Kamis, 14 Februari 2008

Affair di Kantor

Saat ini aku berusia 37 tahun dan sudah berkeluarga. Setelah lulus kuliah dulu aku diterima di sebuah perusahaan. Aku memulainya sebagai Management Trainee. Beberapa waktu kemudian aku diangkat sebagai manager. Karena perusahaan ini adalah perusahaan yang sudah establish, maka bawahan-bawahanku banyak yang sudah berumur, dalam arti kata rata rata umur anak buahku diatas umurku.

Aku mempunyai seorang anak buah yang sudah bersuami dengan 1 orang anak. Aku tidak mengetahui bahwa setiap kupanggil, dia menampakkan wajah yang berbeda dibanding dengan teman temannya. Senyumnya yang enawan seringkali dilemparkannya kepadaku. Akupun hanya membalas seadanya saja (maklum untuk menjaga wibawaku). Suatu saat pernah dia menumpang pulang bersamaku, karena kebetulan rumah kami satu jurusan. Itupun dilakukannya beramai ramai.
Umurnya sebenarnya sudah menginjak 35-an waktu itu (sehingga selisih hampir 7 tahun denganku). Makin lama dia sering pulang bareng denganku. Suatu saat kami diberikan kesempatan pulang bareng hanya berdua saja. Supaya nggak diketahui oleh teman temannya aku janjian disuatu tempat yang telah kami tentukan. Bertemulah aku di tempat yang telah ditentukan. Sepanjang perjalanan di dalam mobilku, kami lebih banyak diam. Kulirik dia, dia lebih banyak melihat ke wajahku. Perlahan lahan kutanyai dia tentang kehidupan pribadinya. Dia menjawab dengan sekenanya saja - dan aku rasakan dia malas untuk mengungkapkan kehidupan pribadinya.
“Ada apa sih..”, sambil kuberanikan untuk memegang pahanya. Eh ternyata dia diam saja. “Pak.., aku sebenarnya sangat mengagumi Bapak”, begitu kata dia memujiku. “Ah.. nggak.., biasa saja koq”, begitu balasku”.
Pelan pelan tanganku langsung meraba ke pahanya. Gesekan-gesekan di pahanya membuat dia menepiskan tanganku. Kemudian kudiamkan saja dan tanganku kembali memegang kemudi. Kembali kami terbalut dalam kebisuan lagi. Kemudian tangannya aku letakkan di pahaku. Eh.., ternyata dia menurut. Dia kemudian aku bimbing untuk mengelus elus elus pahaku. dan dia menurutinya. Aku naikkan tangannya supaya memegang lebih keatasnya, yakni ke batang kemaluanku (yang masih ditutupi celana tentunya). Tanganku kemudian kembali mengelus elus pahanya.
Pelan pelan tanganku kumasukkan ke dalam roknya. Dia diam saja, malahan elusan ke penisku makin ditingkatkan frekuensinya. Tanganku masih terus saja mengelus elus pahanya, dan kuberanikan untuk naik ke atasnya. Aku tidak melihat bagaimana bentuk dan warna CD yang dia pakai. Kulihat speedometer di mobilku hanya berjalan dengan kecepatan 40 km/jam.
Elusanku makin menjadi jadi dan kumasukkan jari telunjukku ke dalam celena dalamnya. Kurasakan labio mayoranya basah. Jariku terus berpetualang lebih ke dalam lagi. Kulihat matanya terpejam dan menggeloyorkan badannya. Gerakan masuk keluar masuk keluar kulakukan. Erangan-erangan kecil yang di timpali suara mesin mobil menenggelamkan suaranya. Tanganku kemudian kucabut dari jepitan selangkangannya. Aku memegang kepalanya dan kubuka resluitingku, kukeluarkan kemaluanku.
Aku benamkan kepalanya, untuk mengulum batang kemaluanku. Dia ternyata menuruti kemauanku. “Agh.. ohh.. agh.. ohh..”, erangannya.Tanganku kemudian aku masukkan kembali ke selangkangannya. Dimainkannya mulutnya untuk memutar mutar penisku. Karena aku tidak kuat lagi, maka di pinggir jalanan yang agak sepi, maka kupinggirkan mobilku.Dia isap terus kemaluanku.., ditimpali dengan erangannya. “Ogh Pak.., terus Pak.. enak Pak”. Aku sendiri berkelonjotan tidak karuan karena nikmatnya. Eranganku semakin tinggi, begitu pula dengan ngebornya, dimana ujung jari tengahku yang menjadi mata bornya. “Ogh.. ahh.. ogh ahh.. Aku nggak kuat lagi Pak”. Dilepaskannya kulumannya di penisku dan di pegangnya erat-erat kedua tanganku dengan tangannya.“Pak cepetin Pak.. ahh.. ahh.. ahh”. Dicengkeramnya badanku makin erat. Kupegang tubuhnya, dan aku rasakan tubuhnya makin menegang, menegang dan akhirnya lemas. Kemaluanku masih dipegangnya dengan erat. Karena dia mengatakan bahwa sudah orgasme, maka kutarik kepalanya agar melanjutkan tugasnya. Dia kulum-kulum ujung kemaluanku, aku menggelinjang dengan kondisi tempat yang sempit sekali karena di jok depan mobil.
Isapannya makin kencang dan kenikmatan yang tidak terperikan aku rasakan. Bijiku dikulum-kulumnya juga. Rasanya aku ada di ujung langit. Melayang layang. Mataku merem melek merasakan kenikmatan yang tak terperikan tersebut. “Cepat sayang, ogh.. cepat.. cepat sayang. Iya bagian situ yang enak.., iya sayang.. terus.. terus.., ahh.. ahh aku nggak kuat lagi sayang.. ohh..”, maka muncratlah seluruh air maniku.Tahu-tahu di belakangku sudah ada mobil yang mau parkir. Aku kemudian menstarter mobilku dengan kondisi yang masih acak-acakan. Oleh dia (oh ya saya lupa menyebut namanya - dia bernama Bu Risma), resluitingku dibetulkannya. Penisku dibetulkannya letaknya.
Begitulah ceritaku. Lama akhirnya kami menjadi sering pulang bareng. Kalau berangkat kerja aku tidak pernah, karena rumahnya lebih jauh tempatnya dibandingkan jarak rumahku ke tempat kerja. Sejak saat itu, setiap pulang kami melampiaskan hasrat dengan melakukan seperti itu. Dan apabila ada waktu, kami menyewa hotel sort time untuk melakukan coitus.
*****
Suatu ketika, karena keterbatasan waktu dan beban pekerjaan, pernah kami melakukannya di kantor. Saat itu hari Sabtu, dimana jam kerja hanya sampai dengan pukul 2 siang. Aku lihat pegawaiku yang lain sudah pada pulang. jam kulihat sudah menunjukkan pukul 14.20. Kemudian tidak kemudian lama bosku pulang. Yang tertingal hanya 2 office boy. Saat aku melihat ke ruang sebelah (meja stafku) Kulihat Bu Risma belum pulang. Rupa-rupanya dia sedang menungguku.
Timbul pikiran yang bukan-bukan di benakku. Perusahaanku adalah salah satu penyewa ruangan di sebuah gedung pencakar langit di Jakarta ini. Aku panggil kedua office boy yang sedang mengepel lantai.“No.. sini”, pintaku. “Kamu dengan Ratmo tolong belikan nasi bungkus. Ini uangnya”Sengaja kuberikan uang yang berlebih. “Kamu sudah makan belum?”, tanyaku. “Belum Pak”, jawabnya. “Kalau begitu, kamu makan saja di warung belakang”, dia menunjukkan raut muka kegirangan.Maka langsung saja digamitnya tangan Ratmo, sambil menunjukkan muka cerah dengan uang 50 ribuan di tangannya.
Setelah kulihat ruangan sepi, maka kuhampiri meja Bu Risma. Aku tarik tangannya, dan langsung kulumat bibirnya. Lumatanku belum berhenti, tapi ada dering telepon berbunyi. “Udah jangan diangkat”, ujar Bu Risma.Tanganku langsung meraba raba ke gundukan payudaranya. Kami masih dalam pakaian komplit. Aku buka resluiting celanaku, dan kukeluarkan batang kemaluanku. “Bu tolong diisep..”, dan kubimbing kepalanya untuk turun kebawah. Sambil berjongkok dia mengulum penisku. Posisiku berdiri dengan agak gemetar menahan kenikmatan yang tak terperikan. Dikulum dan disedotnya habis-habisan pucuk kemaluanku. Hal ini berjalan kurang lebih 5 menit. Kuangkat dia, dan berganti aku yang jongkok dan dia pada posisi berdiri.

Kuangkat roknya, dan kulepaskan celana dalamnya. Belum sampai CD-nya merosot ke bawah, aku langsung menjilati kemaluannya. Ujung lidahku kutempelkan dan kukulum-kulum clitorisnya. “Ahh.. Pak.. enak.. Pak.. enak.. enak”. Ditimpali dengan erangannya, maka makin menjadi jadi kulumanku. “Pak cepat masukkan Pak.. aku sudah nggak kuat Pakk..”. Langsung aku berdiri dan kusandarkan dia ke pinggir meja. Kuarahkan ujung kemaluanku ke permukaan memeknya. Kemaluanku yang sudah menegang ini kuputar-putar dengan tanganku ke permukaannya.“Ahh.. ahh..”, hanya itu saja erangan kenikmatan yang keluar dari mulutnya.Karena sudah tidak tahan, maka dipegangnya kemaluanku dan langsung dibimbingnya untuk menembus ke lubang kemaluannya. Aku langsung menekannya. “Ahh..”, terdengar teriakan kecil yang diucapkannya.Aku melihat ke pintu sejenak, jangan-jangan kedua pesuruhku tadi sudah kembali. Kulihat sejak awal permainanku tadi, baru berjalan 45 menit.
Aku gerakkan pantatku maju mundur, kuputar-putar, maju mundur. Kadang kukeluarkan dan langsung aku tancapkan lagi. Di antara erangannya, tangannya mendekap erat tanganku. Makin lama gerakanku makin kupercepat. Makin erat pula pegangannya ke tubuhku. Bibirnya kulumat, lehernya kujilat demikian pula tengkuknya. Gelinjang-gelinjang kenikmatan melandanya.
Makin lama gerakannya makin dia percepat, pinggulnya maju mundur. Makin cepat dan akhirnya dia terpagut diam dan berteriak histeris, sambil memegang erat tubuhku. Kurasakan jepitan di kemaluanku yang demikian keras dan lemaslah dia. Aku menghentikan gerakanku. Beberapa saat kemudian kugerakkan lagi, karena aku belum keluar. Kulihat bajunya sudah teracak-acak, walaupun kami masih berpakaian lengkap. Beberapa saat kemudian, aku merasakan kedut-kedut di ujung penisku, dan aku tahu bahwa spermaku akan segera keluar.
“Sayang, kamu kulum dong..”, sambil langsung kukeluarkan kemaluanku dari vaginanya dan kutekan kepalanya kebawah. “Ohh.. ohh.., aku keluar sayang”, isapannya makin kencang dan kuat. Akhirnya aku tak berdaya beberapa saat disertai dengan kenikmatan yang tiada taranya. Dia telan semua spermaku, dan dikulum-kulumnya lagi penisku. Aku berpikir, wah ini sudah tidak perlu dibersihkan lagi. Beberapa saat kemudian dia lepas kulumannya. Dia kemudian menuju ke kamar mandi, dan aku membetulkan letak pakaianku. Beberapa saat kemudian, si No dan Ratmo baru kembali. Aku kemudian makan, dan setelah selesai makan aku langsung pulang disertai dengan Bu Risma.

Tidak ada komentar: