Jum'at kali ini adalah hari yang paling melelahkan setelah deadline demi deadline, meeting demi meeting dan ditutup dengan klien yang 'sulit', ditambah lagi dengan undangan pesta berakhir pekan yang tidak bisa aku penuhi, karena harus tinggal dikantor sampai tengah malam. Komplit sudah akhir minggu yang menyebalkan. Apalagi kalau membayangkan kawan-kawan yang berpesta, tambah menyesakkan dada, pesta yang pasti wow! Boosters, music and girls, kombinasi kenikmatan duniawi yang selalu jalan beriring sejak jaman Mesir kuno. Mau bilang apa? Tanggung jawab kerja memang harus selalu nomor satu di atas segalanya.
Sementara menungu rekan-rekan desainer menyelesaikan pekerjaannya, kulanjutkan membaca karya klasiknya Frederick Forsyth "The Negotiator" yang baru kubaca beberapa halaman. Kenikmatan membacaku terusik dengan bunyi HP.. hmm pasti kawan-kawan di pesta, hanya tertera nomor di layar HP, tanpa nama, dengan rasa enggan kutekan tombol 'yes'."Halo..", sapaku, hening tidak ada jawaban. "Halo..", sapaku lagi. "Selamat malam. Nngg.. Ini dengan Dio?", baru terdengar suara dari seberang sana, suara wanita! "Ya, dengan siapa ini?""Mm.. Cleo" "Cleo? Yang bener. Kok nomornya nomor Jakarta. Kamu ada di Jakarta?", aku surprise! "Iya, pa kabar?" "Baik. Pa kabar juga? Kok ga cerita-cerita sih kalo akan ke Jakarta?", aku masih belum percaya itu suara Cleo. "Hehe.. mau bikin surprise", jawabnya singkat. "Ohh.. gitu ya. Terus sampai kapan? Ketemu dong.." "Sampai hari ini. Besok pulang". "Lho kok cepet. Ketemu dong, Cleo..". Sesaat kembali hening, sepertinya Cleo bingung menjawab permintaanku. "Halo.. masih di situ? Ayo dong, pleasee..", pintaku lagi dengan memelas. "Ok then. Temui aku besok malam di cafe di bawah ya", jawabnya sambil menyebutkan nama hotel tempatnya menginap dan cafe yg dimaksudnya. "Ok, sampai ketemu besok", aku memastikan, lega mendengar jawabannya. "Yes!", gumamku senang setelah menekan tombol 'off'.
Pertama kali aku melihat namanya di 17thn, dia, Cleo, 28, seorang senior marketing executive dari negeri 'Singa'. Sebagai penggemar situs itu banyak sudah cerita yang kubaca, tapi cerita Cleo sangat berbeda. Cerita-ceritanya seakan merefleksikan pribadinya dengan lugas, blak-blakan dan 'wild'. Timbul pertanyaan dalam diriku, apakah yang diceritakannya itu 'true story' atau hanya kreatifitas sebagai luapan dari 'sexual drive' yang tinggi? Sudah tentu aku langsung melayangkan email, memperkenalkan diriku sekaligus menanyakan hal tersebut. Tidak disangka emailku dibalasnya, tapi Cleo tidak pernah menjawab pertanyaanku, akupun tidak pernah bertanya lagi, mungkin ia enggan menjelaskannya. Sejak itu kami sering berkomunikasi lewat email, Semakin lama aku dan Cleo semakin akrab, sampai-sampai kehidupan 'tempat tidur' pun kami ungkapkan. Suatu kali Cleo menyarankan agar aku juga menulis cerita berdasarkan pengalaman-pengalamanku.
Enggan juga pada awalnya, tapi Cleo selalu memberikan dorongan untuk mencoba, akhirnya, di sela-sela kesibukan kucoba juga menulis dan Cleo menjadi 'mentor'ku, hingga terbitlah 'karya' pertamaku di 17thn berjudul 'Bandung Lautan Birahi' yang mendapat tanggapan positif dari para pembaca karena 'karya'ku mendapat rate tiga setengah bintang. Lumayan bagi pemula sepertiku, komentar Cleo di-emailnya. Terima kasih Cleo dan terima kasih juga kepada pembaca yang telah memberikan nilai.
Esoknya, pukul 7 malam, aku sampai di hotel tempatnya menginap. Kutelepon dia untuk memberitahu kedatanganku. "Hello..", suara halus Cleo menyapa. "Cleo.., aku sudah di bawah.""Aku tunggu, ya", sambungku lagi. Beberapa menit menunggu di sudut kafe, kulihat sosok wanita tinggi semampai mengenakan rok sportif putih sedikit di atas lutut dan atasan berwarna putih.., ketat, kelihatan mencari-cari. Cleo!, akupun berdiri dan melambaikan tangan ke arahnya. Cleo membalas dengan lambaian kecil dan menuju ke arahku. Walaupun aku sudah pernah melihat fotonya namun tak urung aku tercekat juga melihat diri aslinya! Putih, tinggi 170 dengan atasan yang ketat seakan tidak mampu menahan tonjolan dadanya! ditambah dengan rambut pendek 'wet look' kemerahan membuat penampilannya jauh lebih sexy daripada fotonya."Hai.. Cleo..", Ia mengulurkan tangan dengan senyum paling manis yang pernah kulihat. "Dio..", balasku sambil menyambut uluran tangannya. Kutarik kursi supaya ia bisa duduk dengan mudah. "Terima kasih..", ujarnya sambil menatapku. Agak sedikit 'grogi' juga dengan tatapannya, hanya sesaat. Setelah itu dengan lancar kami berbicang-bincang. Mungkin karena pekerjaan kami yang walaupun berbeda namun sebenarnya masih 'satu jalur' sehingga membuatku mudah berkomunikasi dengannya. Suasana kemudian mengalir dengan lancar, tidak lagi kaku.
Setelah memesan makanan penutup, aku mulai mengarahkan perbincangan ke cerita kami di 17thn. "Jadi.., cerita-cerita kamu itu terjadi beneran atau sekedar fantasi kamu saja?", pertanyaan yang tidak pernah dijawabnya dalam email akhirnya kutanyakan langsung. "Mm.. ada deh..". "Kok ada deh.. rahasia segala sama aku". "Mm.. memangnya kenapa?". Dengan agak hati-hati, aku bertanya, "Beneran udah pernah ngerasain dildo?". "Hahahahaha.." tawanya terlepas. "Uppss.. sorry, aku nggak bermaksud ngetawain pertanyaan kamu, lho..", sambungnya. "Jadi?", terus kukejar untuk mendapatkan jawabannya. "Mm..", dia bermain 'hard to get' hingga benar-benar membuatku penasaran. "Tuh kan, sengaja ya, ngulur-ngulur?". "Iya..", sahutnya sambil menahan tawa, uuhh.. wajahnya membuatku semakin gemas. "Jadi?", tanyaku ingin lebih memastikan.
Ia mengangguk sambil menikmati es krim dengan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. "Kok ngangguk aja?", semakin gemas aku melihat mimiknya yang menggoda. "Udah", akhirnya! Terjawab sudah tanda tanya yang selama ini menggantung di kepalaku. "Wow!.. rasanya sama nggak dengan yang asli?", tanyaku. "Hampir.. tapi enakan yg asli dong". "Enaknya?". "Enaknya.. kalo yang asli bisa terasa banget pas membesar, siap-siap meluapkan isi", jawabnya sambil melirik, mungkin ingin tahu reaksiku. "Juga.. bisa bikin kelojotan si empunya karena dihisap-hisap punyaku", tambahnya dengan sikap wajar. Gila! Cool banget, aku sendiri sudah gelisah dengan pembicaraan yang mulai mengarah ke erotis.
Dengan hati-hati kudekatkan tubuhku seraya mengelus halus lengannya. "Punyaku juga bakalan seneng banget kalo dihisap-hisap", ujarku setengah berbisik. "Juga..", lanjutnya mengabaikan ucapanku sambil mengangkat sendok yg berisi penuh es krim ke mulutnya. "Enaknya.. aku bisa merasakan cairan kenikmatan si empunya", ujarnya sambil menjilat es krim dari sendok secara perlahan-lahan. Wow! Gerakan lidahnya saat menjilat es krim membuatku meradang.
"Kalo dildo, mana punya cairan yang sangat kunikmati itu", sambungnya lagi. Aku benar-benar menelan ludah melihat semua itu, kuangkat gelas rum cola-ku meminum isinya untuk menenangkan diri. "Kamu sendiri, udah pernah lihat atau pakai dildo?", tanyanya. "Belum.. eh ngga.. untuk apa?", terkejut dengan pertanyaannya, membuatku terbata-bata. "Siapa tahu.. hehe..", kerlingnya nakal. "Wah nggak deh. Aku masih normal kok". "Ohh.." "Mau lihat?", sambungnya lagi. "Mau lihat? Kamu bawa?", sahutku lebih terkejut lagi. "Yah, namanya jalan sendirian. Sibuk terus, nggak ada waktu, ya self service lah", jawabnya ringan. Betul, seperti dugaanku ia memang seorang yang blak-blakan. "Di kamar?", tanyaku masih tidak percaya akan ajakannya. "Ya, iya lah. Masak di rumah.. mau lihat nggak?", tanyanya lagi melihat kebingunganku. "Mau dong..!", jawabku pasti, setelah yakin ajakan itu bukan basa-basi. "Ke kamarku yuk..", ajaknya kemudian.
Setelah menyelesaikan pembayaran, kami menuju ke kamarnya. Kekecewaanku karena tidak bisa memenuhi undangan 'wild party' kawan-kawanku seketika terobati. Sudah terbayang apa yang akan terjadi di kamarnya, membuat birahiku perlahan merayap ke bagian sensitifku, menegang! Di lift, kami tidak hanya berdua, kugunakan kesempatan itu untuk berdiri sangat dekat ke tubuhnya seraya memeluk pinggangnya. Cleo menggeser lebih mendekat, kupeluk ia lebih erat. Begitu dekatnya hingga dapat kucium parfum yang digunakan di belakang telingannya, membuat birahiku semakin menggelegak lagi. Sampai di pintu kamar aku sudah tak tahan, sementara Cleo berusaha membuka pintu, kupeluk dia dari belakang dan kucium tengkuknya.Sampai di dalam, kukecup bibirnya dengan penuh perasaan. Cleo memejamkan matanya menikmati kecupanku. Tiba-tiba Cleo mendorong tubuhku. "Katanya mau lihat dildo", ujarnya sambil mengajakku berjalan ke sofa. "Nanti aja, yang ini lebih asyik", sambil kuraih mukanya dengan kedua tanganku dan kembali kecupan-kecupanku mengalir!. "Nakal ya..", ucapnya."Aku buka ya kemejanya", lanjutnya membuatku terkejut, tapi kuturuti saja apa maunya. Kulepas genggaman di mukanya, Cleo dengan leluasa membuka kemejaku. Kutatap ia dengan kebingungan, permainan seperti apa yang akan dilakukannya? Gumamku dalam hati. "Tunggu sebentar ya..", ujarnya sambil memberiku sun jauh dan menuju ke kamar mandi.
Cleo keluar dengan mengenakan kemejaku yang terlihat kebesaran di badannya, tiga kancing atas dilepas membuat belahan buah dadanya mengintip serta puting yang membayang! Pemandangan yang mencekat tenggorokan! Aku masih bersandar di sofa menanti dengan sabar dan penasaran. Cleo menjauhkan meja di depanku dan menarik kursi kerja kemudian diletakkan di depanku, kira-kira dua kali jangkauan tanganku. Apa yang sedang dilakukannya?, pikirku sambil terus memandangnya dengan tanda tanya yang besar. "Mau lihat aku dance di depanmu?", tanyanya. "Great.. mau dong", ujarku dengan antusias, terbayang sudah apa yang akan terjadi. "Duduk aja di situ ya. Boleh nonton tapi nggak boleh pegang", kerlingnya nakal. "Yaa.. kok nggak boleh", protesku. "Yah, mau lihat nggak?", nadanya sedikit mengancam.
Sedikit kecewa, tapi aku mengangguk saja. Dikeluarkannya lempengan CD dari dalam tas, dipasang di laptopnya, mengalunlah musik. Kompilasi Cafe del Mar! Favoritku, Cleo sepertinya telah mempersiapkan semua ini. Ia melangkah ke arah kursi dan duduk di depanku. Hentakan-hentakan musik mulai membahana. Digoyangnya badannya mengikuti irama, sambil menatapku tajam. Tangannya mulai bergerak. Berawal dari mulut, dibasahinya bibirnya dengan jilatan lidah yang erotis. Dimasukannya jari-jari tangannya. Dihisapnya perlahan, melirik nakal ke arahku, dan.. "sshh aahh.." desahnya lirih. Diturunkannya tangannya ke bawah secara perlahan, menyusuri tubuhnya. Bergerak lambat dan berhenti di bongkahan dadanya. Diremas-remasnya dengan gerakan yang erotik. Tangannya kembali bergerak ke bawah, melewati perut, dan.. terus semakin ke bawah.
Cleo menatapku dengan pandangan sayu. "Sshh.. oohh..", mulutnya kembali mendesah, kali ini tidak lirih lagi! Aku yakin birahi telah menyergap dirinya. Dibukanya kakinya lebih lebar, dijinjitkannya seirama dengan hentakan musik, ujung kemejanya semakin tertarik ke pangkal pahanya. Diangkatnya kaki kanannya, mengarah ke sela-sela celana panjangku hingga menampakkan paha mulusnya. Dengan ujung-ujung jari kaki, diusap-usapnya bongkahan di celanaku perlahan-lahan. Ingin kutahan kakinya agar lebih lama mengusap-usap, tapi keburu ditariknya dengan halus sambil tersenyum manis. Cleo terlihat sangat menguasai permainan ini hingga membuatku ingin menerkamnya! Kemudian dibukanya sisa kancing kemejanya. Satu demi satu, sangat perlahan. Dibiarkan tanpa melepaskan, sebagian dadanya mengintip dari balik kemeja. Aku pun bisa melihat celana dalam miniya dengan lebih jelas. Disandarkannya tubuhnya ke kursi di hadapanku. Kakinya semakin terbuka lebar, pantatnya diletakkannya di ujung kursi. Dikibaskannya ujung kemeja, hingga celana dalamnya lebih terlihat.
Diusap-usap celana dalamnya dengan perlahan, seirama musik yang masih mengalun. Kepalanya tengadah disandarkan ke kursi, seakan ia menikmati usapan-usapannya sendiri. Desahannya bertambah keras. Posisinya membuat dadanya membusung, meskipun putingnya masih tertutup kemeja, membuatku menelan ludah. Kubuka resleting celana, akupun mulai mengusap-usap kejantananku yang sudah membesar. Tatapannya semakin sayu, gerakannya semakin menjadi, bak striptease professional. Kutatap Cleo dengan pandangan membara. Perlahan ia berdiri, dibalikkannya tubuhnya, kemeja diturunkannya hingga di ujung tangan, dibiarkannya meluncur begitu saja. Lepas! Terlihat punggungnya yang putih bersih. Ditundukkannya badannya, tangan kirinya memegang ujung kursi, diarahkannya pantatnya ke mukaku. Sambil tangan kanannya mengusap-usap perlahan. Disini aku sudah tidak tahan lagi hingga kugigit kecil bongkahan pantatnya.
"Oughh..", pekiknya terkejut. "Eh.. kan nggak boleh nyentuh", ujarnya protes. "Tega banget sih, Cleo", suaraku memelas, kembali senyum nakal terukir di bibirnya. Digeserkannya kursinya menjauh. Dihempaskannya pantatnya ke pangkuanku. Kubuka kakiku lebih lebar. Digoyangkannya pantatnya berputar-putar menggesek-gesek kemaluanku yang telah mengeras seperti batu. Cleo semakin terhanyut dengan gerakan-gerakannya yang mungkin hanya Inul yang mampu melakukannya.
Akupun tak lagi sanggup menahan desahanku. "Ssff.. uuhh..", desahku tertahan. Aku tak tahan ingin segera menyentuh kewanitaannya, aku memintanya dengan penuh harap dan.., Cleo mengijinkan permintaanku. Jari-jariku menjamah kewanitaannya yang sudah basah dan menggesek-gesek klitorisnya dari balik celana dalamnya. Cleo menggelinjang. Gerakannya semakin bertambah, membuat gesekanku semakin cepat. Tanganku yang lain meremas-remas buah dadanya yang kenyal. Nafasku memburu penuh birahi. Cleo rupanya sudah tahan lagi. Dibalikkannya badannya. Terbawa gairahnya yang membara, dijilatnya mukaku dengan tak beraturan. Dikecupnya, dijilatnya. Akupun turut larut terbawa nafsunya. "Lick me.., lick me..", pintaku di tengah-tengah jilatannya. Dijilatnya telingaku, digigitnya perlahan kemudian dihisapnya keras-keras. Dijilat-jilatnya bibirku tanpa mencium. Lidahnya bergerak-gerak jalang dengan birahi semakin memuncak. Aku memintanya untuk menjilat lebih ke bawah, lidahnya mulai turun menjilat leherku dengan penuh nafsu. Semakin turun, dadaku menjadi bulan-bulanan lidahnya yang semakin liar. Gigitan kecilnya di puting susuku membuat nafsuku semakin menjadi-jadi. "Ssff.., Cleoo.., aaugghh.., more.., moree.."
Perutku tak lepas dari jilatannya dan semakin kebawah. Celanaku dibukanya dengan tergesa-gesa seolah ingin segera mendapatkan isinya! Begitu celana dalamku dibukanya, keluarlah kejantananku yang sudah membesar. Cleo kembali melanjutkan jilatannya, tidak langsung ke batangku. Dijilatnya dengan halus bawah perutku. Diangkatnya batang kejantananku dan ditempelkannya ke perutnya. Dijilatnya buah kenikmatanku. Dikulumnya halus, dibiarkannya di dalam mulut tanpa dihisap. "Aaghh..", akupun memekik karena nikmatnya. Dibukanya kakiku lebih lebar dan kembali menjilat buah kenikmatanku. Aku mendesah sambil terus mengelus-elus rambutnya. "Want me to lick your dick?", tanya Cleo menggoda. "Pleassee..", hanya itu yang mampu kukatakan. Batang kejantananku dijilatinya lembut centi demi centi. Aku kembali memekik merasakan kehangatan lidahnya. Seluruh kejantananku habis dijilatinya dan semakin lama jilatannya berubah menjadi jilatan rakus. Dan akhirnya.., semua batang kenikmatanku ditelan dalam-dalam ke mulutnya. "Aauugghh..", aku memekik keras merasakan sensasi mulutnya. Dihisapnya kejantananku dalam-dalam, keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk. "Suck it.., suck it..", pintaku dengan birahi yang semakin menggelegak. Permintaanku rupanya membuat Cleo semakin garang hingga dia menghisap sekeras-kerasnya dan dengan rakusnya. "Goodd..", aku semakin terhempas ke dalam kenikmatan.
Kupegang kepalanya. Cleo mengerti, dibiarkannya aku mengatur kecepatan keluar masuk batangku di mulutnya. Kutekan-tekan kepalanya. Semakin lama semakin dalam masuk hingga menyentuh dinding belakang mulutnya. Membuatku semakin menggila. "Ssff.. STOPPPPP..! I'm going to cum in your mouth!". "Pleasee, pleasee, pleasee..", Cleo merengek ingin terus menghisap. "Allrightt.. another minute", kupenuhi keinginannya. "Pleassee..", rengeknya lagi. "You want it.., here..! I fuck your mouth..", ucapku brutal. Aku semakin mempercepat tekanan tanganku di kepalanya. Cleo tidak tinggal diam, lidahnya ikut bergerak-gerak dengan binal di batangku. Oouughh.. nikmatnya. Semakin lama semakin basah mulutnya, ludahnya berjatuhan keluar dari mulutnya. Gerakan tanganku di rambutnya juga semakin tidak beraturan.
"Fuck..fuck..fuckk..you really really a BAD GIRL..BITCH..COCK EATER!" pekikku semakin brutalCleo tambah menggila mendengar pekikanku, hisapannya semakin menjadi-jadi. Sesaat kemudian, kuhentikan permainan oral paling nikmat yang pernah kurasakan. Cleo benar-benar liar! Kubawa ia ke tempat tidur. Kurebahkan badanku, dan meminta Cleo berlutut di atas mukaku. Celana dalam mininya masih belum terlepas. Kuselipkan jariku dari samping celana dalamnya. Kuusap-usap kewanitaanya dengan lembut. Pinggulnya bergoyang-goyang—mengikuti usapan2ku dikemaluannya—sambil meremas-remas dadanya sendiri. Cleo sudah dicengkram birahinya. Kumasukan jariku kelubang kenikmatannya yang semakin basah. Kugerak-gerakkan jariku dengan ibu jari menggesek-gesek klitorisnya. Tubuhnya bergoyang-goyang keras hingga akhirnya lemas. Rubuh disampingku.
"Pleasee lick it, Dio.. Dio..", Cleo menghiba dengan masih tergeletak di sampingku. Aku bangkit dan menarik penutup terakhir di tubuhnya hingga menampakkan gundukan kewanitaannya yang diselimuti bulu-bulu yang terawat rapi. Sangat menggairahkan! Cleo membuka pahanya hingga seluruh kewanitaannya yang kemerahan segera saja kuterkam. "Ooughh..", jeritnya nikmat ketika lidahku menjilat-jilat lubangnya. Kubuka lubangnya dengan jariku. Kumasukkan lidahku, menjilatnya dengan rakus. Mulutkupun bergerak liar menghisap dan mengigit-gigit kewanitaannya. "Aaccchh..", badannya bergetar tak tertahankan karena merasakan kenikmatan mulutku.Aku sangat menikmati vaginanya, bahkan hidungku pun kumasukkan. Cleo terkejut sesaat, tapi kemudian malah menekan-nekan kepalaku. Permainan yang sangat liar. Aku memintanya menekan-nekan terus. Bagai kesetanan, aku kembali menjilat-jilat kewanitaannya dengan jalang. Kurasakan Cleo semakin tak tahan dengan kenikmatan itu. Semakin garang aku menyantap daging lembut di sela pahanya, semakin membawanya ke titik puncak. Kurasakan hentakan-hentakan pinggulnya yang semakin keras, semakin liar hingga akhirnya.."Dioo.., akuu.., keluaarr.., aagghh..", Cleo menggelinjang hebat. Menghentak-hentak, menjambak rambutku, menekan kepalaku agar tidak terlepas dari segitiga venusnya. Hingga akhirnya ia terhempas lemas. Dari sela-sela pahanya, kupandang Cleo tanpa berkedip. Iapun memberikan senyuman. Senyumannya yang paling manis.
Kami masih sama-sama berbaring di tempat tidur. Saling berpelukan dan kepalanya disandarkan di dadaku. Beberapa saat kemudian Cleo bangun perlahan. Diambilnya dildo dan oil dari tas. "Nih dia.., coba deh.., elus-elus hehehe..", disodorkannya dildo itu ke arahku. "Itu untuk apa?", tanyaku sambil melihat oil. "Supaya melicinkan jalan..", kerlingnya nakal. Cleo merebahkan diri lagi di sampingku. "Gimana?", tanyanya ingin tahu. Aku tersenyum, sambil terus memperhatikan dildo tersebut dengan teliti. "Kamu nakal juga ya di tempat tidur", ujarnya kemudian. "Tapi suka kan..", balasku sambil meletakan dildo dan oil di kasur. "Bad boy sihh.." "Kan bad boy nggak bakal jadi kalo nggak ada bad girl-nya", sambil tanganku mengelus-elus dadanya dan memberikan remasan. "Yee.. dasarnya aja udah bad bad boy", ujarnya sambil sedikit bangun hingga aku bisa melihat wajahnya. "Coba bilangnya deketan lagi?" "Badd boyy..", didekatkannya wajahnya. "Lebih dekett.." "BAADD BOOYY..", wajahnya semakin mendekat.
Kutarik kepalanya dan kucium bibirnya dengan lembut, penuh perasaan. Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, bermain dengan lidahnya. Sementara tanganku meremas bongkahan pantatnya perlahan. Kurebahkan Cleo kembali ke sisiku. Ciumanku bergeser ke bawah, ke lehernya. Kujilat perlahan. Kembali lagi ke telinganya, lidahku menari-nari di dalam telinganya. Dan menyedot perlahan ujungnya. Elusanku di dadanya berubah menjadi remasan. Ciumanku berlanjut turun ke pundak, ke dadanya. Kujilat putingnya perlahan dan kuhisap keras. Tanganku yang lain mengelus-elus vaginanya yang mulai basah lagi.
"Oouughh..", desahnya sambil tangannya mengacak-acak rambutku, Cleo kembali memanas.Jariku semakin lincah bermain di vaginanya. Dibukanya kakinya lebih lebar. Cleo terlihat sangat menikmati hisapan di dadanya dan tusukan jariku yang semakin dalam masuk ke vaginanya. Ia mengerang keras. Aku semakin mempercepat permainan jari-jariku hingga membuat tubuhnya menggelinjang. "Yess.. give me all..", erangnya lagi. Aku sangat menyukai erangannya yang sedang diselimuti birahi. "Moree.., honey.., more.., yeaach.., shiitt.., I want it.., I want it.., moree Dio pleassee..", pekiknya ketika jari keduaku juga masuk ke dalam lubang kenikmatannya. "Aaghh.., I want to fuck you. BAD GIRL!" "Pleasse pleasse.., fuck me.., fuck me.."
Kubalikkan tubuhnya. Kutarik pinggangnya hingga posisinya menungging. Kujilat vaginanya dari belakang kemudian ke lubang anusnya, kembali lagi ke vagina begitu berulang-ulang. Kemudian, kumasukkan ujung lidahku ke lubang anusnya. "Feelss goodd..", lagi-lagi Cleo memekik. Lidahku masih berputar-putar di anusnya, dan dua jariku masuk lagi ke vagina. Erangannya semakin menjadi-jadi. "Ooghh.. moree.. I want your dickk pleassee..", pintanya memekik. Kuarahkan batang kejantananku ke vaginanya yang kembali basah. Kumainkan sebentar di mulut kewanitaannya, dan.., bless.., oughh.. nikmat sekali, kurasakan kewanitaannya menjepit kejantananku, kemudian kugoyangkan perlahan. Kuusap pantatnya, kuremas-remas. Kemudian kumasukan ibu jariku ke lubang anusnya. Kupraktekkan apa yang sering kubaca dalam ceritanya di 17thn. Perlahan ibu jariku masuk ke anusnya, sementara genjotan di lubang vaginanya terus berlanjut. Tubuhnya bergoyang mengikuti irama sodokan batangku. Semakin lama semakin keras. Seirama gerakan ibu jariku yang semakin lama semakin dalam menancap di anusnya.
"More, more, moree..", teriaknya dengan birahi yang semakin tak terkendali. Nafsuku semakin memuncak mendengar teriakan Cleo. Ibu jariku kucabut, kuoleskan baby oil di lubang anusnya. Kuambil dildo dan kumasukkan dengan perlahan. "Aagghh.., yess..", erangnya. "Yeaa.., you like it? Dildo in your hole?!", seruku brutal, membuatnya semakin bernafsu. Kugerakkan dildo di anusnya, sementara dua jariku menggantikan kejantananku yang menyodok-nyodok kewanitaannya. "Oohh..", jerit Cleo. "More.., more.., fuck Mee..", jerit Cleo. "YOU BITCH! Feel IT!", pekikku sambil mengocok lebih keras. "Fuck your 2 holes.., hardd!", sambungku lagi sambil menancapkan jari-jariku dan dildo lebih dalam di kedua lubangnya. "Oohh goshh..", Cleo mengerang keras tak tertahan mengekspresikan kenikmatannya. Semakin keras aku menyodok kedua lubangnya, semakin Cleo menikmatinya. Pantatnya semakin ditunggingkan, seakan meminta lebih. Tidak kusia-siakan! Kusodok lebih keras lagi. "Fuck me.. fuck me all the way u wantt..", pekiknya merasakan kocokanku yang menggila.
Nafsu birahipun sudah semakin menguasai kami. Kucabut dildo dari anusnya, kuulaskan lagi sedikit oil dan akhirnya kuarahkan kejantananku ke anusnya. Kudorong perlahan, kemudian dengan sekali tekan, seluruh batangku masuk. "Ooughh.. nikmatt", jerit Cleo. Sangat nikmat tak terkirakan kurasakan kejantananku menyusuri lubang anusnya. Ditambah lagi dengan melihat Cleo yang menjadi liar menikmati permainan anal ini. Cleo memainkan vaginanya dengan jari-jarinya sendiri. Jeritan-jeritan kenikmatan Cleo tambah menjadi-jadi, akupun semakin jalang memainkan batang kejantananku. "Dioo.., agghh.., Dioo..", Cleo memekik-mekik membuatku semakin ganas menyodok lubangnya. "Dio.., aku mauu..", kurasakan getaran birahi yang memuncak. "Dioo.." "Tunggu sayangg.., aku jugaa..", seruku terbata-bata di tengah kenikmatan merasakan lubang anusnya.
Gerakanku bertambah cepat, bertambah liar dan bertambah ganas hingga dua tanganku menahan pinggangnya erat. Dan kutekan sedalam-dalamnya batangku seakan ingin menumpahkan sesuatu yang selama ini tertahankan. "Dioo.., akkuu..,, ke.., lu.., aarr..", Cleo tak kuat menahan lebih lama lagi semburan birahinya. Akupun begitu. "Aku jugaa.., aaghh..", jeritku panjang. Kurasakan cairan kenikmatanku menyembur-nyembur di anusnya. Betapa nikmat tak terkira. Sesaat masih kutahan pinggangnya untuk menuntaskan semburan akhir. Aaah, lemas! Kami sama-sama roboh tergeletak di kasur. Hening menyelimuti kami beberapa saat kemudian. Hingga akhirnya kami tertidur dalam kenikmatan.
Cleo masih tertidur saat aku bangun, kupandangi wajahnya yang menyungging senyum tipis."Selamat pagi", ucapku saat ia membuka mata sambil memberikan kecupan. "Pagi..", jawabnya sambil mengusap-usap wajah. "Enak tidurnya?", tanyaku sambil menarik tubuhnya ke dalam pelukanku. "Iyah.., haauw..", sambil menguap kecil. "Kamu?" "Enak dong, sayang. Apalagi abis main sama kamu", kecupan-kecupan kecilku mendarat lembut di wajahnya. "Iihh.., udah dong. Malu ah.., bau nih. Mandi yuk", Pelukannya terlepas cepat. "Yuk..", jawabku. "Huu.., cepet deh kalo diajak mandi", sambungnya manja.
Kami masih bercengkerama beberapa saat sambil menikmati sarapan, sebelum akhirnya beranjak menuju kamar mandi. Tak perlu lagi membuka baju. Kami tertidur dengan masih bertelanjang semalam. Aku masuk ke dalam shower terlebih dahulu. Setelah suhu air pas, kuulurkan tangan mengajaknya bergabung. Air hangat mengguyur tubuh kami. Di bawah kucuran air, tak henti-henti kucium bibirnya. Tanganku pun berkeliaran di tubuhnya. Aku ingin sekali 'main' sambil mandi, sengaja kuusap agak lama dadanya saat menyabuninya, perutnya dan kewanitaannya. Setelah itu ganti Cleo yang menyabuni tubuhku. Perlahan di setiap centi tubuhku. Hingga akhirnya sampai di penis yang sudah mulai membesar, Cleo berlama-lama. Mengusapnya halus, perlahan hingga membuat kejantananku semakin membesar."You naughty girl", bisikku sambil meremas-remas buah dadanya. "Suka sayang?", tanyanya berbisik. Bukannya menjawab, malah kulumat bibirnya sambil mendorong tubuhnya perlahan ke tembok. Badan kami masih penuh dengan sabun sehingga gerakan kami semakin licin. Kuremas buah dadanya lebih kencang, sementara kejantananku yang sudah kembali tegang kuselipkan di antara pahanya. Tapi kelihatannya Cleo tidak berminat untuk melakukannya di kamar mandi. "Enakan main di kamar.., sayang.., ya..?", ucapnya setelah berhasil lepas dari lumatan bibirku, sambil mengusap-usap halus batangku. Aku agak kecewa karena sudah membayangkan keliaran Cleo 'bermain' di bawah siraman shower. Walaupun kecewa tapi kuikuti keinginannya, sambil membersihkan busa sabun dari badan sambil tetap 'usaha' dengan menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya. Gagal juga!
Setelah mengeringkan badan, Cleo mengajakku duduk di tempat tidur. Ia berdiri di hadapanku, memperhatikan bagian bawahku yang masih sedikit tegang. Cleo berlutut di hadapan kejantananku dan mengelus-elus halus. "Bangun lagi, sayang..", ucapnya seakan berbicara dengan penisku. Dari elusan halus, dipegangnya batangku. Dijilatnya perlahan. Tidak terburu-buru seperti kemarin. Dimasukannya perlahan ke mulutnya. Dikulumnya halus sambil mengelus perlahan kedua buah zakarku. Kemudian batangku di kocok-kocok perlahan. "Aagghh.., enak sayang..", aku merintih keenakan. Cleo meneruskan hisapan yang begitu dinikmatinya. Membuat kejantananku membesar dan menegang. Puas dengan hisapannya, perlahan Cleo berdiri, mengajakku duduk di tempat tidur sambil bersandar di tembok. Ia duduk di pangkuanku berhadapan. Mulutnya meneruskan aktifitas di mulutku. Lidahnya menari-nari di dalamnya, menggapai-gapai lidahku yang tak kalah ikut berkeliaran nakal. Lengannya melingkar di leherku. Sementara tanganku mulai menelusuri tubuhnya yang sintal, diikuti oleh desahan-desahan hangatnya. Kuremas-remas bongkahan pantatnya dengan penuh gairah. Kuangkat tubuhnya perlahan, dan kejantananku perlahan kembali memasuki kewanitaannya.
"Aagghh..", bersamaan kami mengerang kenikmatan. Hanya sesaat karena kemudian kami lanjutkan dengan ciuman penuh gairah yang sempat terputus. Birahi Cleo kembali terbangun. Diputar-putarnya pinggangnya, tanpa melepas ciuman kami. Semakin lama badannya menegang, dipeluknya aku erat-erat. Badannya terhempas ke belakang karena terhentak oleh birahi yang mulai menguasainya. Dengan sigap kutahan tubuhnya. "Dioo.., agghh.." Kubantu gerakannya dengan menekan pinggangnya ke arahku. Cleo mendekatkan lagi tubuhnya, diatur kembali gerakannya. Naik.., turun.., naik.., turun.. "Dioo.., enak banget sayangg..", racaunya saat aku menjilat-jilat di pundak, di bahu dan di buah dadanya. Gerakan tanganku di pantatnya pun mulai meliar. Terkadang jariku bermain di lubang anusnya. Kumasukkan sedikit demi sedikit. Semakin dalam Cleo menekan batangku, semakin dalam jariku masuk ke anusnya.
Kemudian kuangkat kembali badannya. Kuarahkan kejantananku ke lubang anusnya dan.., kurasakan kembali kenikmatan lubang anus Cleo. "Aagghh..", lagi-lagi kami berbarengan mengerang. "Feelss fucking greatt..", Cleo mulai meracau, birahi kembali menguasainya. "Fucckk.., it's so greatt..", aku pun juga terbawa racauannya. "Youur dick is so greatt.., honeyy.." "Aagghh.. your ass so tightt.." Cleo semakin dalam mendorong pantatnya. Semakin cepat, semakin keras. "Nikmaatt.., Cleo.., nikmatt..", eranganku rupanya menambah gairahnya. Semakin menggebu-gebu Cleo menekan-nekan pantatnya. Jilatan-jilatan liarpun menerpa wajahku. Hunjaman kejantananku semakin menggedor-gedor anusnya hingga membuat Cleo kembali menggapai puncak klimaks. "Dioo.., aghh.., nikmatt", iapun terhempas ke belakang. Lagi lagi aku harus menahan beban tubuhnya. Cleo mengeluarkan kejantananku dari dalam lubang anusnya. Iapun lunglai di pelukanku. "Makasih Dio..", bisiknya.
Tanganku mengelus-elus punggungnya perlahan untuk memberikan kesempatan kepadanya beristirahat, menikmati kepuasan yang baru saja diraihnya. Kejantananku masih tegang. Cleo bangkit ke kamar mandi dan kembali dengan handuk basah hangat, dibersihkannya batang kenikmatanku dengan lembut. Cleo memintaku berbaring miring dengan satu kaki terbuka dan perlahan mulai menghisap kejantananku yang masih menegang sambil dikocok-kocoknya. Hisapan, jilatan, kocokan dan jari tangan yang mengelus halus anusku memberikan sensasi seksual yang luar biasa. "Can I.., put there honey", bisiknya. Cleo ingin memasukan jarinya ke anusku! Memainkan anus wanita pasanganku adalah bagian yang aku sukai, tapi anusku sendiri dimainkan belum pernah! Bingung, antara kuatir, ingin tahu dan tidak ingin mengecewakannya."You want it, honey..? Put then..!", aku seperti tidak percaya dengan ucapanku. Segera saja cleo meraih baby oil dari meja kecil di samping tempat tidur. Diusapkannya di lubang anusku, juga jari telunjuknya. Perlahan diputarinya mulut lubang anusku hingga menimbulkan rasa geli yang nikmat, hal yang belum pernah kurasakan sebelumnya. "Do it! NAUGHTY GIRL", aku tak tahan ingin merasakan lebih dari sekedar dielus-elus.
Cleo memasukan jarinya sebatas kuku, digerak-gerakannya perlahan di dalam. Dimasukannya lagi lebih dalam, hingga setengah jarinya, digerak-gerakannya lagi. "Aaghh..", aku mengerang.Aku merasakan sensasi seksual yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Cleo semakin antusias memainkan jarinya. Dimasukannya lagi lebih dalam, hingga jarinya masuk seluruhnya. Oohh.. nikmattnya. Semakin digerakkan semakin aku menjadi beringas, jarinya mulai mengocok-ngocok keluar masuk. "Yeaachh.., yeaach..! More.., moree.., suck my dickkk..!", aku meracau. Jari kanannya sibuk dengan anus sementara mulutnya kembali sibuk menghisap-hisap kejantananku. Jarinya semakin cepat keluar masuk dan mulutnya semakin beringas membasahi penisku. Aku dan Cleo semakin menikmati permainan ini. Birahi yang memuncak membuatku ingin mencoba lebih dari sekedar jari. "Cleo.., dildo.., cleo.., put it into my ass!", pekikku meminta.
Diraihnya dildo, diolesinya oil. Diarahkannya dildo itu ke lubang anusku. Diputar-putarnya perlahan, disapunya oil di mulut anusku kemudian didorongnya. Sebagian kepala dildo masuk ke anusku yang masih perawan. Cleo mendorong lebih keras lagi hingga seluruh kepala dildo masuk ke lubang anusku, terasa sedikit sakit, tapi tidak memadamkan keinginanku untuk meneruskan permainan ini. Cleo memahami, didiamkannya kepala dildo agar lubang anusku terbiasa, ia pun melanjutkan menghisap-hisap kejantananku. Hisapannya membuatku lupa dengan rasa sakit di anus. Birahiku menggelegak. Saat itu tidak disia-siakan Cleo, ia kembali menekan dildo lebih dalam ke lubang anusku. "Auughh..!", aku memekik. Merasakan dildo di dalam anusku, sulit dilukiskan sensasinya, aneh, perih, nikmat semua menjadi satu. Digerakannya dildo perlahan, keluar masuk, perlahan. Aku benar-benar menikmati, dipercepatnya gerakannya. Keluar masuk.., keluar masuk.., ougghh.., nikmatnya. Hilang sudah rasa sakit dan perihku. "Aagghh..", aku kian mengerang. "Fuck mee..! FUCK MEE..!", racauku.Cleo semakin mempercepat lagi kocokannya. Semakin dalam, semakin cepat. "Oohh..! You're so FUCKING.. BAADD..!"
Erangan-eranganku semakin membuat Cleo tak terkendali. "Fuckk.., fuck you hardd.., ouugghh..", aku pun ikut terbawa birahinya. "Cleo.., cleo..", kubuka kaki semakin lebar."EAT MY DICKK..!", aku mengambil alih dildo dari tangannya. Erangan-eranganku semakin menjadi-jadi. Diraihnya batangku, dihisapnya sambil dikocok-kocok. Tak beraturan, ludahnya membasahi penisku hingga menimbulkan bunyi kecipak seirama dengan semakin tak terkendalikannya birahi kami. "Aaghh..", aku mengerang panjang saat Cleo menghisap keras.Sementara tanganku masih sibuk dengan dildo di anus. Entah apa yang merasukiku, yang pasti birahi begitu menyelimuti kami. Hisapannya semakin keras dan liar. "Cleoo.. i wanna cum inside you..", aku bangun mendadak, membuang dildo dan menerkam tubuhnya, kubaringkan dan kuangkat kakinya ke pundakku. Sambil berlutut, kuarahkan batang kejantananku yang sudah membatu ke lubang kenikmatannya. "I wanna fuck you.., fuck you..", kudorong keras batangku dan.., bleess.., bless.. "Aagghh..", kepalanya terangkat sesaat merasakan kejantananku menembus keras lorong kenikmatannya. Aku menjadi sangat liar. Gerakanku sangat garang, menghentak-hentak. Liar.., kerass.., kencang.
Sodokanku membuatnya berguncang-guncang seirama tekananku ke tubuhnya. Kepalanya bergoyang-goyang tak terkendalikan. Kejantananku menekan keras, dalam dan mengoyak-ngoyak isi kewanitaannya. "Aaghh.., Dioo.., aghh..", Cleo meremas-remas dadanya dengan keras, membuatku semakin bernafsu. "Cleoo.., I wanna cumm..", gerakanku semakin liar. "Oughh.., Dioo.., fuck me.., fuck me hardd.., cum in cum..", Cleo mengerang-erang.Tubuhnya pun ikut bergoyang, didorong keatas pinggulnya seakan ingin melumat seluruh batang kenikmatanku dan.., "Dioo.., cumm.., Dioo..", tubuhnya mengejang. "Cleoo.., shhiitt.., i'm cumminngg.. too..", kusodok dia dengan keras, kutekan dan kutumpahkan cairan kenikmatanku yang menyemprot-nyemprot lorong kewanitaannya. Aku terjatuh lunglai di atas tubuhnya dengan kejantananku yang masih menancap di dalam kewanitaannya. Aku mendesah panjang, tubuh kami berbalur keringat. Akhirnya kucabut penisku perlahan dan bergeser ke sampingnya. Kutarik tubuhnya ke dalam pelukanku, kukecup mesra dahinya. "Cleo.., cleo.., you are so great.., thanks honey, I wish you enjoy it like I do" "Makasih, Dio.., that was the best one i ever had", bisiknya puas.
*****
Pada hari Senin pagi, kawan-kawan bercerita dengan antusias mengenai pesta weekend mereka yang 'wild'. Namun aku yakin mereka tidak merasakan weekend tersebut seindah dan senikmat weekend-ku. Thanks Cleo.Sementara menungu rekan-rekan desainer menyelesaikan pekerjaannya, kulanjutkan membaca karya klasiknya Frederick Forsyth "The Negotiator" yang baru kubaca beberapa halaman. Kenikmatan membacaku terusik dengan bunyi HP.. hmm pasti kawan-kawan di pesta, hanya tertera nomor di layar HP, tanpa nama, dengan rasa enggan kutekan tombol 'yes'."Halo..", sapaku, hening tidak ada jawaban. "Halo..", sapaku lagi. "Selamat malam. Nngg.. Ini dengan Dio?", baru terdengar suara dari seberang sana, suara wanita! "Ya, dengan siapa ini?""Mm.. Cleo" "Cleo? Yang bener. Kok nomornya nomor Jakarta. Kamu ada di Jakarta?", aku surprise! "Iya, pa kabar?" "Baik. Pa kabar juga? Kok ga cerita-cerita sih kalo akan ke Jakarta?", aku masih belum percaya itu suara Cleo. "Hehe.. mau bikin surprise", jawabnya singkat. "Ohh.. gitu ya. Terus sampai kapan? Ketemu dong.." "Sampai hari ini. Besok pulang". "Lho kok cepet. Ketemu dong, Cleo..". Sesaat kembali hening, sepertinya Cleo bingung menjawab permintaanku. "Halo.. masih di situ? Ayo dong, pleasee..", pintaku lagi dengan memelas. "Ok then. Temui aku besok malam di cafe di bawah ya", jawabnya sambil menyebutkan nama hotel tempatnya menginap dan cafe yg dimaksudnya. "Ok, sampai ketemu besok", aku memastikan, lega mendengar jawabannya. "Yes!", gumamku senang setelah menekan tombol 'off'.
Pertama kali aku melihat namanya di 17thn, dia, Cleo, 28, seorang senior marketing executive dari negeri 'Singa'. Sebagai penggemar situs itu banyak sudah cerita yang kubaca, tapi cerita Cleo sangat berbeda. Cerita-ceritanya seakan merefleksikan pribadinya dengan lugas, blak-blakan dan 'wild'. Timbul pertanyaan dalam diriku, apakah yang diceritakannya itu 'true story' atau hanya kreatifitas sebagai luapan dari 'sexual drive' yang tinggi? Sudah tentu aku langsung melayangkan email, memperkenalkan diriku sekaligus menanyakan hal tersebut. Tidak disangka emailku dibalasnya, tapi Cleo tidak pernah menjawab pertanyaanku, akupun tidak pernah bertanya lagi, mungkin ia enggan menjelaskannya. Sejak itu kami sering berkomunikasi lewat email, Semakin lama aku dan Cleo semakin akrab, sampai-sampai kehidupan 'tempat tidur' pun kami ungkapkan. Suatu kali Cleo menyarankan agar aku juga menulis cerita berdasarkan pengalaman-pengalamanku.
Enggan juga pada awalnya, tapi Cleo selalu memberikan dorongan untuk mencoba, akhirnya, di sela-sela kesibukan kucoba juga menulis dan Cleo menjadi 'mentor'ku, hingga terbitlah 'karya' pertamaku di 17thn berjudul 'Bandung Lautan Birahi' yang mendapat tanggapan positif dari para pembaca karena 'karya'ku mendapat rate tiga setengah bintang. Lumayan bagi pemula sepertiku, komentar Cleo di-emailnya. Terima kasih Cleo dan terima kasih juga kepada pembaca yang telah memberikan nilai.
Esoknya, pukul 7 malam, aku sampai di hotel tempatnya menginap. Kutelepon dia untuk memberitahu kedatanganku. "Hello..", suara halus Cleo menyapa. "Cleo.., aku sudah di bawah.""Aku tunggu, ya", sambungku lagi. Beberapa menit menunggu di sudut kafe, kulihat sosok wanita tinggi semampai mengenakan rok sportif putih sedikit di atas lutut dan atasan berwarna putih.., ketat, kelihatan mencari-cari. Cleo!, akupun berdiri dan melambaikan tangan ke arahnya. Cleo membalas dengan lambaian kecil dan menuju ke arahku. Walaupun aku sudah pernah melihat fotonya namun tak urung aku tercekat juga melihat diri aslinya! Putih, tinggi 170 dengan atasan yang ketat seakan tidak mampu menahan tonjolan dadanya! ditambah dengan rambut pendek 'wet look' kemerahan membuat penampilannya jauh lebih sexy daripada fotonya."Hai.. Cleo..", Ia mengulurkan tangan dengan senyum paling manis yang pernah kulihat. "Dio..", balasku sambil menyambut uluran tangannya. Kutarik kursi supaya ia bisa duduk dengan mudah. "Terima kasih..", ujarnya sambil menatapku. Agak sedikit 'grogi' juga dengan tatapannya, hanya sesaat. Setelah itu dengan lancar kami berbicang-bincang. Mungkin karena pekerjaan kami yang walaupun berbeda namun sebenarnya masih 'satu jalur' sehingga membuatku mudah berkomunikasi dengannya. Suasana kemudian mengalir dengan lancar, tidak lagi kaku.
Setelah memesan makanan penutup, aku mulai mengarahkan perbincangan ke cerita kami di 17thn. "Jadi.., cerita-cerita kamu itu terjadi beneran atau sekedar fantasi kamu saja?", pertanyaan yang tidak pernah dijawabnya dalam email akhirnya kutanyakan langsung. "Mm.. ada deh..". "Kok ada deh.. rahasia segala sama aku". "Mm.. memangnya kenapa?". Dengan agak hati-hati, aku bertanya, "Beneran udah pernah ngerasain dildo?". "Hahahahaha.." tawanya terlepas. "Uppss.. sorry, aku nggak bermaksud ngetawain pertanyaan kamu, lho..", sambungnya. "Jadi?", terus kukejar untuk mendapatkan jawabannya. "Mm..", dia bermain 'hard to get' hingga benar-benar membuatku penasaran. "Tuh kan, sengaja ya, ngulur-ngulur?". "Iya..", sahutnya sambil menahan tawa, uuhh.. wajahnya membuatku semakin gemas. "Jadi?", tanyaku ingin lebih memastikan.
Ia mengangguk sambil menikmati es krim dengan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. "Kok ngangguk aja?", semakin gemas aku melihat mimiknya yang menggoda. "Udah", akhirnya! Terjawab sudah tanda tanya yang selama ini menggantung di kepalaku. "Wow!.. rasanya sama nggak dengan yang asli?", tanyaku. "Hampir.. tapi enakan yg asli dong". "Enaknya?". "Enaknya.. kalo yang asli bisa terasa banget pas membesar, siap-siap meluapkan isi", jawabnya sambil melirik, mungkin ingin tahu reaksiku. "Juga.. bisa bikin kelojotan si empunya karena dihisap-hisap punyaku", tambahnya dengan sikap wajar. Gila! Cool banget, aku sendiri sudah gelisah dengan pembicaraan yang mulai mengarah ke erotis.
Dengan hati-hati kudekatkan tubuhku seraya mengelus halus lengannya. "Punyaku juga bakalan seneng banget kalo dihisap-hisap", ujarku setengah berbisik. "Juga..", lanjutnya mengabaikan ucapanku sambil mengangkat sendok yg berisi penuh es krim ke mulutnya. "Enaknya.. aku bisa merasakan cairan kenikmatan si empunya", ujarnya sambil menjilat es krim dari sendok secara perlahan-lahan. Wow! Gerakan lidahnya saat menjilat es krim membuatku meradang.
"Kalo dildo, mana punya cairan yang sangat kunikmati itu", sambungnya lagi. Aku benar-benar menelan ludah melihat semua itu, kuangkat gelas rum cola-ku meminum isinya untuk menenangkan diri. "Kamu sendiri, udah pernah lihat atau pakai dildo?", tanyanya. "Belum.. eh ngga.. untuk apa?", terkejut dengan pertanyaannya, membuatku terbata-bata. "Siapa tahu.. hehe..", kerlingnya nakal. "Wah nggak deh. Aku masih normal kok". "Ohh.." "Mau lihat?", sambungnya lagi. "Mau lihat? Kamu bawa?", sahutku lebih terkejut lagi. "Yah, namanya jalan sendirian. Sibuk terus, nggak ada waktu, ya self service lah", jawabnya ringan. Betul, seperti dugaanku ia memang seorang yang blak-blakan. "Di kamar?", tanyaku masih tidak percaya akan ajakannya. "Ya, iya lah. Masak di rumah.. mau lihat nggak?", tanyanya lagi melihat kebingunganku. "Mau dong..!", jawabku pasti, setelah yakin ajakan itu bukan basa-basi. "Ke kamarku yuk..", ajaknya kemudian.
Setelah menyelesaikan pembayaran, kami menuju ke kamarnya. Kekecewaanku karena tidak bisa memenuhi undangan 'wild party' kawan-kawanku seketika terobati. Sudah terbayang apa yang akan terjadi di kamarnya, membuat birahiku perlahan merayap ke bagian sensitifku, menegang! Di lift, kami tidak hanya berdua, kugunakan kesempatan itu untuk berdiri sangat dekat ke tubuhnya seraya memeluk pinggangnya. Cleo menggeser lebih mendekat, kupeluk ia lebih erat. Begitu dekatnya hingga dapat kucium parfum yang digunakan di belakang telingannya, membuat birahiku semakin menggelegak lagi. Sampai di pintu kamar aku sudah tak tahan, sementara Cleo berusaha membuka pintu, kupeluk dia dari belakang dan kucium tengkuknya.Sampai di dalam, kukecup bibirnya dengan penuh perasaan. Cleo memejamkan matanya menikmati kecupanku. Tiba-tiba Cleo mendorong tubuhku. "Katanya mau lihat dildo", ujarnya sambil mengajakku berjalan ke sofa. "Nanti aja, yang ini lebih asyik", sambil kuraih mukanya dengan kedua tanganku dan kembali kecupan-kecupanku mengalir!. "Nakal ya..", ucapnya."Aku buka ya kemejanya", lanjutnya membuatku terkejut, tapi kuturuti saja apa maunya. Kulepas genggaman di mukanya, Cleo dengan leluasa membuka kemejaku. Kutatap ia dengan kebingungan, permainan seperti apa yang akan dilakukannya? Gumamku dalam hati. "Tunggu sebentar ya..", ujarnya sambil memberiku sun jauh dan menuju ke kamar mandi.
Cleo keluar dengan mengenakan kemejaku yang terlihat kebesaran di badannya, tiga kancing atas dilepas membuat belahan buah dadanya mengintip serta puting yang membayang! Pemandangan yang mencekat tenggorokan! Aku masih bersandar di sofa menanti dengan sabar dan penasaran. Cleo menjauhkan meja di depanku dan menarik kursi kerja kemudian diletakkan di depanku, kira-kira dua kali jangkauan tanganku. Apa yang sedang dilakukannya?, pikirku sambil terus memandangnya dengan tanda tanya yang besar. "Mau lihat aku dance di depanmu?", tanyanya. "Great.. mau dong", ujarku dengan antusias, terbayang sudah apa yang akan terjadi. "Duduk aja di situ ya. Boleh nonton tapi nggak boleh pegang", kerlingnya nakal. "Yaa.. kok nggak boleh", protesku. "Yah, mau lihat nggak?", nadanya sedikit mengancam.
Sedikit kecewa, tapi aku mengangguk saja. Dikeluarkannya lempengan CD dari dalam tas, dipasang di laptopnya, mengalunlah musik. Kompilasi Cafe del Mar! Favoritku, Cleo sepertinya telah mempersiapkan semua ini. Ia melangkah ke arah kursi dan duduk di depanku. Hentakan-hentakan musik mulai membahana. Digoyangnya badannya mengikuti irama, sambil menatapku tajam. Tangannya mulai bergerak. Berawal dari mulut, dibasahinya bibirnya dengan jilatan lidah yang erotis. Dimasukannya jari-jari tangannya. Dihisapnya perlahan, melirik nakal ke arahku, dan.. "sshh aahh.." desahnya lirih. Diturunkannya tangannya ke bawah secara perlahan, menyusuri tubuhnya. Bergerak lambat dan berhenti di bongkahan dadanya. Diremas-remasnya dengan gerakan yang erotik. Tangannya kembali bergerak ke bawah, melewati perut, dan.. terus semakin ke bawah.
Cleo menatapku dengan pandangan sayu. "Sshh.. oohh..", mulutnya kembali mendesah, kali ini tidak lirih lagi! Aku yakin birahi telah menyergap dirinya. Dibukanya kakinya lebih lebar, dijinjitkannya seirama dengan hentakan musik, ujung kemejanya semakin tertarik ke pangkal pahanya. Diangkatnya kaki kanannya, mengarah ke sela-sela celana panjangku hingga menampakkan paha mulusnya. Dengan ujung-ujung jari kaki, diusap-usapnya bongkahan di celanaku perlahan-lahan. Ingin kutahan kakinya agar lebih lama mengusap-usap, tapi keburu ditariknya dengan halus sambil tersenyum manis. Cleo terlihat sangat menguasai permainan ini hingga membuatku ingin menerkamnya! Kemudian dibukanya sisa kancing kemejanya. Satu demi satu, sangat perlahan. Dibiarkan tanpa melepaskan, sebagian dadanya mengintip dari balik kemeja. Aku pun bisa melihat celana dalam miniya dengan lebih jelas. Disandarkannya tubuhnya ke kursi di hadapanku. Kakinya semakin terbuka lebar, pantatnya diletakkannya di ujung kursi. Dikibaskannya ujung kemeja, hingga celana dalamnya lebih terlihat.
Diusap-usap celana dalamnya dengan perlahan, seirama musik yang masih mengalun. Kepalanya tengadah disandarkan ke kursi, seakan ia menikmati usapan-usapannya sendiri. Desahannya bertambah keras. Posisinya membuat dadanya membusung, meskipun putingnya masih tertutup kemeja, membuatku menelan ludah. Kubuka resleting celana, akupun mulai mengusap-usap kejantananku yang sudah membesar. Tatapannya semakin sayu, gerakannya semakin menjadi, bak striptease professional. Kutatap Cleo dengan pandangan membara. Perlahan ia berdiri, dibalikkannya tubuhnya, kemeja diturunkannya hingga di ujung tangan, dibiarkannya meluncur begitu saja. Lepas! Terlihat punggungnya yang putih bersih. Ditundukkannya badannya, tangan kirinya memegang ujung kursi, diarahkannya pantatnya ke mukaku. Sambil tangan kanannya mengusap-usap perlahan. Disini aku sudah tidak tahan lagi hingga kugigit kecil bongkahan pantatnya.
"Oughh..", pekiknya terkejut. "Eh.. kan nggak boleh nyentuh", ujarnya protes. "Tega banget sih, Cleo", suaraku memelas, kembali senyum nakal terukir di bibirnya. Digeserkannya kursinya menjauh. Dihempaskannya pantatnya ke pangkuanku. Kubuka kakiku lebih lebar. Digoyangkannya pantatnya berputar-putar menggesek-gesek kemaluanku yang telah mengeras seperti batu. Cleo semakin terhanyut dengan gerakan-gerakannya yang mungkin hanya Inul yang mampu melakukannya.
Akupun tak lagi sanggup menahan desahanku. "Ssff.. uuhh..", desahku tertahan. Aku tak tahan ingin segera menyentuh kewanitaannya, aku memintanya dengan penuh harap dan.., Cleo mengijinkan permintaanku. Jari-jariku menjamah kewanitaannya yang sudah basah dan menggesek-gesek klitorisnya dari balik celana dalamnya. Cleo menggelinjang. Gerakannya semakin bertambah, membuat gesekanku semakin cepat. Tanganku yang lain meremas-remas buah dadanya yang kenyal. Nafasku memburu penuh birahi. Cleo rupanya sudah tahan lagi. Dibalikkannya badannya. Terbawa gairahnya yang membara, dijilatnya mukaku dengan tak beraturan. Dikecupnya, dijilatnya. Akupun turut larut terbawa nafsunya. "Lick me.., lick me..", pintaku di tengah-tengah jilatannya. Dijilatnya telingaku, digigitnya perlahan kemudian dihisapnya keras-keras. Dijilat-jilatnya bibirku tanpa mencium. Lidahnya bergerak-gerak jalang dengan birahi semakin memuncak. Aku memintanya untuk menjilat lebih ke bawah, lidahnya mulai turun menjilat leherku dengan penuh nafsu. Semakin turun, dadaku menjadi bulan-bulanan lidahnya yang semakin liar. Gigitan kecilnya di puting susuku membuat nafsuku semakin menjadi-jadi. "Ssff.., Cleoo.., aaugghh.., more.., moree.."
Perutku tak lepas dari jilatannya dan semakin kebawah. Celanaku dibukanya dengan tergesa-gesa seolah ingin segera mendapatkan isinya! Begitu celana dalamku dibukanya, keluarlah kejantananku yang sudah membesar. Cleo kembali melanjutkan jilatannya, tidak langsung ke batangku. Dijilatnya dengan halus bawah perutku. Diangkatnya batang kejantananku dan ditempelkannya ke perutnya. Dijilatnya buah kenikmatanku. Dikulumnya halus, dibiarkannya di dalam mulut tanpa dihisap. "Aaghh..", akupun memekik karena nikmatnya. Dibukanya kakiku lebih lebar dan kembali menjilat buah kenikmatanku. Aku mendesah sambil terus mengelus-elus rambutnya. "Want me to lick your dick?", tanya Cleo menggoda. "Pleassee..", hanya itu yang mampu kukatakan. Batang kejantananku dijilatinya lembut centi demi centi. Aku kembali memekik merasakan kehangatan lidahnya. Seluruh kejantananku habis dijilatinya dan semakin lama jilatannya berubah menjadi jilatan rakus. Dan akhirnya.., semua batang kenikmatanku ditelan dalam-dalam ke mulutnya. "Aauugghh..", aku memekik keras merasakan sensasi mulutnya. Dihisapnya kejantananku dalam-dalam, keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk. "Suck it.., suck it..", pintaku dengan birahi yang semakin menggelegak. Permintaanku rupanya membuat Cleo semakin garang hingga dia menghisap sekeras-kerasnya dan dengan rakusnya. "Goodd..", aku semakin terhempas ke dalam kenikmatan.
Kupegang kepalanya. Cleo mengerti, dibiarkannya aku mengatur kecepatan keluar masuk batangku di mulutnya. Kutekan-tekan kepalanya. Semakin lama semakin dalam masuk hingga menyentuh dinding belakang mulutnya. Membuatku semakin menggila. "Ssff.. STOPPPPP..! I'm going to cum in your mouth!". "Pleasee, pleasee, pleasee..", Cleo merengek ingin terus menghisap. "Allrightt.. another minute", kupenuhi keinginannya. "Pleassee..", rengeknya lagi. "You want it.., here..! I fuck your mouth..", ucapku brutal. Aku semakin mempercepat tekanan tanganku di kepalanya. Cleo tidak tinggal diam, lidahnya ikut bergerak-gerak dengan binal di batangku. Oouughh.. nikmatnya. Semakin lama semakin basah mulutnya, ludahnya berjatuhan keluar dari mulutnya. Gerakan tanganku di rambutnya juga semakin tidak beraturan.
"Fuck..fuck..fuckk..you really really a BAD GIRL..BITCH..COCK EATER!" pekikku semakin brutalCleo tambah menggila mendengar pekikanku, hisapannya semakin menjadi-jadi. Sesaat kemudian, kuhentikan permainan oral paling nikmat yang pernah kurasakan. Cleo benar-benar liar! Kubawa ia ke tempat tidur. Kurebahkan badanku, dan meminta Cleo berlutut di atas mukaku. Celana dalam mininya masih belum terlepas. Kuselipkan jariku dari samping celana dalamnya. Kuusap-usap kewanitaanya dengan lembut. Pinggulnya bergoyang-goyang—mengikuti usapan2ku dikemaluannya—sambil meremas-remas dadanya sendiri. Cleo sudah dicengkram birahinya. Kumasukan jariku kelubang kenikmatannya yang semakin basah. Kugerak-gerakkan jariku dengan ibu jari menggesek-gesek klitorisnya. Tubuhnya bergoyang-goyang keras hingga akhirnya lemas. Rubuh disampingku.
"Pleasee lick it, Dio.. Dio..", Cleo menghiba dengan masih tergeletak di sampingku. Aku bangkit dan menarik penutup terakhir di tubuhnya hingga menampakkan gundukan kewanitaannya yang diselimuti bulu-bulu yang terawat rapi. Sangat menggairahkan! Cleo membuka pahanya hingga seluruh kewanitaannya yang kemerahan segera saja kuterkam. "Ooughh..", jeritnya nikmat ketika lidahku menjilat-jilat lubangnya. Kubuka lubangnya dengan jariku. Kumasukkan lidahku, menjilatnya dengan rakus. Mulutkupun bergerak liar menghisap dan mengigit-gigit kewanitaannya. "Aaccchh..", badannya bergetar tak tertahankan karena merasakan kenikmatan mulutku.Aku sangat menikmati vaginanya, bahkan hidungku pun kumasukkan. Cleo terkejut sesaat, tapi kemudian malah menekan-nekan kepalaku. Permainan yang sangat liar. Aku memintanya menekan-nekan terus. Bagai kesetanan, aku kembali menjilat-jilat kewanitaannya dengan jalang. Kurasakan Cleo semakin tak tahan dengan kenikmatan itu. Semakin garang aku menyantap daging lembut di sela pahanya, semakin membawanya ke titik puncak. Kurasakan hentakan-hentakan pinggulnya yang semakin keras, semakin liar hingga akhirnya.."Dioo.., akuu.., keluaarr.., aagghh..", Cleo menggelinjang hebat. Menghentak-hentak, menjambak rambutku, menekan kepalaku agar tidak terlepas dari segitiga venusnya. Hingga akhirnya ia terhempas lemas. Dari sela-sela pahanya, kupandang Cleo tanpa berkedip. Iapun memberikan senyuman. Senyumannya yang paling manis.
Kami masih sama-sama berbaring di tempat tidur. Saling berpelukan dan kepalanya disandarkan di dadaku. Beberapa saat kemudian Cleo bangun perlahan. Diambilnya dildo dan oil dari tas. "Nih dia.., coba deh.., elus-elus hehehe..", disodorkannya dildo itu ke arahku. "Itu untuk apa?", tanyaku sambil melihat oil. "Supaya melicinkan jalan..", kerlingnya nakal. Cleo merebahkan diri lagi di sampingku. "Gimana?", tanyanya ingin tahu. Aku tersenyum, sambil terus memperhatikan dildo tersebut dengan teliti. "Kamu nakal juga ya di tempat tidur", ujarnya kemudian. "Tapi suka kan..", balasku sambil meletakan dildo dan oil di kasur. "Bad boy sihh.." "Kan bad boy nggak bakal jadi kalo nggak ada bad girl-nya", sambil tanganku mengelus-elus dadanya dan memberikan remasan. "Yee.. dasarnya aja udah bad bad boy", ujarnya sambil sedikit bangun hingga aku bisa melihat wajahnya. "Coba bilangnya deketan lagi?" "Badd boyy..", didekatkannya wajahnya. "Lebih dekett.." "BAADD BOOYY..", wajahnya semakin mendekat.
Kutarik kepalanya dan kucium bibirnya dengan lembut, penuh perasaan. Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, bermain dengan lidahnya. Sementara tanganku meremas bongkahan pantatnya perlahan. Kurebahkan Cleo kembali ke sisiku. Ciumanku bergeser ke bawah, ke lehernya. Kujilat perlahan. Kembali lagi ke telinganya, lidahku menari-nari di dalam telinganya. Dan menyedot perlahan ujungnya. Elusanku di dadanya berubah menjadi remasan. Ciumanku berlanjut turun ke pundak, ke dadanya. Kujilat putingnya perlahan dan kuhisap keras. Tanganku yang lain mengelus-elus vaginanya yang mulai basah lagi.
"Oouughh..", desahnya sambil tangannya mengacak-acak rambutku, Cleo kembali memanas.Jariku semakin lincah bermain di vaginanya. Dibukanya kakinya lebih lebar. Cleo terlihat sangat menikmati hisapan di dadanya dan tusukan jariku yang semakin dalam masuk ke vaginanya. Ia mengerang keras. Aku semakin mempercepat permainan jari-jariku hingga membuat tubuhnya menggelinjang. "Yess.. give me all..", erangnya lagi. Aku sangat menyukai erangannya yang sedang diselimuti birahi. "Moree.., honey.., more.., yeaach.., shiitt.., I want it.., I want it.., moree Dio pleassee..", pekiknya ketika jari keduaku juga masuk ke dalam lubang kenikmatannya. "Aaghh.., I want to fuck you. BAD GIRL!" "Pleasse pleasse.., fuck me.., fuck me.."
Kubalikkan tubuhnya. Kutarik pinggangnya hingga posisinya menungging. Kujilat vaginanya dari belakang kemudian ke lubang anusnya, kembali lagi ke vagina begitu berulang-ulang. Kemudian, kumasukkan ujung lidahku ke lubang anusnya. "Feelss goodd..", lagi-lagi Cleo memekik. Lidahku masih berputar-putar di anusnya, dan dua jariku masuk lagi ke vagina. Erangannya semakin menjadi-jadi. "Ooghh.. moree.. I want your dickk pleassee..", pintanya memekik. Kuarahkan batang kejantananku ke vaginanya yang kembali basah. Kumainkan sebentar di mulut kewanitaannya, dan.., bless.., oughh.. nikmat sekali, kurasakan kewanitaannya menjepit kejantananku, kemudian kugoyangkan perlahan. Kuusap pantatnya, kuremas-remas. Kemudian kumasukan ibu jariku ke lubang anusnya. Kupraktekkan apa yang sering kubaca dalam ceritanya di 17thn. Perlahan ibu jariku masuk ke anusnya, sementara genjotan di lubang vaginanya terus berlanjut. Tubuhnya bergoyang mengikuti irama sodokan batangku. Semakin lama semakin keras. Seirama gerakan ibu jariku yang semakin lama semakin dalam menancap di anusnya.
"More, more, moree..", teriaknya dengan birahi yang semakin tak terkendali. Nafsuku semakin memuncak mendengar teriakan Cleo. Ibu jariku kucabut, kuoleskan baby oil di lubang anusnya. Kuambil dildo dan kumasukkan dengan perlahan. "Aagghh.., yess..", erangnya. "Yeaa.., you like it? Dildo in your hole?!", seruku brutal, membuatnya semakin bernafsu. Kugerakkan dildo di anusnya, sementara dua jariku menggantikan kejantananku yang menyodok-nyodok kewanitaannya. "Oohh..", jerit Cleo. "More.., more.., fuck Mee..", jerit Cleo. "YOU BITCH! Feel IT!", pekikku sambil mengocok lebih keras. "Fuck your 2 holes.., hardd!", sambungku lagi sambil menancapkan jari-jariku dan dildo lebih dalam di kedua lubangnya. "Oohh goshh..", Cleo mengerang keras tak tertahan mengekspresikan kenikmatannya. Semakin keras aku menyodok kedua lubangnya, semakin Cleo menikmatinya. Pantatnya semakin ditunggingkan, seakan meminta lebih. Tidak kusia-siakan! Kusodok lebih keras lagi. "Fuck me.. fuck me all the way u wantt..", pekiknya merasakan kocokanku yang menggila.
Nafsu birahipun sudah semakin menguasai kami. Kucabut dildo dari anusnya, kuulaskan lagi sedikit oil dan akhirnya kuarahkan kejantananku ke anusnya. Kudorong perlahan, kemudian dengan sekali tekan, seluruh batangku masuk. "Ooughh.. nikmatt", jerit Cleo. Sangat nikmat tak terkirakan kurasakan kejantananku menyusuri lubang anusnya. Ditambah lagi dengan melihat Cleo yang menjadi liar menikmati permainan anal ini. Cleo memainkan vaginanya dengan jari-jarinya sendiri. Jeritan-jeritan kenikmatan Cleo tambah menjadi-jadi, akupun semakin jalang memainkan batang kejantananku. "Dioo.., agghh.., Dioo..", Cleo memekik-mekik membuatku semakin ganas menyodok lubangnya. "Dio.., aku mauu..", kurasakan getaran birahi yang memuncak. "Dioo.." "Tunggu sayangg.., aku jugaa..", seruku terbata-bata di tengah kenikmatan merasakan lubang anusnya.
Gerakanku bertambah cepat, bertambah liar dan bertambah ganas hingga dua tanganku menahan pinggangnya erat. Dan kutekan sedalam-dalamnya batangku seakan ingin menumpahkan sesuatu yang selama ini tertahankan. "Dioo.., akkuu..,, ke.., lu.., aarr..", Cleo tak kuat menahan lebih lama lagi semburan birahinya. Akupun begitu. "Aku jugaa.., aaghh..", jeritku panjang. Kurasakan cairan kenikmatanku menyembur-nyembur di anusnya. Betapa nikmat tak terkira. Sesaat masih kutahan pinggangnya untuk menuntaskan semburan akhir. Aaah, lemas! Kami sama-sama roboh tergeletak di kasur. Hening menyelimuti kami beberapa saat kemudian. Hingga akhirnya kami tertidur dalam kenikmatan.
Cleo masih tertidur saat aku bangun, kupandangi wajahnya yang menyungging senyum tipis."Selamat pagi", ucapku saat ia membuka mata sambil memberikan kecupan. "Pagi..", jawabnya sambil mengusap-usap wajah. "Enak tidurnya?", tanyaku sambil menarik tubuhnya ke dalam pelukanku. "Iyah.., haauw..", sambil menguap kecil. "Kamu?" "Enak dong, sayang. Apalagi abis main sama kamu", kecupan-kecupan kecilku mendarat lembut di wajahnya. "Iihh.., udah dong. Malu ah.., bau nih. Mandi yuk", Pelukannya terlepas cepat. "Yuk..", jawabku. "Huu.., cepet deh kalo diajak mandi", sambungnya manja.
Kami masih bercengkerama beberapa saat sambil menikmati sarapan, sebelum akhirnya beranjak menuju kamar mandi. Tak perlu lagi membuka baju. Kami tertidur dengan masih bertelanjang semalam. Aku masuk ke dalam shower terlebih dahulu. Setelah suhu air pas, kuulurkan tangan mengajaknya bergabung. Air hangat mengguyur tubuh kami. Di bawah kucuran air, tak henti-henti kucium bibirnya. Tanganku pun berkeliaran di tubuhnya. Aku ingin sekali 'main' sambil mandi, sengaja kuusap agak lama dadanya saat menyabuninya, perutnya dan kewanitaannya. Setelah itu ganti Cleo yang menyabuni tubuhku. Perlahan di setiap centi tubuhku. Hingga akhirnya sampai di penis yang sudah mulai membesar, Cleo berlama-lama. Mengusapnya halus, perlahan hingga membuat kejantananku semakin membesar."You naughty girl", bisikku sambil meremas-remas buah dadanya. "Suka sayang?", tanyanya berbisik. Bukannya menjawab, malah kulumat bibirnya sambil mendorong tubuhnya perlahan ke tembok. Badan kami masih penuh dengan sabun sehingga gerakan kami semakin licin. Kuremas buah dadanya lebih kencang, sementara kejantananku yang sudah kembali tegang kuselipkan di antara pahanya. Tapi kelihatannya Cleo tidak berminat untuk melakukannya di kamar mandi. "Enakan main di kamar.., sayang.., ya..?", ucapnya setelah berhasil lepas dari lumatan bibirku, sambil mengusap-usap halus batangku. Aku agak kecewa karena sudah membayangkan keliaran Cleo 'bermain' di bawah siraman shower. Walaupun kecewa tapi kuikuti keinginannya, sambil membersihkan busa sabun dari badan sambil tetap 'usaha' dengan menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya. Gagal juga!
Setelah mengeringkan badan, Cleo mengajakku duduk di tempat tidur. Ia berdiri di hadapanku, memperhatikan bagian bawahku yang masih sedikit tegang. Cleo berlutut di hadapan kejantananku dan mengelus-elus halus. "Bangun lagi, sayang..", ucapnya seakan berbicara dengan penisku. Dari elusan halus, dipegangnya batangku. Dijilatnya perlahan. Tidak terburu-buru seperti kemarin. Dimasukannya perlahan ke mulutnya. Dikulumnya halus sambil mengelus perlahan kedua buah zakarku. Kemudian batangku di kocok-kocok perlahan. "Aagghh.., enak sayang..", aku merintih keenakan. Cleo meneruskan hisapan yang begitu dinikmatinya. Membuat kejantananku membesar dan menegang. Puas dengan hisapannya, perlahan Cleo berdiri, mengajakku duduk di tempat tidur sambil bersandar di tembok. Ia duduk di pangkuanku berhadapan. Mulutnya meneruskan aktifitas di mulutku. Lidahnya menari-nari di dalamnya, menggapai-gapai lidahku yang tak kalah ikut berkeliaran nakal. Lengannya melingkar di leherku. Sementara tanganku mulai menelusuri tubuhnya yang sintal, diikuti oleh desahan-desahan hangatnya. Kuremas-remas bongkahan pantatnya dengan penuh gairah. Kuangkat tubuhnya perlahan, dan kejantananku perlahan kembali memasuki kewanitaannya.
"Aagghh..", bersamaan kami mengerang kenikmatan. Hanya sesaat karena kemudian kami lanjutkan dengan ciuman penuh gairah yang sempat terputus. Birahi Cleo kembali terbangun. Diputar-putarnya pinggangnya, tanpa melepas ciuman kami. Semakin lama badannya menegang, dipeluknya aku erat-erat. Badannya terhempas ke belakang karena terhentak oleh birahi yang mulai menguasainya. Dengan sigap kutahan tubuhnya. "Dioo.., agghh.." Kubantu gerakannya dengan menekan pinggangnya ke arahku. Cleo mendekatkan lagi tubuhnya, diatur kembali gerakannya. Naik.., turun.., naik.., turun.. "Dioo.., enak banget sayangg..", racaunya saat aku menjilat-jilat di pundak, di bahu dan di buah dadanya. Gerakan tanganku di pantatnya pun mulai meliar. Terkadang jariku bermain di lubang anusnya. Kumasukkan sedikit demi sedikit. Semakin dalam Cleo menekan batangku, semakin dalam jariku masuk ke anusnya.
Kemudian kuangkat kembali badannya. Kuarahkan kejantananku ke lubang anusnya dan.., kurasakan kembali kenikmatan lubang anus Cleo. "Aagghh..", lagi-lagi kami berbarengan mengerang. "Feelss fucking greatt..", Cleo mulai meracau, birahi kembali menguasainya. "Fucckk.., it's so greatt..", aku pun juga terbawa racauannya. "Youur dick is so greatt.., honeyy.." "Aagghh.. your ass so tightt.." Cleo semakin dalam mendorong pantatnya. Semakin cepat, semakin keras. "Nikmaatt.., Cleo.., nikmatt..", eranganku rupanya menambah gairahnya. Semakin menggebu-gebu Cleo menekan-nekan pantatnya. Jilatan-jilatan liarpun menerpa wajahku. Hunjaman kejantananku semakin menggedor-gedor anusnya hingga membuat Cleo kembali menggapai puncak klimaks. "Dioo.., aghh.., nikmatt", iapun terhempas ke belakang. Lagi lagi aku harus menahan beban tubuhnya. Cleo mengeluarkan kejantananku dari dalam lubang anusnya. Iapun lunglai di pelukanku. "Makasih Dio..", bisiknya.
Tanganku mengelus-elus punggungnya perlahan untuk memberikan kesempatan kepadanya beristirahat, menikmati kepuasan yang baru saja diraihnya. Kejantananku masih tegang. Cleo bangkit ke kamar mandi dan kembali dengan handuk basah hangat, dibersihkannya batang kenikmatanku dengan lembut. Cleo memintaku berbaring miring dengan satu kaki terbuka dan perlahan mulai menghisap kejantananku yang masih menegang sambil dikocok-kocoknya. Hisapan, jilatan, kocokan dan jari tangan yang mengelus halus anusku memberikan sensasi seksual yang luar biasa. "Can I.., put there honey", bisiknya. Cleo ingin memasukan jarinya ke anusku! Memainkan anus wanita pasanganku adalah bagian yang aku sukai, tapi anusku sendiri dimainkan belum pernah! Bingung, antara kuatir, ingin tahu dan tidak ingin mengecewakannya."You want it, honey..? Put then..!", aku seperti tidak percaya dengan ucapanku. Segera saja cleo meraih baby oil dari meja kecil di samping tempat tidur. Diusapkannya di lubang anusku, juga jari telunjuknya. Perlahan diputarinya mulut lubang anusku hingga menimbulkan rasa geli yang nikmat, hal yang belum pernah kurasakan sebelumnya. "Do it! NAUGHTY GIRL", aku tak tahan ingin merasakan lebih dari sekedar dielus-elus.
Cleo memasukan jarinya sebatas kuku, digerak-gerakannya perlahan di dalam. Dimasukannya lagi lebih dalam, hingga setengah jarinya, digerak-gerakannya lagi. "Aaghh..", aku mengerang.Aku merasakan sensasi seksual yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Cleo semakin antusias memainkan jarinya. Dimasukannya lagi lebih dalam, hingga jarinya masuk seluruhnya. Oohh.. nikmattnya. Semakin digerakkan semakin aku menjadi beringas, jarinya mulai mengocok-ngocok keluar masuk. "Yeaachh.., yeaach..! More.., moree.., suck my dickkk..!", aku meracau. Jari kanannya sibuk dengan anus sementara mulutnya kembali sibuk menghisap-hisap kejantananku. Jarinya semakin cepat keluar masuk dan mulutnya semakin beringas membasahi penisku. Aku dan Cleo semakin menikmati permainan ini. Birahi yang memuncak membuatku ingin mencoba lebih dari sekedar jari. "Cleo.., dildo.., cleo.., put it into my ass!", pekikku meminta.
Diraihnya dildo, diolesinya oil. Diarahkannya dildo itu ke lubang anusku. Diputar-putarnya perlahan, disapunya oil di mulut anusku kemudian didorongnya. Sebagian kepala dildo masuk ke anusku yang masih perawan. Cleo mendorong lebih keras lagi hingga seluruh kepala dildo masuk ke lubang anusku, terasa sedikit sakit, tapi tidak memadamkan keinginanku untuk meneruskan permainan ini. Cleo memahami, didiamkannya kepala dildo agar lubang anusku terbiasa, ia pun melanjutkan menghisap-hisap kejantananku. Hisapannya membuatku lupa dengan rasa sakit di anus. Birahiku menggelegak. Saat itu tidak disia-siakan Cleo, ia kembali menekan dildo lebih dalam ke lubang anusku. "Auughh..!", aku memekik. Merasakan dildo di dalam anusku, sulit dilukiskan sensasinya, aneh, perih, nikmat semua menjadi satu. Digerakannya dildo perlahan, keluar masuk, perlahan. Aku benar-benar menikmati, dipercepatnya gerakannya. Keluar masuk.., keluar masuk.., ougghh.., nikmatnya. Hilang sudah rasa sakit dan perihku. "Aagghh..", aku kian mengerang. "Fuck mee..! FUCK MEE..!", racauku.Cleo semakin mempercepat lagi kocokannya. Semakin dalam, semakin cepat. "Oohh..! You're so FUCKING.. BAADD..!"
Erangan-eranganku semakin membuat Cleo tak terkendali. "Fuckk.., fuck you hardd.., ouugghh..", aku pun ikut terbawa birahinya. "Cleo.., cleo..", kubuka kaki semakin lebar."EAT MY DICKK..!", aku mengambil alih dildo dari tangannya. Erangan-eranganku semakin menjadi-jadi. Diraihnya batangku, dihisapnya sambil dikocok-kocok. Tak beraturan, ludahnya membasahi penisku hingga menimbulkan bunyi kecipak seirama dengan semakin tak terkendalikannya birahi kami. "Aaghh..", aku mengerang panjang saat Cleo menghisap keras.Sementara tanganku masih sibuk dengan dildo di anus. Entah apa yang merasukiku, yang pasti birahi begitu menyelimuti kami. Hisapannya semakin keras dan liar. "Cleoo.. i wanna cum inside you..", aku bangun mendadak, membuang dildo dan menerkam tubuhnya, kubaringkan dan kuangkat kakinya ke pundakku. Sambil berlutut, kuarahkan batang kejantananku yang sudah membatu ke lubang kenikmatannya. "I wanna fuck you.., fuck you..", kudorong keras batangku dan.., bleess.., bless.. "Aagghh..", kepalanya terangkat sesaat merasakan kejantananku menembus keras lorong kenikmatannya. Aku menjadi sangat liar. Gerakanku sangat garang, menghentak-hentak. Liar.., kerass.., kencang.
Sodokanku membuatnya berguncang-guncang seirama tekananku ke tubuhnya. Kepalanya bergoyang-goyang tak terkendalikan. Kejantananku menekan keras, dalam dan mengoyak-ngoyak isi kewanitaannya. "Aaghh.., Dioo.., aghh..", Cleo meremas-remas dadanya dengan keras, membuatku semakin bernafsu. "Cleoo.., I wanna cumm..", gerakanku semakin liar. "Oughh.., Dioo.., fuck me.., fuck me hardd.., cum in cum..", Cleo mengerang-erang.Tubuhnya pun ikut bergoyang, didorong keatas pinggulnya seakan ingin melumat seluruh batang kenikmatanku dan.., "Dioo.., cumm.., Dioo..", tubuhnya mengejang. "Cleoo.., shhiitt.., i'm cumminngg.. too..", kusodok dia dengan keras, kutekan dan kutumpahkan cairan kenikmatanku yang menyemprot-nyemprot lorong kewanitaannya. Aku terjatuh lunglai di atas tubuhnya dengan kejantananku yang masih menancap di dalam kewanitaannya. Aku mendesah panjang, tubuh kami berbalur keringat. Akhirnya kucabut penisku perlahan dan bergeser ke sampingnya. Kutarik tubuhnya ke dalam pelukanku, kukecup mesra dahinya. "Cleo.., cleo.., you are so great.., thanks honey, I wish you enjoy it like I do" "Makasih, Dio.., that was the best one i ever had", bisiknya puas.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar