Minggu, 11 Mei 2008

Pulau Bercinta


Hello semua pembaca 17tahun. Ini untuk pertama kalinya aku menuliskan pengalaman pribadiku berhubungan seks dengan seorang gadis, jadi maaf yah kalau bahasanya agak kacau. Panggil saja aku Rot, dan teman ‘mainku’ adalah si Inna, yang ternyata jauh lebih berpengalaman. Perkenalanku dengan Inna bukan melalui sesuatu perkenalan yang wajar melainkan lewat chatting. Yah, sepertinya sudah biasa tapi inilah yang kualami. Aku saat ini masih kuliah di sebuah PTN di Bali dan Inna kuliah di sebuah PTS di bilangan Pondok Labu Jakarta.
Lewat chatt dan email, kami saling mengenal kemudian berlanjut telepon-teleponan. Awalnya dia yang telepon, bukan aku karena bagaimanapun aku anak kost yang tidak begitu mampu menghabiskan uang untuk sekedar telepon. Belakangan aku tahu, si Inna bisa sering meneleponku karena dia bekerja juga di wartel yang memungkinkan untuk itu. Kemudian begitu sering kami kontak lewat telepon itu tak terasa keakraban muncul diantara kami.
Salah satu syarat menyelesaikan studi di kampusku, aku harus menempuh apa yang namanya study comparasi atau study perbandingan ke berbagai universitas lain. Salah satu tempat fakultas kami mengadakan SC adalah beberapa perguruan tinggi yang ada di Jakarta. Klop rasanya karena aku akan punya kesempatan bertemu dengan si Inna.
Beberapa hari di Jakarta, aku bersama rombongan mengunjungi berbagai universitas yang ada di Jakarta. Sebenarnya sih kalau dipikir nggak jauh beda, tapi namanya kurikulum kadang merepotkan. Dan tak lupa agendaku mampir ke tempat Inna itu kupergunakan pada hari terakhir kunjunganku karena kami diberi kebebasan untuk menghabiskan waktu luang itu. Kesan pertamaku, anaknya manis, walau agak gemuk. Bersamanya, kami keliling ke berbagai tempat di Jakarta yang menarik dikunjungi seperti Senayan dan tempat lainnya. Memang sih, sudah biasa karena di Bali pun tempat hiburan tak kurang hebohnya dibanding di Jakarta.
Malam itu, yang kebetulan malam minggu. Inna mengajakku ke Senayan sekadar untuk melepas kepenatan. Setelah capek keliling-keliling, kami putuskan untuk istirahat sambil berbincang hal-hal yang kami sebelumnya telah bicarakan di chatting. Tak terasa waktu bergerak demikian cepat dan malam telah begitu larut. Aku merasa tidak enak karena bagaimanapun si Inna harus pulang kemalaman dan aku tak tahu bagaimana mengantarnya, wong ke Jakarta saja baru sekali ini kok. Tapi tampaknya si Inna santai saja dan perbincangan kami sampai pada hal-hal yang sensual, dan sebuah pengakuannya kemudian membuatku sedikit terkejut dan tersenyum-senyum sendiri. Ketika kutanya keperawanannya, dengan santai dia menjawab tidak. Ternyata dia sudah tidak perawan lagi dan hilangnya justru karena rasa ingin taunya soal seks. Waduh, bego banget aku rasanya. Sampai seumurku begini jangankan berhubungan seks, pacaran saja nggak jelas arahnya. Agak grogi rasanya, karena kemudian kuminta kepadanya untuk melayaniku. Dengan kata lain mengajaknya bercinta. He.. he.. he.. dasar bego, aku nggak ngerti bagaimana memulainya dan itu membuatnya tertawa.
“Kamu emang nggak pengalaman yah,” katanya sambil ketawa menggodaku. “Kok bisa sich, umurmu sudah 24, masa yang begituan nggak pernah?” tambahnya seperti menyindirku. “Ya, aku emang nggak pengalaman.” Sampai lama jawaban iya itu tidak muncul darinya sampai akhirnya dia bilang, “Rott.. jangan sekarang deh. Aku nggak mood nich. Nanti deh semingu lagi aku mau refresing ke Bali. Di sana aja yah kita begituan..” katanya lembut. “Dan aku mau kita melakukannya di tepi pantai yang indah di Bali sana. Kamu pasti tahu tempat yang menarik kan?” tambahnya. Dan malam itu kami tidak melakukan apapun, kecuali pada akhirnya aku memberanikan diri menciumnya di satu tempat yang agak sepi. Malam itu kemudian berlalu dengan tanpa terasa, tapi di kepalaku sudah dipenuhi wajah si Inna dan bagaimana memainkan seks, seks dan seks.
Sampai berhari-hari, setelah aku kembali ke Bali pikiranku masih uring-uringan, karena merasa bodoh dan bego. Masa anak cewek aja berani begitu aku nggak. Sebagai pelarian, berkali-kali aku ke kamar mandi. Bukannya mandi atau boker, tapi Onani. Hi.. hi.. hi., kubayangkan sedang bercinta dengan Inna dan mencoba berbagai gaya yang pernah kutonton di VCD Porno. Hampir setiap hari kubayangkan tubuhnya itu. Tinggi 160 cm, agak gemuk walau tidak gemuk-gemuk banget, dengan ukuran BH yang (kata dia) berukuran 36B. Montok Banget.
Sampai satu ketika telepon di kost-ku berdering dan itu ternyata dari si Inna yang mengabarkan akan datang ke Bali. Ohh bahagianya aku.. bahwa hasratku akan kesampaian. Keesokan harinya ia datang dengan senyum manisnya itu. Kemudian aku bersamanya mencari hotel yang agak murah di Daerah Diponegoro Denpasar. Disana kami masih ngobrol mengenang obrolan yang dulu-dulu di Jakarta sampai kubilang tentang ajakannya dulu ke pantai. Ia hanya senyum dan mengangguk. “Horree.. kesampaian juga nih,” pikirku. Dan selama di sana kami kemana-mana selalu berdua, makan, dan juga jalan-jalan.
Malam itu kami memenuhi janji yang kami ucapkan dulu, kami ke pantai Seminyak yang memang kalau malam sepi sekali. Kami jalan-jalan, menyusuri pantai itu dengan bergandengan tangan dan berpelukan rapat. Tiba di satu lokasi yang landai ia mengajakku berhenti dan menyuruhku diam di sana. Aku hanya menurut apa maunya, dan ia berjalan ke arah tepi pantai dan di pantai itu, ia berdiri dan perlahan-lahan melepas bajunya yang ketat, ini memang hasratnya yang ingin flying naked on the beach ia menarik tanganku perlahan dan mendekapku. Aku jadi merasa bego, karena aku rasanya diajari olehnya. Aku melumat bibirnya perlahan dan melumatnya. Perlahan tanganku pun beraksi meremas buah dadanya. Hmm, kenyal banget.. dan tanpa sadar pakaianku diperetelinya satu persatu. Alamak, kami berdua bugil di pantai Seminyak yang sepi itu. Dia memainkan tangannya di kemaluanku, rasanya enak banget, ia meremas-remas, mengocok-ngocoknya dan menuntunnya ke liang senggamanya. Huah.. enak banget rasanya. Kepala kemaluanku masuk perlahan-lahan dan penuh. Inna senyum-senyum saja ketika aku perlahan memainkan batang kejantananku di dalam liang senggamanya tapi tiba-tiba aku ingin keluar, payah baru juga nempel dan aku ejakulasi dini di sana.
Aku agak malu, tapi gimana lagi, itu yang pertama buatku. Inna bukannya marah, malah tersenyum, “Payah loe Rot, jauh-jauh ke sini masa elu lemes gini,” katanya. Aku cuek aja. Kami masih terlentang bugil di pantai itu. Dibilang begitu, darah lelakiku mendidih. Enak aja kupikir, akan kubuktikan aku mampu. Perlahan kembali aku meremas dadanya, memuntirnya perlahan dan mulutku mendekati mulutnya. Kami berciuman lembut, sampai kemudian berubah jadi beringas. Inna kembali memainkan kejantananku, pelan-pelan dan aku (yang masih bego ini) mengecup dan melumat semua buah dadanya, kiri kanan bergantian, sampai akhirnya mengeras kembali, tanganku yang tadinya pasif kini perlahan mulai bergerak liar, aku meraba liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu yang lebat itu. Kemaluanku kembali dilumatnya dan kini semakin mengeras. Posisi kami secara alamiah berganti ala 69. Aku melumat liang senggamanya dan ia mengisap kejantananku dengan kerasnya. Aku bisa begini karena keseringan nonton BF. He..he..he.. sampai aku benar-benar tidak tahan ingin segera memasukkan kejantananku ke liang senggamanya.
“Inn..” bisikku padanya, “Aku masukin yah,” dan Inna dengan santai membuka lebar pahanya hingga dengan mudahnya aku memasukkan kejantananku ke liang senggamanya. Ini kedua kalinya aku memasukkan kejantananku ke liang senggama perempuan, ke kewanitaan Inna.
“Inn, kita terusin sampai pagi yah,” pintaku. Inna tidak menyahut, hanya mendesis, “Aahh.. ohh..” Mana suaranya keras lagi. “Wow.. Inna merubah posisi, dia minta di atas. Dan ia mulai berada di atasku dan aku meremas-remas buah dadanya yang mengeras. “Oh yes Rott!” Otot kewanitaannya tegang dan kendor. “Anak ini pintar mengatur ototnya,” pikirku. Dengan santainya ia naik-turun di atas perutku sambil sesekali memuntir-muntir pinggulnya. “Waa.. enak banget, rasanya seperti diurut-urut dengan kekuatan yang lembut dan nikmaatt..” Lama sekali sampai akhirnya gerakannya mulai tak teratur, ia tersengal-sengal. Dan aku pun tidak bergerak banyak. Hanya diam, dan sedikit menggoyang-goyangkan pinggulnya, tanganku terus merabanya. Sampai tak terasa kemudian aku merasa ada getaran hebat, memburu ke ujung kemaluanku. Aku yakin aku sebentar lagi mulai klimaks. “Ahh.. enak banget rasanya, licin dan memeknya berdenyut-denyut.” Kembali aku minta merubah posisi, walau rasanya sudah di ubun-ubun, kupaksakan terus, aku kembali di atas dan aku bergerak naik-turun, menekan kejantananku dalam-dalam. Inna yang sejak tadi senyum-senyum kini berubah mengerang dan mendesah, “Aahh.. ohh.. enak banget,” kukeluar-masukkan kejantananku dengan leluasa. Dan kali ini aku kuat! itu yang penting. Sampai setengah jam kami bercinta, dan melawan udara dingin pantai yang menembus tulang. Akhirnya aku benar-benar lemas, tidak bisa ditahan lagi, “Inn.. aku mau keluarr..” teriakku dan bersamaan kami mencapai puncaknya. “Ohh puass rasanya..” dan Inna tersenyum manis, “Rot, loe kuat juga yahh.. hehehe.. ampe hampir kalah gue..”
Malam itu kami akhiri dengan bercinta lagi, dan menjelang subuh kami kembali ke hotel. Oh, ternyata benar-benar nikmat bercinta dengan wanita.

Tidak ada komentar: