Perkenalkan namaku Restu, sekarang aku berdomisili di Yogya. Aku seorang mahasiswa disebuah PTS di Yogya, Umurku 26 tahug dengan wajah dan postur tubuh lumayanlah (kata nenekku...He..he...). Ini adalah pengalaman yang aku alami beberapa bulan yang lalu bersama seorang wanita sebut saja namanya Anna dan aku biasa memanggilnya mbak Anna. Mbak Anna berumur 29 tahun dan telah menikah, suami dari mbak Anna adalah seorang yang berkerja disebuah perusahaan kontraktor dan sekarang sedang berdinas di Papua selama tiga bulan. Mbak Anna berkerja disebuah EO (Event Organizer) dan kebetulan aku juga ikut dalam EO tersebut. Mbak Anna orangnya cantik dengan kulit putih dan postur tubuh sedang, tidak gemuk juga tidak kurus mungkin karena sewaktu itu sedang hamil empat bulan.
Awalnya hubungan kami biasa saja, ya seperti teman biasa. Tapi itu semua berubah sejak kami melakukan sebuah perbuatan yang seharusnya tidak kami lakukan. Pada suatu siang kami sedang ngobrol di kantor sambil menunggu hujan reda karena hujan sedang turun cukup deras. Kami mengobrol panjang lebar tanpa ada yang mengganggu karena kebetulan kantor lagi sepi karena beberapa teman sedang meninjau lokasi event musik yang akan kita adakan beberapa hari lagi. Obrolan kami semakin panjang sehingga menyentuh pada hal – hal pribadi, yang lebih mengarah ke seks.
"Eh Restu, kamu sudah punya cewek belum sih? Kok ngga pernah lihat kamu sama cewek...", kata mbak Anna. " Udah putus mbak, dan sekarang lagi menikmati ngejomblo..", jawabku. "Oh gitu ya... Aku kira kamu nggak doyan sama cewek... he... he...", canda mbak Anna. "Enak aja emang aku Homo apa... Boleh dicoba kalo mau..", balasku dengan nada canda. "Yee... Maunya tuh... Emang kamu pernah melakukan hubungan intim sama cewek?", tanya mbak Anna padaku. "Jujur aja sih, pernah beberapa kali tapi bukan sama mantanku", jawabku. "Trus sama siapa donk?", tanyanya lagi. "Sama teman dan kita lakuin buat have fun aja", jawabku lagi.
Tiba-tiba entah setan dari mana yang menyuruh mbak Anna bicara sehingga membuat aku terkejut setengah mampus mendengar kata–kata yang keluar dari mulutnya. "Eh Res, kamu pernah Nggak ngerasain ngentot dengan orang hamil?" Dengan setengah heran aku jawab, “belum pernah tuh mbak, emangnya kenapa?" "Enggak kalau belum pernah, kamu mau Nggak nyobain", tanyanya. "Emangnya mau nyobain sama siapa...?", tanyaku. "Ya sama akulah, masa sama kebo bunting sih..", jawabnya dengan santai. Bagai disambar petir 17 kali, aku kaget serasa tidak percaya kalau kata–kata barusan keluar dari mulut mbak Anna. " Mak..sud.. Mbak kita berdua ngelakuin hubungan intim gitu ??", tanyaku dengan keterkejutanku yang belum reda. "Iya... Mau Nggak ??", jawabnya singkat. Dan yang membuat ku lebih terkejut lagi dia tiba–tiba sudah ada beberapa senti didepan wajahku dan aku dapat langsung mencium aroma wangi nafasnya. Tanpa menunggu jawabanku mbak Anna langsung melumat bibirku "hpmmem...", akhirnya jiwa laki–laki normalku terusik juga, akupun membalas lumatan bibirnya. "Wah buas juga nih mbak Anna nafsunya", batinku. Dan tanganku mencoba untuk bergerilya didadanya yang membusung kencang. "Ahh... Res... Aya remas sayang... Buatlah sesukamu puaskan akuu..", bisiknya.
Kamipun saling melumat dengan liar dan tanganku pun semakin aktif kedaerah sensitifnya. Aku tuntun dia ke sofa yang ada disudut ruangan dan aku rebahkan dia disitu sambil tanganku melucuti baju yang ia gunakan. Maka terpampanglah dihadapanku sebuah pemandangan yang membuatku kian bernafsu, terlihat sepasang payudara yang masih terbungkus BH warna coklat muda. Lalu kutarik BHnya turun agar aku dapat melihat isi apa yang terkandung didalamnya. Tampaklah duah buah bukit kembar yang mengacung kencang dengan dihiasi putting yang berwarna merah kecokelatan, dengan guratan urat halus yang berwarna kehijauan yang tergurat disekitar bukit itu. "Lho... kok Cuma dilihatin aja sayang... Ayo donk dihisap...", kata mbak Anna waktu melihat aku yang termenung melihat payudaranya. Akupun mulai menghisap serta memilin – milin putingnya dengan lidahku, diapun mendesah kenimatan.
"Sshh... Aahh... Enak sayang... Ayo terusinn...". Aku pun semakin meningkatkan seranganku dengan menarik turun celana dalam yang masih digunakannya, mbak Anna pun membantu dengan mengangkat sedikit pantatnya yang montok sehinnga celana itu pun terlepas. Maka tampaklah sebuah gundukan berbentuk seperti kue apem yang merekah. "Wow bagus banget mbak, habis dicukur ya mbak bulunya??", komentarku dan dia hanya tersenyum. Tanpa menunggu lagi langsung kudekatkan wajahku kearah vaginanya yang telah berair itu dikarenakan oleh nafsunya yang telah memuncak. Tercium iaroma khas vagina yang membuat kontolku semakin berdenyut dalam celanaku. Dengan buas aku pun melumat vaginanya, ku mainkan klitorisnya yang berbentuk seperti kacang. "Ahh... Enak sayang... Terus jilatin memekku...", kata mbak Anna. Setelah puas memainkan memeknya, aku pun berdiri untuk melepaskan celana dan bajuku. Maka tersembullah kontolku yang telah mengacung keras."Wah gede juga punyamu, lebih besar dari punya suamiku...", kata mbak anna setelah melihat torpedoku. Padahal aku sendiri merasa kontolku biasa aja kalau berdiri cuma 17 cm dengan diameter kurang lebih tiga cm. Dia pun meraih kontolku lalu mengulumnya dengan dengan buas. "Ahh... Mantap mbak isepannya... Aahh..", aku dibuat blingsatan. Setelah beberapa saat dia pun menyudahi hisapannya dan mulai mengarahkan kontolku ke memeknya. "Ayoo masukin sayang aku dah nggak tahan lagi nih pengen kamu entot...", Dan akhirnya "bblleess...", masuklah kontolku kedalam memek hangatnya. "Ahh... Pelann sayangg... Sakitt..." Aku pun mendiamkan sebentar untuk merasakan kontraksi dari vaginanya. Lalu dengan perlahan aku pun mulai memompa kontolku, mbak Anna pun mendesah kenikmatan, "Aahh... Aahh... Ayo goyang terus sayangg...". Setelah beberapa detik akupun menghentikan gerakanku, kucabut kontolku dan ku balikan badannya kutusuk memeknya dari belakang sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya. "Ahhh... Ahh yang pelan aja jangan keras–keras ntar kena anakku yang didalamm perut", kata mbak Anna. Ya aku pun baru sadar kalau yang kusetubuhi saat ini adalah orang hamil. Setelah beberapa menit tiba–tiba mbak Anna berkata, "Ssayyangg cepett aakkuu mauu kellluuaarrr..." "Iya mbak akuu juga, kita keluar bareng ajaa", timpalku. Selang beberapa detik Mbak Anna pun mengerang panjang, "Aaaahhhh... Aaakkuuu keluar sayang..." Dan aku merasakan jepitan memeknya yang mengencang disertai dengan keluarnya cairan hangat membasahi kontolku. Aku semakin mempercepat gerakanku dan akhirnya aku merasa seperti ada yang mendorong ingin keluar, aku pun bertanya pada mbak Anna. "Mbak aku mau nyampai nihh, mau dikeluarin dimana?" "Didalam aja sayang, nggak apa apa kok..." Dan dengan sekuat tenaga aku pun melepas air kenikmatanku kedalam rahimnya yang berisi itu.
