Cerita ini terjadi pada tahun 1997. Ini merupakan ceritaku nyata. Pada saat aku masih kuliah di semester 2, icughvbuku sakit dan dirawat di kota Surabaya. Oh, iya aku tinggal di kota Lumajang. Cukup jauh sih dari kota Surabaya. Karena ibuku sakbtclit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-adikku semua masih sekolah. Akhirnya akzqdepu usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun diset [17tahun2.com] ujui. Maka datanglah sepupuku tadi. Sepupuku (Anita) orangnya sih tidak terlalu cazfjngntik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu aklqxskrab sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri.
Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan sykgoemester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banrvmgcoyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupuqzbuv. Suatu malam, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya muowxeasing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, daezobtang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga.
Sambil nonton, kami berdua bercerita mengkrjyqenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika k [17tahun2.com] ami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuhaxdc judul filmnya). Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, "Wah temenku sih biasa begituan (ciuman)." Teruszprt aku jawab, "Eh.. Kok tau..?" Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita kalau dia waktu pacajnyuran pernah ciuman bahkan sampai 'anu' teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung,judb bahkan sampai dua jarinya masuk.
Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin jugaivbhqn kali. Terus aku bertanya padanya, "Eh, kamu mau juga nggak..?" Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulatavkzin nih. Dia bahkan bertanya, "Sakit nggak sih..?" Ya kujawab saja, "Ya nggak tahu lah, wong belum pernah... dzkqvGimana.., mau nggak..?" Anita berkata, "Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengfjsiqman kasar, 'anunya' jadi sakit." "Iya deh..!", jawabku.
Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktuoulafk itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya (to the point bok..!).dmuba Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan depfncngan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalitypvut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak lima hari lalu dia sedang menstruasi.
Aku tidak mencoba mvkpwembuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tub [17tahun2.com] uhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak sepclpsrerti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh 'anunya', dan teragklsrdengar suara desisan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jxcoghvari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu.
Waktu pertama kusentuh kemaluanksfeznya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar lima menit, dan akhirnya kumasukka [17tahun2.com] n jari tengahku ke liang senggamanya. "Auw..," begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangann [17tahun2.com] ya memegangi tanganku. Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, "Eeessshhh..", desisnya.Lalu kutanya, ajiq"Gimana..? Sakit..?" Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang fbwghberada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.
Sambil terus kukeluar-mohcgpxasukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batanipmug kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Anita memegang rudalku (padahal aku sudah ingin [17tahun2.com] sekali). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapyptjiatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing.zslnHari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya admldbxa aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia beraniuctjyb memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas lutu [17tahun2.com] t, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya hmnlrfini kan lagi ada di warung. "Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi", katanya dengan enteng seakan mengerti yang mfdbkupikirkan. "Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?", tanyaku. "Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balikojuxqz, kita lanjutin lagi, ok..?", jawabnya.
Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya. Hal tersebut kulakukasxadzvn sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannyozyha, Anita mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui safcmeongat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kekbjyxtjantananku ingin berontak.
"Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?", katanya. Ternyata dia melihatku, kujawabmtle, "Iya ini sih tandanya aku masih normal..." Aku terus melanjuntukan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun menxhtzgelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku jatjduga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang ervwycsepertinya mau membeli sesuatu di warungku.Kubisiki dia, "Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?"
Aku mengwblexnhentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiplomatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dakmrzn kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, kytpnbarena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja.
Malam harinya kami mjvcpelakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikcnmtjut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke snlbseoelangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-ny [17tahun2.com] a, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku.
vnogez"Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan", kataku. Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat igfynsztu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngwzmtlrorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-asuvku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek hijqkemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digzptlnkenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangkuknaztw, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih.
"Eehhhsssttt... Eehhhsssttt... Ouw.., eehhhsssttt..lnjgsx. Eehhhsssttt... Eehhhssstt.." Begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku. Kumasukkan jariku lebih datfghmalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nafxvmjhnti adikku terbangun. "Kocokkannya lebih pelan dong..!", kataku yang merasa kocokkannya terhenti. Kupercepardwfqt gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan kiqkpe belakang, seakan dia lagi menggauli jariku.Dan akhirnya, "Oh.., oohhh.. Oohhh.. Ohhh.." Rupanya dia mencarhedgtpai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku.
Kucabut jariku dari kemalumgjxannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan k [17tahun2.com] utuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya. Dia mau. Akudoavp lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sgcfuabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sjxopgering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas darlubjqhi batangku. Setelah lima menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya.
Seperti paxphyggi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu kaweuizrena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku senxmsedirian nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, diuvlsnxa sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa ogwqmenyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain. Kini dia tidak memakai pembalut lagi. "Eh, kamu udah selesai meclwzjns-nya..?", tanyaku. "Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau..?", katanya.
Aku memang tidak cthjqtahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batan [17tahun2.com] g kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, cgfmdan dia tampak mendesis perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukkzsdanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut. Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lag [17tahun2.com] i (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadmpfji tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki bgqcagak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang semrafhpnggamanya.
"Uhhh.. Essshhh.. Eessshhh.. Essshhh..", begitu desisnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke lubaoqvwakng senggamanya. Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit. Kukmveuqtorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku ktpazlmhan belum melihat langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat. Paling-paling dari film xxx yang pernah kutontozfknuvn. Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluvhymrsannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kewanitaannya. Dengan kedua tanganku, aku berusaha memcvtjfbuka bibir kemaluannya.
Tapi, "Auw.. Diapaain Mas..? Eshhh.. Uuhhh.", desisannya tambah mengeras. "Sorry.svnqec., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!", sambil terus kukocokkan jariku.Kulihrwumiat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak. "Wah, jariku aja susah kalo masufvsnk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?", pancingku. Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi [17tahun2.com] menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju-mundurkan pantatnya. "Eh, sebenarnya yang enak ini mananyvgofa sich..?", tanyaku. Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya.
"Ini nich.fnedl., kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu." "Mana.., mana.., oh dfgukini ya..?", kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batayvznang kemaluanku. "Ahhh. Auu.. Enakkkk Maaasss... Eeehhh... Aaahhh.. Truusss Masss, terusiinn.. Ohhh..!" Tangahovdxnnya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok bendapncav itu.Dan akhirnya, "Uhh.. Uhhh.. Uuhhh.. Ahhh.. Aahhh.", dia mencapai klimaks.
Aku terus menggosoknya, d [17tahun2.com] an tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan.Lalu kubertanya, "Eh, gimana kalo anuku coba masuk [17tahun2.com] ke sini...? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!" Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisik [17tahun2.com] u menjadi tidur miring sejajar dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucobazbnla memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masuqfciukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesis-desis.
Kudorong jieglebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebhoqtzwih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi. Kutekan lagi dan, "Auuuwwwhylomp.. Ehh ssaaakkkiittt..!" Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan beuibtrnapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras. "Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?", tanyaku patfxkuvdanya sambil tanganku memegang pantatnya. Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagtumbzi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara.
Karena dia tetwafskap diam, maka kulanjuntkan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suarafjnhl. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, "Wah aku memperawaninya nih." "Gimanvzrua.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?", tanyaku. "Uhhh.. Tadi sakiiittt sich... Uhhh. Geeelii." Begitusdqbi katanya waktu anuku kugesek-gesekkan.Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Anita tampak menutuxadvp matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya wanita, wah rasanya sungguh mvjyanikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya kwghlkmeluar masuk ke liang senggama wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantanankuxzku di liang keperawanannya. Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keljyeruar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini diawgyf berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas ercuovbuah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan mulutku.
Dia semakeqnusxin bergelinjang sambil mendesis agak keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Anita berzgqaada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orangasme, karena cengkeraman bibir kemaloicvuannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, aegubkhirnya, "Crot.. Crot.. Crot..", air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua gtfkubbersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kewadwuxtnitaannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula.
Kulihat tidak ada nbrcgsoda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menuruntuknpxbu desisan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing. Sebcrqpelum tidur aku sempat berfikir, "Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!"
Sewaktu aku sudah kukzogriliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sxtasrangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahgznswa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya. "Wah, bisa hamil nich anak..!", pikirku.
Huvgcqari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Scbvjetelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yaehwbrng lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula.Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu wanjsendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak "horny". Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi.
Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan sykgoemester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banrvmgcoyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupuqzbuv. Suatu malam, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya muowxeasing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, daezobtang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga.
Sambil nonton, kami berdua bercerita mengkrjyqenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika k [17tahun2.com] ami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuhaxdc judul filmnya). Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, "Wah temenku sih biasa begituan (ciuman)." Teruszprt aku jawab, "Eh.. Kok tau..?" Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita kalau dia waktu pacajnyuran pernah ciuman bahkan sampai 'anu' teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung,judb bahkan sampai dua jarinya masuk.
Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin jugaivbhqn kali. Terus aku bertanya padanya, "Eh, kamu mau juga nggak..?" Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulatavkzin nih. Dia bahkan bertanya, "Sakit nggak sih..?" Ya kujawab saja, "Ya nggak tahu lah, wong belum pernah... dzkqvGimana.., mau nggak..?" Anita berkata, "Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengfjsiqman kasar, 'anunya' jadi sakit." "Iya deh..!", jawabku.
Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktuoulafk itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya (to the point bok..!).dmuba Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan depfncngan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalitypvut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak lima hari lalu dia sedang menstruasi.
Aku tidak mencoba mvkpwembuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tub [17tahun2.com] uhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak sepclpsrerti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh 'anunya', dan teragklsrdengar suara desisan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jxcoghvari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu.
Waktu pertama kusentuh kemaluanksfeznya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar lima menit, dan akhirnya kumasukka [17tahun2.com] n jari tengahku ke liang senggamanya. "Auw..," begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangann [17tahun2.com] ya memegangi tanganku. Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, "Eeessshhh..", desisnya.Lalu kutanya, ajiq"Gimana..? Sakit..?" Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang fbwghberada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.
Sambil terus kukeluar-mohcgpxasukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batanipmug kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Anita memegang rudalku (padahal aku sudah ingin [17tahun2.com] sekali). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapyptjiatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing.zslnHari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya admldbxa aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia beraniuctjyb memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas lutu [17tahun2.com] t, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya hmnlrfini kan lagi ada di warung. "Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi", katanya dengan enteng seakan mengerti yang mfdbkupikirkan. "Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?", tanyaku. "Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balikojuxqz, kita lanjutin lagi, ok..?", jawabnya.
Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya. Hal tersebut kulakukasxadzvn sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannyozyha, Anita mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui safcmeongat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kekbjyxtjantananku ingin berontak.
"Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?", katanya. Ternyata dia melihatku, kujawabmtle, "Iya ini sih tandanya aku masih normal..." Aku terus melanjuntukan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun menxhtzgelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku jatjduga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang ervwycsepertinya mau membeli sesuatu di warungku.Kubisiki dia, "Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?"
Aku mengwblexnhentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiplomatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dakmrzn kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, kytpnbarena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja.
Malam harinya kami mjvcpelakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikcnmtjut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke snlbseoelangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-ny [17tahun2.com] a, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku.
vnogez"Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan", kataku. Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat igfynsztu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngwzmtlrorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-asuvku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek hijqkemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digzptlnkenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangkuknaztw, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih.
"Eehhhsssttt... Eehhhsssttt... Ouw.., eehhhsssttt..lnjgsx. Eehhhsssttt... Eehhhssstt.." Begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku. Kumasukkan jariku lebih datfghmalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nafxvmjhnti adikku terbangun. "Kocokkannya lebih pelan dong..!", kataku yang merasa kocokkannya terhenti. Kupercepardwfqt gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan kiqkpe belakang, seakan dia lagi menggauli jariku.Dan akhirnya, "Oh.., oohhh.. Oohhh.. Ohhh.." Rupanya dia mencarhedgtpai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku.
Kucabut jariku dari kemalumgjxannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan k [17tahun2.com] utuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya. Dia mau. Akudoavp lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sgcfuabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sjxopgering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas darlubjqhi batangku. Setelah lima menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya.
Seperti paxphyggi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu kaweuizrena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku senxmsedirian nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, diuvlsnxa sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa ogwqmenyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain. Kini dia tidak memakai pembalut lagi. "Eh, kamu udah selesai meclwzjns-nya..?", tanyaku. "Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau..?", katanya.
Aku memang tidak cthjqtahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batan [17tahun2.com] g kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, cgfmdan dia tampak mendesis perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukkzsdanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut. Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lag [17tahun2.com] i (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadmpfji tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki bgqcagak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang semrafhpnggamanya.
"Uhhh.. Essshhh.. Eessshhh.. Essshhh..", begitu desisnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke lubaoqvwakng senggamanya. Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit. Kukmveuqtorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku ktpazlmhan belum melihat langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat. Paling-paling dari film xxx yang pernah kutontozfknuvn. Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluvhymrsannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kewanitaannya. Dengan kedua tanganku, aku berusaha memcvtjfbuka bibir kemaluannya.
Tapi, "Auw.. Diapaain Mas..? Eshhh.. Uuhhh.", desisannya tambah mengeras. "Sorry.svnqec., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!", sambil terus kukocokkan jariku.Kulihrwumiat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak. "Wah, jariku aja susah kalo masufvsnk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?", pancingku. Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi [17tahun2.com] menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju-mundurkan pantatnya. "Eh, sebenarnya yang enak ini mananyvgofa sich..?", tanyaku. Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya.
"Ini nich.fnedl., kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu." "Mana.., mana.., oh dfgukini ya..?", kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batayvznang kemaluanku. "Ahhh. Auu.. Enakkkk Maaasss... Eeehhh... Aaahhh.. Truusss Masss, terusiinn.. Ohhh..!" Tangahovdxnnya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok bendapncav itu.Dan akhirnya, "Uhh.. Uhhh.. Uuhhh.. Ahhh.. Aahhh.", dia mencapai klimaks.
Aku terus menggosoknya, d [17tahun2.com] an tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan.Lalu kubertanya, "Eh, gimana kalo anuku coba masuk [17tahun2.com] ke sini...? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!" Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisik [17tahun2.com] u menjadi tidur miring sejajar dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucobazbnla memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masuqfciukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesis-desis.
Kudorong jieglebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebhoqtzwih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi. Kutekan lagi dan, "Auuuwwwhylomp.. Ehh ssaaakkkiittt..!" Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan beuibtrnapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras. "Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?", tanyaku patfxkuvdanya sambil tanganku memegang pantatnya. Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagtumbzi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara.
Karena dia tetwafskap diam, maka kulanjuntkan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suarafjnhl. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, "Wah aku memperawaninya nih." "Gimanvzrua.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?", tanyaku. "Uhhh.. Tadi sakiiittt sich... Uhhh. Geeelii." Begitusdqbi katanya waktu anuku kugesek-gesekkan.Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Anita tampak menutuxadvp matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya wanita, wah rasanya sungguh mvjyanikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya kwghlkmeluar masuk ke liang senggama wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantanankuxzku di liang keperawanannya. Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keljyeruar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini diawgyf berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas ercuovbuah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan mulutku.
Dia semakeqnusxin bergelinjang sambil mendesis agak keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Anita berzgqaada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orangasme, karena cengkeraman bibir kemaloicvuannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, aegubkhirnya, "Crot.. Crot.. Crot..", air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua gtfkubbersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kewadwuxtnitaannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula.
Kulihat tidak ada nbrcgsoda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menuruntuknpxbu desisan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing. Sebcrqpelum tidur aku sempat berfikir, "Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!"
Sewaktu aku sudah kukzogriliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sxtasrangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahgznswa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya. "Wah, bisa hamil nich anak..!", pikirku.
Huvgcqari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Scbvjetelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yaehwbrng lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula.Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu wanjsendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak "horny". Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar