Terus terang saja si kecil di balik celanaku mulai bangun menggeliat, ditambah wangi tubuhnya yang membuat terangsang birahiku.
Aku mengajak Rika untuk pindah ke ruang tengah sambil nonton TV untuk meneruskan mengobrol. Rika pun tidak menolak dan mengikutiku masuk setelah aku mengunci pintu depan. Sambil ngemil hidangan kecil dan minuman yang kubuat, kami melanjutkan ngobrol-ngobrol. Sesekali Rika mencubit lengan atau pahaku sambil ketawa-ketiwi ketika aku mulai melancarkan guyonan-guyonan. Tidak lama, adik kecilku di balik celana tambah tegar berdiri. Aku kemudian usul ke Rika untuk nonton VCD saja. Setelah Rika setuju, aku masukkan film koleksiku ke dalam player. Filmnya tentang drama percintaan yang ada beberapa adegan-adegan ranjang. Kami berdua pun asyik nonton hingga akhirnya sampai ke bagian adegan ranjang, aku lirik Rika matanya tidak berkedip melihat adegan itu.
Kuberanikan diri untuk merangkul bahu Rika, ternyata dia diam saja tidak berusaha menghindar. Ketika adegan di TV mulai tampak semakin hot, Rika mulai gelisah, sesekali kedua paha mulusnya digerak-gerakkan buka tutup. Wah, gila juga nih cewek, seakan-akan dia mengundang aku untuk menggumulinya. Aku beranikan diri untuk mengelus-elus lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang. Rika tampak menikmati, terbukti dia langsung ngelendot manja ke tubuhku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya. Rika tidak protes, malah tangannya sekarang diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya. Kupandang mata bulat indahnya, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tebal nan seksi itu dan Rika membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di pahaku sekarang sudah mengelus-elus yuniorku yang sudah super tegang di balik celanaku.
Lidah kami saling bertautan dan kecupan-kecupan bibir kami menimbulkan bunyi cepak cepok, yang membuat semakin hot suasana dan seakan tidak mau kalah dengan adegan ranjang di TV. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuelus paha mulusnya, Rika pun memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan leluasa mengobok-obok paha dalamnya sampai ke selangkangan. Begitu bolak-balik kuelus dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha. Sambil terus melumat bibirnya, tanganku sudah mulai naik ke perutnya kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuremas dengan gemas payudaranya walau masih tertutup kaos, Rika merintih lirih. Lalu tanganku kumasukkan ke dalam kaosnya dan mulai meraba-raba mencari BH-nya. Setelah ketemu lalu aku meraih ke dalam BH dan mulai meremas-remas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan Rika mendesah. Seiring dengan itu, tangan Rika juga mengocok yuniorku yang masih tertutup celana dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam celana dalam meraih yuniorku dan kembali mengocok dan mengelus.
Aku yang sudah mulai terbakar birahi, kemudian melepaskan kaos Rika dan BH-nya hingga sekarang nampak jelas payudaranya yang berukuran 34B semakin mengembang karena rangsangan birahi. Langsung aku caplok buah dadanya dengan mulutku, kujilat-jilat putingnya dan Rika mendesis-desis keenakan, “Sssh… aaauuh… Mass Adiii… ehhh… ssshhh…” sambil tangannya mendekap kepalaku, meremas-remas rambutku dan membenamkannya ke payudaranya lebih dalam. Kutarik kepalaku dan kubisikkan ke telinga Rika, “Rika sayang, kita pindah ke kamarku aja yuuk..! Aman kok nggak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua…” Rika mengangguk, lalu segera kupeluk dan kugendong dia menuju ke kamar. Posisi gendongnya yaitu kaki Rika memeluk pinggangku, tangannya memeluk leherku dan payudaranya menekan keras di dadaku, sedangkan tanganku memegang pantatnya sehingga yuniorku sekarang sudah menempel di selangkangannya.
Sepanjang perjalanan menuju kamar, kami terus saling berciuman. Sesampainya di kamar, kurebahkan tubuhnya di tempat tidur, Rika tidak mau melepaskan pelukan kakinya di pinggangku malahan sekarang mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. “Sayang… sabar dong.., lepas dulu dong rok sama celana kamu…” kataku. “Oke Mas… tapi Mas juga harus lepas baju sama celana Mas, biar adil..!” rajuk Rika. Setelah kulepas baju dan celanaku hingga telanjang bulat dan yuniorku sudah mengacung keras tegak ke atas, Rika yang juga sudah telanjang bulat kembali merebahkan diri sambil mengangkangkan pahanya lebar-lebar, hingga kelihatan bibir vaginanya yang merah jambu itu.
Aku pun segera menindihnya, tapi tidak buru-buru memasukkan yuniorku ke vaginanya, kembali aku kecup bibirnya dan kucaplok dan jilat-jilat payudara serta putingnya. Jilatanku turun ke perut terus ke paha mulusnya kemudian ke betis indahnya naik lagi ke paha dalamnya hingga sampai ke selangkangannya. “Auuww… Mas Adiiii… ehhmm… shhh… enaaaakkk Masss…” ceracau Rika sambil kepalanya menggeleng-geleng tidak karuan dan tangannya mencengkeram sprei ketika aku mulai menjilati bibir vaginanya, terus ke dalam memeknya dan di klitorisnya.Dengan penuh nafsu, terus kujilati hingga akhirnya tubuh Rika menegang, pahanya mengempit kepalaku, tangannya menjambak rambutku dan Rika berteriak tertahan. Ternyata dia telah mencapai orgasme pertamanya, dan terus kujilati cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya sampai habis.
Aku bangun dan melihat Rika yang masih tampak terengah-engah dan memejamkan mata menghayati orgasmenya barusan. Kukecup bibirnya, dan Rika membalas, lalu aku menarik tangannya untuk mengocok penisku. Aku rebahkan tubuhku dan Rika pun mengerti kemauanku, lalu dia bangkit menuju ke selangkanganku dan mulai mengemut penisku. “Oooh… Rik… kamu pinter banget sih Rik…” aku memuji permainannya. Kira-kira setengah jam Rika mengemut penisku. Mulutnya dan lidahnya seakan-akan memijat-mijat batang penisku, bibirnya yang seksi kelihatan semakin seksi melumati batang dan kepala penisku. Dihisapnya kuat-kuat ketika Rika menarik kepalanya sepanjang batang penis menuju kepala penisku membuatku semakin merem-melek keenakan.
Setelah bosan, aku kemudian menarik tubuh Rika dan merebahkannya kembali ke tempat tidur, lalu kuambil posisi untuk menindihnya. Rika membuka lebar-lebar selangkangannya, kugesek-gesekkan dulu penisku di bibir vaginanya, lalu segera kumasukkan penisku ke dalam lubang senggamanya. “Aduuh Mas… sakiiit… pelan-pelan aja doong… ahhh…” aku pun memperlambat masuknya penisku, sambil terus sedikit-sedikit mendorongnya masuk diimbangi dengan gerakan pinggul Rika. Terlihat sudut mata Rika basah oleh air matanya akibat menahan sakit. Sampai akhirnya, “Bleeesss…” masuklah semua batang penisku ke dalam liang senggama Rika. “Rika sayang, punya kamu sempit banget sih..? Tapi enak lho..!” Rika cuma tersenyum manja. “Mas juga, punya Mas besar gitu maunya cari yang sempit-sempit, sakit kaan..!” rajuk Rika.
Aku ketawa dan mengecup bibirnya sambil mengusap air matanya di sudut mata Rika sambil merasakan enaknya himpitan kemaluan Rika yang sempit ini. Setelah beberapa saat, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan-pelan. “Aaah… uuuhhh… oooww… shhh… ehhmmm…” desah Rika sambil tangannya memeluk erat bahuku. “Masih sakit Sayaaang..?” tanyaku. “Nggak Mas… sedikiiitt… auuoohhh… shhh… enn.. ennnaakk.. Mas… aahh…” jawab Rika. Mendengar itu, aku pun mempercepat gerakanku, Rika mengimbangi dengan goyangan pinggulnya yang dahsyat memutar ke kiri dan ke kanan, depan belakang, atas bawah. Aku hanya bisa merem melek sambil terus memompa, merasakan enaknya goyangan Rika. Tidak lama setelah itu, kurasakan denyutan teratur di dinding vagina Rika, kupercepat goyanganku dan kubenamkan dalam-dalam penisku.
Tanganku terus meremas-remas payudaranya. Dan tubuh Rika kembali menegang, “Aaah… Masss Adiiii… teruuus Maass… jangan berentiii… oooh… Maasss… aaahhh… akuuuu mauuu keluaaar… aaawww…” Dan, “Cret… cret… crettt…” kurasakan cairan hangat menyemprot dari dalam liang senggama Rika membasahi penisku. Kaki Rika pun memeluk pinggangku dan menarik pinggulku supaya lebih dalam masuknya penisku ke dalam lubang kenikmatannya. Ketika denyutan-denyutan di dinding vagina Rika masih terasa dan tubuh Rika menghentak-hentak, aku merasa aku juga sudah mau keluar. Kupercepat gerakanku dan, “Aaah… Rikaaa… aku mau keluar Sayaaang…” belum sempat aku menarik penisku karena kaki Rika masih memeluk erat pinggangku, dan, “Crooot… crooot… crooott…” aku keluar di dalam kemaluan Rika. “Aduuhhh enakkknyaaa…” Dan aku pun lemas menindih tubuh Rika yang masih terus memelukku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Aku pun bangkit, sedangkan penisku masih di dalam liang senggama Rika dan kukecup lagi bibirnya. Tiba-tiba, “Greeekkk…” aku dikejutkan oleh suara pintu garasi yang dibuka dan suara motor adikku yang baru pulang.
Aku pun cepat-cepat bangun dan tersadar. Kulihat sekeliling tempat tidurku, lho… kok… Rika hilang, kemana tuh cewek..? Kuraba penisku, lho kok aku masih pake celana dan basah lagi. Kucium baunya, bau khas air mani. Kulihat di pinggir tempat tidur masih terbuka majalah hiburan khusus pria yang kubaca tadi. Di halaman 68, di rubrik wajah, kulihat wajah seorang cewek cantik yang tidak asing lagi yang baru saja kutiduri barusan, yaitu wajah Rika yang menggunakan swimsuit di pinggir kolam renang.
Yaaa ampuun… baru aku sadar, pengalaman yang mengenakkan tadi bersama Rika itu ternyata cuma mimpi toh. Dan Rika yang kutiduri dalam mimpiku barusan adalah cover girl cantik dan seksi majalah yang kubaca sebelum aku tertidur tadi, yang di majalah dia mengenakan swimsuit merah. Aku pun segera beranjak ke kamar mandi membersihkan diri. Di dalam kamar mandi aku ketawa sendiri dalam hati mengingat-ingat mimpi enak barusan. Gara-gara menghayal yang tidak-tidak, jadinya mimpi basah deeh.

Enaknya istri muda orang .. hehehehehehe

Pada waktu itu aku kehilangan cucian celana pendek, ketika Mbak Is selesai mandi dengan memakai handuk yang terbelit menutupi sebagian tubuhnya, sambil membawa keranjang cucian yang sudah kering, masuk ke kamarnya yang hanya ditutup dengan korden. Aku mengikutinya, ikut masuk ke kamar untuk menanyakan apakah dia melihat CD-ku. Begitu kukuakkan korden kamarnya, aku melihat Mbak Is sudah melepas handuknya, tanpa sehelai benangpun. Kulitnya kuning, mulus, langsing dan kencang. Payudaranya berukuran sedang bulat. Aku kaget namun Mbak Is melihatku dengan tenang. Sambil menutup sebuah payudaranya dengan telapak tangan kiri, sedangkan telapak tangan yang lain menutup kemaluannya. Sedangkan payudara yang satunya masih menggantung dengan bebasnya. Aku sempat memangsa pemandangan yang jarang terjadi ini.
“Ada apa Dik Agus?” tanyanya dengan suara lembut. “Anu Mbak, nggak. Lihat celana pendek saya nggak, Mbak..” “Baru dicuci. Ditumpukan itu barangkali, coba saja dicari sendiri Dik Agus,” jawabnya sambil menunjukkan onggokan cucian. Sementara aku mengaduk-aduk cucian, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tentu saja payudara dan kemaluannya, walaupun dari samping, cukup jelas terlihat olehku. Mulanya aku agak tidak enak, tetapi karena Mbak Is bersikap cuek, maka aku pun nekad menatap secara langsung pamandangan itu dengan berani.
“Tubuh Mbak Is, masih singset ya,” pujiku mesra. “Ah, Dik Agus bisa aja,” katanya dengan tenang, tetapi kemudian ia tersentak, “Eh, kok liat-liat Mbak, kan saru,” bisik Mbak Is membuyarkan lamunanku. “Habis, rejeki kan tidak bisa dibiarkan,” kataku nyengir. “Uh, dasar..” kemudian ia cepat-cepat mamakai pakaian.
Jam 8 malam, karena tidak ada hiburan TV, dan suasana sudah sangat sepi, aku pergi tidur. Pak Sekdes kebetulan sedang menginap di rumah isteri tuanya. Lampu minyak tempel kuredupkan, dan bersiap untuk memejamkan mata. Tiba-tiba ada orang masuk ke kamarku. Setelah kuamati bayangan itu ternyata Mbak Is.
“Dik Agus belum tidur ya,” sapanya mesra. “Belum mbak,” sahutku. “Mbak Is kedingingan nih, nggak bisa tidur,” balasnya dan duduk di tepi tempat tidurku. “Tidur di sini saja Mbak,” ajakku penuh birahi. “Nggak apa-apa nih,” balasnya dengan senyum menggoda. “Nggak,” bisikku.“Tapi jangan macam-macam ya,” katanya sambil tertawa genit. Kugeser tubuhku ke kanan memberikan ruang bagi Mbak Is berbaring di sampingku. Mulutku terkunci lagi, karena gejolak yang sangat hebat berkecamuk di dalam dada ini ketika ia merebahkan tubuhnya di sampingku. Bau parfumnya membuatku semakin bergejolak.
“Dik Agus sudah pernah melihat perempuan telanjang nggak,” akhirnya Mbak Is membuka percakapan. “Belum, kalau anak-anak sering, eh maksud saya baru sekali, lihat Mbak tadi..” “Apa Mbak masih singset sih?, khan Dik Agus bilang begitu tadi,” tanyanya manja. “Iya betul Mbak, betul, seperti di gambar porno saja,” jawabku. “Dik Agus punya foto begituan.”“Punya, sebentar ya saya ambilkan..”
Kuambil majalah berwarna kategori triple X, kubesarkan lampu minyak di dinding. “Dik Agus dapat dari mana majalah ini,” sambil menerima majalah yang kuberikan. “Serem..” komentarnya, tapi matanya terus menatap gambar orang sedang senggama. Pada gambar lain tampak adegan 69, dimana saling menjilati kemaluan lawannya. “Mbak pernah ngisep barangnya Bapak, nggak,” tanyaku dengan berani. “Ah, Dik Agus ada-ada saja, jijik ah,” jawabnya pura-pura malu. “Enak Mbak, seperti ngisep kemaluan, khan enak,” kataku lagi meyakinkan. ”Memangnya Dik Agus pernah?” sambil menatap wajahku dalam-dalam, menjadikan aku gelagapan. “Belum, cerita teman-teman saya yang sudah kawin. Mbak mau disun kemaluannya,” pancingku nakal. “Ah Dik Agus ini ada-ada saja, malu ah,” Sambil tangannya menyingkirkan tangan saya yang sudah melingkar di perutnya. Tapi tanganku kembali merangkul tubuhnya, kali ini agak ke atas dekat dengan buah dadanya. “Emang Bapak nggak pernah ngesun barangnya Mbak?” tanyaku. “Ah, Bapak kan sudah tua, nggak mau yang macem-macem,” obrolan yang semakin menjurus ini menjadikan kemaluanku makin mengeras, sehingga celanaku terasa semakin sempit.
Aku terus mencari akal agar malam itu tidak terbuang sia-sia. Belum sempat aku menemukan caranya, tiba-tiba ia menarik tanganku ke atas sehingga menyentuh buah dadanya yang montok. Aku segera bereaksi dan mulailah mengelus-elus buah dadanya. Kulihat wajahnya sudah berubah, nafasnya memburu, kusingkap gaun tidurnya ke atas, dan ia membiarkannya bahkan melepasnya sendiri. Dan kemudian melepas BH-nya, sehingga buah dada montoknya yang tadi siang kulihat, kini dapat kusentuh, kuelus-elus dan kupencet-pencet kekenyalan buah dadanya. Mbak Is kembali berbaring, bibirnya menyambut dengan hangat ketika kucium Mbak Is. Sambil berciuman tanganku bergerilya, sampai di sekitar kamaluannya. Kuelus pahanya dan akhirnya kemaluannya dari luar celana dalamnya. Mbak Is semakin liar mempermainkan bibirnya dan lidahnya, melumat habis bibirku. Kuselipkan jariku lewat samping celana dalamnya meraih liang senggamanya, ternyata sudah basah kuyup. Bersamaan dengan itu, ia raih pula kemaluanku. Kubantu membuka celanaku dan semua yang menempel di bajuku.
Dengan kencang ia terus memegang kemaluanku, seakan sudah menjadikan haknya dan tidak ingin melepaskannya. Sementara aku terus mencium semua permukaan kulitnya. Sampai pada bukit kembarnya, kuisap, kusedot dan kujilati puncaknya hingga membuatnya semakin memburu nafasnya. Begitu kuteruskan jelajahanku ke bawah lepaslah pegangan di kemaluanku, sampai dipusar dan terus ke bawah sampailah di selangkangannya. Kulebarkan pahanya, tetapi dia menahannya.”Jangan ah, malu,” sambil merapatkan pahanya dan menutupi kemaluannya dengan tangannya.Aku terus menciumi pahanya, menjilati dan mengecupnya. Lama-lama makin ke dalam pahanya. Mbak Is mulai mengendorkan kakinya, kubuka pelan-pelan pahanya. Pelan-pelan pula ia mau membukanya.
Sampai akhirnya rela juga mengangkangkan pahanya dengan lebar, sehingga membuatku mempunyai ruang yang jelas untuk menyaksikan pamandangan yang sangat membangkitkan nafsuku itu. Segera kusergap bagian yang sangat dirahasiakan wanita itu. Begitu lidahku kupermainkan di bibir kemaluannya sebelah atas. Ia segera menjerit histeris sambil menjambaki rambutku. Pinggulnya dia angkat tinggi-tinggi, gerakannya semakin liar sambil mulutnya meneriakkan suara yag tidak jelas. Kemaluannya semakin basah saja, bercampur dengan ludahku untuk memberikan kehangatan pada liang senggamanya. Beberap menit kemudian ia sampai pada puncak yang tertinggi, disertai dengan lengkingan yang tertahan karena wajahnya ditutupi bantal. Tubuhnya menegang dan pinggulnya diangkatnya tinggi-tinggi. Beberapa detik kemudian terkulailah dia.
Selanjutnya kuambil posisi, kuarahkan kejantananku pada liang kemaluan, pada tubuh yang lunglai itu. Mbak Is diam saja, hanya sekali-sekali menciumiku. Aku masukkan batang kemaluanku pada liang senggamanya yang basah kuyup sehingga licin luar biasa. Mbak Is diam saja ketika kugenjot dengan cepat sehingga buah dadanya tergoncang kesana kemari. Mbak Is mulai merasakan kenikmatan lagi, makin lama dahinya makin dikernyitkan pertanda birahinya mulai naik. Tetapi lahar yang sudah lama kubendung keburu keluar, segera kutarik. Mbak Is, mulanya menahan bokongku, agar kemaluanku tetap terselit di lipatan kemaluannya. Tetapi karena tenaganya sudah habis, lepas juga kemaluannya dan kukocok dengan cepat sehingga muncratlah di atas perutnya yang indah.
Mbak Is dengan takjub menyaksikan peristiwa muncratnya spermaku. Lalu tersenyum manis.“Kok nggak dikeluarin di dalam,” tanyanya. “Nanti kamu hamil,” jawabku mesra. “Paling Bapak juga nggak tahu kalau itu anakmu,” jawabnya dengan enteng.
Sejak saat itu aku jadi jarang pulang, ketika hari Sabtu dan Minggu kupergunakan mencuri-curi waktu agar bisa bermain dengannya. Apalagi kalau sedang sepi. Misalnya tidak ada cukup waktu untuk melakukan senggama, maka ia aku suruh saja mengocok hingga keluar.
Sejak itu sepertinya Mbak Is semakin ceria saja. Sampai selesai waktu KKN-ku, aku tidak kurang melakukan senggama secara sempurna sebanyak delapan kali. Tanpa ada seorangpun yang tahu dan curiga. Dan ternyata ini membawa berkah lain, yang paling menonjol adalah cara Mbak Is dalam melayani suaminya yang sepertinya berlebihan.