"Aaahhh...mmbbaakkk...croott..croott...". Akhirnya aku nyampai juga, kami pun terkulai lemas aku memeluknya dari belakang. Sempat kulihat cairan kami yang menjadi satu keluar menetes disela–sela paha putih mbak Anna. Setelah beberapa detik melepaskan ketegangan, kami pun mulai membereskan diri kami yang amburadul. Tak terasa kami telah bergumul kurang lebih hampir satu jam, untung tak ada orang yang melihat. Kalau ada mampus deh aku. "Res, thanks ya kamu hebat bisa buat aku ngos–ngosan nggak karuan..,", kata mbak Anna. "Ya sama–sama Mbak, Mbak juga hebat...", jawabku. "Oh ya kita pulang bareng aja yuk", ajaknya."Oke...", jawabku singkat, setelah menelepon teman kami yang masih ada dilokasi, kami pun pulang bareng.
Dalam perjalanan pulang mbak Anna banyak bercerita tentang keadaan suaminya yang sering meninggalkan dia untuk tugas jadi dia merasa kesepian. Dan setelah kejadian itu kami jadi semakin akrab tetapi tetap menjaga diri didepan orang orang supaya tidak curiga terhadap kami. Dan kami sering melakukan hubungan badan tentu dengan variasi–variasi gaya bercinta yang membuat kami kenikmatan.
Sampai pada akhirnya kami harus berpisah karena setelah tiga bulan suaminya kembali dan mengajak mbak Anna untuk pindah ke Papua. Namun sebelum keberangkatannya kami sempat melakukannya sampai beberapa ronde di hotel kecil di daerah Kaliurang. Sekarang mbak Anna telah pergi mengikuti suaminya yang betugas di Papua, namun kenangan indah yang kami jalani tetap terkenang dan terkubur selamanya karena hanya kami berdua yang tahu. Dan kami memutuskan untuk tidak berhubungan lagi, untuk menjaga rumah tangganya agar tetap utuh. Dan aku masih disini untuk menunggu petualangan berikutnya... he... he...
Awalnya hubungan kami biasa saja, ya seperti teman biasa. Tapi itu semua berubah sejak kami melakukan sebuah perbuatan yang seharusnya tidak kami lakukan. Pada suatu siang kami sedang ngobrol di kantor sambil menunggu hujan reda karena hujan sedang turun cukup deras. Kami mengobrol panjang lebar tanpa ada yang mengganggu karena kebetulan kantor lagi sepi karena beberapa teman sedang meninjau lokasi event musik yang akan kita adakan beberapa hari lagi. Obrolan kami semakin panjang sehingga menyentuh pada hal – hal pribadi, yang lebih mengarah ke seks.
"Eh Restu, kamu sudah punya cewek belum sih? Kok ngga pernah lihat kamu sama cewek...", kata mbak Anna. " Udah putus mbak, dan sekarang lagi menikmati ngejomblo..", jawabku. "Oh gitu ya... Aku kira kamu nggak doyan sama cewek... he... he...", canda mbak Anna. "Enak aja emang aku Homo apa... Boleh dicoba kalo mau..", balasku dengan nada canda. "Yee... Maunya tuh... Emang kamu pernah melakukan hubungan intim sama cewek?", tanya mbak Anna padaku. "Jujur aja sih, pernah beberapa kali tapi bukan sama mantanku", jawabku. "Trus sama siapa donk?", tanyanya lagi. "Sama teman dan kita lakuin buat have fun aja", jawabku lagi.
Tiba-tiba entah setan dari mana yang menyuruh mbak Anna bicara sehingga membuat aku terkejut setengah mampus mendengar kata–kata yang keluar dari mulutnya. "Eh Res, kamu pernah Nggak ngerasain ngentot dengan orang hamil?" Dengan setengah heran aku jawab, “belum pernah tuh mbak, emangnya kenapa?" "Enggak kalau belum pernah, kamu mau Nggak nyobain", tanyanya. "Emangnya mau nyobain sama siapa...?", tanyaku. "Ya sama akulah, masa sama kebo bunting sih..", jawabnya dengan santai. Bagai disambar petir 17 kali, aku kaget serasa tidak percaya kalau kata–kata barusan keluar dari mulut mbak Anna. " Mak..sud.. Mbak kita berdua ngelakuin hubungan intim gitu ??", tanyaku dengan keterkejutanku yang belum reda. "Iya... Mau Nggak ??", jawabnya singkat. Dan yang membuat ku lebih terkejut lagi dia tiba–tiba sudah ada beberapa senti didepan wajahku dan aku dapat langsung mencium aroma wangi nafasnya. Tanpa menunggu jawabanku mbak Anna langsung melumat bibirku "hpmmem...", akhirnya jiwa laki–laki normalku terusik juga, akupun membalas lumatan bibirnya. "Wah buas juga nih mbak Anna nafsunya", batinku. Dan tanganku mencoba untuk bergerilya didadanya yang membusung kencang. "Ahh... Res... Aya remas sayang... Buatlah sesukamu puaskan akuu..", bisiknya.
Kamipun saling melumat dengan liar dan tanganku pun semakin aktif kedaerah sensitifnya. Aku tuntun dia ke sofa yang ada disudut ruangan dan aku rebahkan dia disitu sambil tanganku melucuti baju yang ia gunakan. Maka terpampanglah dihadapanku sebuah pemandangan yang membuatku kian bernafsu, terlihat sepasang payudara yang masih terbungkus BH warna coklat muda. Lalu kutarik BHnya turun agar aku dapat melihat isi apa yang terkandung didalamnya. Tampaklah duah buah bukit kembar yang mengacung kencang dengan dihiasi putting yang berwarna merah kecokelatan, dengan guratan urat halus yang berwarna kehijauan yang tergurat disekitar bukit itu. "Lho... kok Cuma dilihatin aja sayang... Ayo donk dihisap...", kata mbak Anna waktu melihat aku yang termenung melihat payudaranya. Akupun mulai menghisap serta memilin – milin putingnya dengan lidahku, diapun mendesah kenimatan.
"Sshh... Aahh... Enak sayang... Ayo terusinn...". Aku pun semakin meningkatkan seranganku dengan menarik turun celana dalam yang masih digunakannya, mbak Anna pun membantu dengan mengangkat sedikit pantatnya yang montok sehinnga celana itu pun terlepas. Maka tampaklah sebuah gundukan berbentuk seperti kue apem yang merekah. "Wow bagus banget mbak, habis dicukur ya mbak bulunya??", komentarku dan dia hanya tersenyum. Tanpa menunggu lagi langsung kudekatkan wajahku kearah vaginanya yang telah berair itu dikarenakan oleh nafsunya yang telah memuncak. Tercium iaroma khas vagina yang membuat kontolku semakin berdenyut dalam celanaku. Dengan buas aku pun melumat vaginanya, ku mainkan klitorisnya yang berbentuk seperti kacang. "Ahh... Enak sayang... Terus jilatin memekku...", kata mbak Anna. Setelah puas memainkan memeknya, aku pun berdiri untuk melepaskan celana dan bajuku. Maka tersembullah kontolku yang telah mengacung keras."Wah gede juga punyamu, lebih besar dari punya suamiku...", kata mbak anna setelah melihat torpedoku. Padahal aku sendiri merasa kontolku biasa aja kalau berdiri cuma 17 cm dengan diameter kurang lebih tiga cm. Dia pun meraih kontolku lalu mengulumnya dengan dengan buas. "Ahh... Mantap mbak isepannya... Aahh..", aku dibuat blingsatan. Setelah beberapa saat dia pun menyudahi hisapannya dan mulai mengarahkan kontolku ke memeknya. "Ayoo masukin sayang aku dah nggak tahan lagi nih pengen kamu entot...", Dan akhirnya "bblleess...", masuklah kontolku kedalam memek hangatnya. "Ahh... Pelann sayangg... Sakitt..." Aku pun mendiamkan sebentar untuk merasakan kontraksi dari vaginanya. Lalu dengan perlahan aku pun mulai memompa kontolku, mbak Anna pun mendesah kenikmatan, "Aahh... Aahh... Ayo goyang terus sayangg...". Setelah beberapa detik akupun menghentikan gerakanku, kucabut kontolku dan ku balikan badannya kutusuk memeknya dari belakang sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya. "Ahhh... Ahh yang pelan aja jangan keras–keras ntar kena anakku yang didalamm perut", kata mbak Anna. Ya aku pun baru sadar kalau yang kusetubuhi saat ini adalah orang hamil. Setelah beberapa menit tiba–tiba mbak Anna berkata, "Ssayyangg cepett aakkuu mauu kellluuaarrr..." "Iya mbak akuu juga, kita keluar bareng ajaa", timpalku. Selang beberapa detik Mbak Anna pun mengerang panjang, "Aaaahhhh... Aaakkuuu keluar sayang..." Dan aku merasakan jepitan memeknya yang mengencang disertai dengan keluarnya cairan hangat membasahi kontolku. Aku semakin mempercepat gerakanku dan akhirnya aku merasa seperti ada yang mendorong ingin keluar, aku pun bertanya pada mbak Anna. "Mbak aku mau nyampai nihh, mau dikeluarin dimana?" "Didalam aja sayang, nggak apa apa kok..." Dan dengan sekuat tenaga aku pun melepas air kenikmatanku kedalam rahimnya yang berisi itu.
"Aaahhh...mmbbaakkk...croott..croott...". Akhirnya aku nyampai juga, kami pun terkulai lemas aku memeluknya dari belakang. Sempat kulihat cairan kami yang menjadi satu keluar menetes disela–sela paha putih mbak Anna. Setelah beberapa detik melepaskan ketegangan, kami pun mulai membereskan diri kami yang amburadul. Tak terasa kami telah bergumul kurang lebih hampir satu jam, untung tak ada orang yang melihat. Kalau ada mampus deh aku. "Res, thanks ya kamu hebat bisa buat aku ngos–ngosan nggak karuan..,", kata mbak Anna. "Ya sama–sama Mbak, Mbak juga hebat...", jawabku. "Oh ya kita pulang bareng aja yuk", ajaknya."Oke...", jawabku singkat, setelah menelepon teman kami yang masih ada dilokasi, kami pun pulang bareng.
Dalam perjalanan pulang mbak Anna banyak bercerita tentang keadaan suaminya yang sering meninggalkan dia untuk tugas jadi dia merasa kesepian. Dan setelah kejadian itu kami jadi semakin akrab tetapi tetap menjaga diri didepan orang orang supaya tidak curiga terhadap kami. Dan kami sering melakukan hubungan badan tentu dengan variasi–variasi gaya bercinta yang membuat kami kenikmatan.
Sampai pada akhirnya kami harus berpisah karena setelah tiga bulan suaminya kembali dan mengajak mbak Anna untuk pindah ke Papua. Namun sebelum keberangkatannya kami sempat melakukannya sampai beberapa ronde di hotel kecil di daerah Kaliurang. Sekarang mbak Anna telah pergi mengikuti suaminya yang betugas di Papua, namun kenangan indah yang kami jalani tetap terkenang dan terkubur selamanya karena hanya kami berdua yang tahu. Dan kami memutuskan untuk tidak berhubungan lagi, untuk menjaga rumah tangganya agar tetap utuh. Dan aku masih disini untuk menunggu petualangan berikutnya... he... he...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar